Bermula Dari...

Hey, tahu kah kau? Kali ini, ada 6 kasus beraat yang sedang aku bahas. Puyeng juga ngebahas DRP (drug related problem) nya. Dan di saat waktu begitu kasibnya, ternyata malah pengiiiin banget nge-blog. Oalaaaahh... Ternyata si otak kanan ini nakal bangeeet. Karena keseringan banget dimanja (baca : lebih sering digunakan), sekali gunain otak kiri, dia malah merajuuk. DI saat mau PKL yang semestinya belajar habis-habisan, malah dia ngerajuk buat nge-desain. Di saat bahas shortcase kasus ICU, malah dianya negrayu buat nge-blog. Heeehh.. dari pada ngambek, ta' ikutin dulu ajah deh maunya. Hihi...

Hemm... aku cerita apa ya? Yaa, namanya juga blog curhat. Jadi, aku cerita apa saja dong yah. Maaf bagi kamu-kamu yang tak sedang ingin menampung sampah, sebaiknya segera close this page. Karena, aku lagi pengin nyampah saja. Hehe...

Hemm....pas lagi parade kemarin, mereka (dokter, ners, farmasis, dan nutrisiant) pada ngomongin kata-kata semacam patofisologis, prognosis, terapis, dan berbagai akhiran --is lainnya, mataku cuma kriyep-kriyep. Bingung! Hee... Ternyata eh ternyata, aku tak tahu apa-apa. Grrhhhh...mesti belajar lagiii niiih, begitu tekad dalam hati. Sambungan tekadnya, Pokonya, nantii, kalo udah nyampe kosan, harus..harus haruss belajar, apa itu intubasi,apa itu ekstubasi, apa itu BST, apa sih yang mesti dianalisa dari gas darah, ko pake standardisasi ini dan itu? (Nah loh, kamu bingung juga kaaan? *hehehe, nyari temen bingung! Hee....).
Tapi, sesampainya di kosan (dan itu rata-rata ketika mentari juga udah kembali keperaduannya), bukannya buka buku dan belajar malah ngorok. Zzz....zzz....zzz.... Lalu, pagi-pagi, "Hwaaaaa..... akuuuhh belum belajaaarrrr niiiiihhhh... Hwaaaaa.....". Kocar-kacir macam macan ompong (haha, apa hubungannya macan ompong sama kocar kacir ya?). Lalu, kejadian berikutnya kembali berulang kaya adegan gol sepak bola yang suka diulang-ulang berkali-kali oleh stasiun tipi manapun (dan sejujurnya aku bosen ngeliatnya, hihihi), pagi-pagi, duduk di forum parade dengan mata kriyep-kriyep, kaga ngerti apa yang dibilangin orang-orang cerdas itu. Dan kalo udah gini, maka aku selalu saja ingin jadi dokter (lohh??? hihihi).

Lalu, tibalah saat yang sangat mendebarkan itu. Siangnya, giliran aku yang melaporkan kasus. Masya Allah. Bengong. Asli! Gue mesti menyampaikan apaaaah niiihhh?? Dan kata-kata "Ya, silakan dijelaskan kasusnya, dan apa DRP nya?" seperti sirine gempa yang bikin deg-deg-an, bikin takipnea, bikin takikardi. Hehehe...
Aku mulai bergaya bolak-balik catetan, kaya nyetet buanyaaak ajah padahal tak satupun DRP tercantum di catatan itu, bolak-balik buka laptop berharap keajaiban segera datang. Tapi nihil. Lantas mencoba berwajah begitu datar. Tapi tak juga bisa menyembunyikan kepanikan.
"Oh God, apa yang mesti aku sampaikan."
Tiba-tiba, liat nilai SGOT/SGPT pasien meningkat 10x lipat dan melihat ada obat-obat yang bersifat hepatotoksik. Alhamdulillaah... Nilai SGPT/SGOT itu bagaikan bohlam di tengah kegelapan. Dengan segera aku laporin tentang hepatotoksisitas itu. Aahh, syukurlah.
Kamu bisa bayangkan, betapa berharganya nilai SGPT/SGOT itu bagiku, sama halnya seperti orang haus yang dikasi segelas jus jeruk, kaya penumpang kapal tenggelam yang ketemu sampan, pokonya ngerasa ada yang nolong disaat bener-bener kejepit. Hee...

Hemm....kasus yang sedang aku bahas itu sebenernya tentang pasien tetanus. Tapi komplikasi sepsis, setelah terpapar HAP (hospital acquired pneumonia), jadinya mengalami penurunan  kesadaran dan harus dirawat di di ruang care unit. Hal yang menurutku agak sedikit menggelitik itu adalah penyebab akhirnya dia tergeletak tak berdaya dengan berbagai selang meliputi dirinya itu semacam ventilator (alas bantu nafas), EKG yang memantau denyut jantung dan ritme jantungnya, sekaligus analisa respirasinya semacam saturasi O2 dan CO2, lalu beberapa infus pump dan syringe pump. Tak lupa trakeostomy buat bantu pernafasan langsung tanpa mesti ngirup-ngirup lewat saluran nafas normal, lalu CVC, lalu nasogastrik tube yang kaya belalai di hidung. Kateter urine juga. Kau bisa bayangkan bagaimana kondisi pasien itu kan? Dan penyebabnya hanya sederhana. Hanya gara-gara tusuk gigi.

Jadi, ceritanya, pasien tersebut sakit gigi, bukannya ke dokter gigi, malah nusuk-nusuk giginya itu dengan sesuatu benda ampe berdarah. Mungkin saking keselnya ama si gigi yang pake sakit segala kali yah? hee.... Tapi malemnya tiba-tiba jadi demam dan 2 hari kemudian rahangnya jadi kaku dan mulut kaga bisa dibuka. Awalnya GCS nya masih bagus, masih 15. Tapi, setelah beberapa hari rawatan malah turun. GCS nya mungin hanya sekitar 5, prokalsitonin sudah meningkat hingga lebih dari 1000 kali. Masya Allah...

Hemm....apa pelajaran yang bisa kita petik? Ya, jangan suka nusuk-nusuk gigi pake benda aneh. Siipp. Pelajaran lainnya adalah, kadang,hal sederhana dan kita anggap kecil itu, menjadi awal dari sesuatu yang berakibat sangat besaaar. Kita pikir dengan hal-hal yang kita anggap kecil, lantas tak akan memberikan efek apa-apa. Tapi sering kali kita salah. Justru, kadang ketika kita meremehkan hal-hal kecil itulah, sesungguhnya disadari atau tidak,  ia akan jadi bom waktu yang bisa saja membunuh diri kita kapan waktunya tiba. Sering kali kita meremehkan dosa kecil, tapi tak disadari, justru itulah yang kemudian menutupi hati-hati kita dengan noda kegelapan yang menghalangi cahaya-Nya masuk. Astaghfirullaah. Smoga ini jadi pengingat bagi diriku, juga bagi kita smua.

Titrasi (lagi)

Kadang, ingin sekali menertawakan diri sendiri. Haha, bodohnya!
Sel B dan sel T saja begitu dapat mengenali setiap ada benda asing masuk dan berusaha merusaki sang tubuh hospes. Lantas, kenapa aku tidak?
Bukankah sudah berkali-kali terpapar hal yang sama.
Lantas tak belajar kah?
Lantas, masihkah ingin merasakan kesakitan yang sama?

Sudahlah, tanpa kau titrasi pun, kau sebenarnya sudah tau kan?
Bahwa akan ke manakah terpolarnya, kau pun sudah tau kan?
Lalu, apa lagi, wahai diri?

Berserah saja pada Rabb-mu, wahai diriku...
Tak perlulah kau liriki mereka, mereka atau mereka.
Karena kasih sayang-Nya pun tak pernah luput darimu, wahai diriku.
Usah kau gubris lagi ingin-inginmu yang mungkin tak akan menuju ujudnya itu...

Baiklah, berjanjilah takkan ada titrasi lagi,
Berjanjilah, bahwa ia akan selalu tawar adanya, hingga ada ketetapan Rabb-mu padamu wahai diriku...
Dan berjanjilah, tak akan ada setetes air mata pun untuk hal ini....

Semangaaat!!!
Laa tahzan!
Innallaah ma'ana...

Rindu Berbatas Jarak

Tahukah kau, ada sesuatu yang dapat membuatmu rela menghabiskan banyak rupiah, dan memangkas ribuan mil jarak? Lantas menisbikan semua itu bahkan demi hanya mendengar sepatah dua kata?
Ya, itulah rindu!

Dan, masa-masa paling meminta itu semua itu darimu adalah, KETIKA RINDU!


#Merindukan dua sosok terbaik dalam hidupku pada jarak puluhan mil di belahan bumi sana

Ketika Ujungnya Berakhir Tragis

Fiuuufftt.... Akhirnya aku bisa juga menyambangi blogku ini. Mungkin udah mulai menghijau tuuh si rumput liar saking kaga pernah diziarahin lagi. Hehehe... Sebenernya sih banyak hal yang pengin aku ceritain (seperti biasaaa, aku selalu pengin ceritain banyak hal dan itu kemudian hanya menjadi sebentuk endapan di dasar otak. Sebab, ia hanya jadi lintasan-lintasan saja. Tak pernah tertinggal dalam sebentuk susunan huruf-huruf. Lagi-lagi alasan klasik. Soksok sibuk. Kali ini, jangankan internetan, ponsel saja jarang dijenguk. Huhu... Maafkanlah akuu...

Mari sedikit bercerita tentang sesuatu yang tak penting ini. Maaf, mungkin ini tak terlalu penting. Tapi, jika kau berminat membacanya, silakan saja. Karena aku, menulis di blog ini (sekali lagi), hanya untuk memuarakan kanal rasa, tak peduli adakah yang membacanya atau tidak. Hee... Meski begitu, aku masih tetap berharap, ada sesuatu yang bisa aku bagi, entah itu hikmah, ataupun sedikit masukan walaupun mungkin belum bisa memberikan sebuah solusi. Aiihhh, panjang beneer mukaddimahnya Fatheeel. Kaya baru punya blog ajaaah. Hee.... Iya siih baru punya blog, baru lima tahun. Hihihi....

'Buku' Penuh Kontroversi


Ada cerita yang lucu sekaligus kontroversional tentang 'buku' aku kali ini. Mari simak fakta berikut :

- Di hari pertama di rumah sakit, "Fatheeeeeel, buku apaaa ituuuhh? Aku pengen ngopy doooong... " (maklum mahasiswa, doyan ngopy, termasuk akuuh. Hehehe
 >> Tuing-tuing, ternyata cuma kertas kerja. "Owalaaaa....ini tho?? Owalaaaa...ta' kirain buku baru" seru mereka.
- Nah, pas nyampe di instalasi farmasi khususnya bagian klinis, "Ini buku apa yaaa? Buku baru kayanya...." (secara mereka --orang-orang klinis--- selalu updet sama  buku farmasi klinis n farmakoterapi, dan merasa ebnar-benar amat sangat ketinggalan sekali ketika ngliyat ada buku baru. hehe.... trus setelah lihat isinya

>> tuing tuing.....
"Owalaaaaa....ini tho?? Owalaaaa...ta' kirain buku baru"
- Beranjak ke ruang rawat, kami lagi sama-sama ngerecokin rekam medik di ruang diskusi HCU. Si PPDS udah gateeeell banget pengen ngeliyat buku apa. "Buku apa nih? tebel amaaatt??" hehehe, dan lagi-lagi, 

>> tuing tuing.... "Owalaaaa...ta' kirain buku baru..."

-Di ruang high care unit, pasien kritis dengan 14 komplikasi, ada semacam tim yang sedang diskusikan kondisi pasien, yang terdiri dari konsulen geriatri spesial penyakit dalam, PPDS penyakit dalam 2 orang, aku dan satu temenku dari farmasi klinis, dan satu lagi perawat. Aku tetep tenteng itu buku (yg isi nya kertas kerja dan all about clinical clerkship) saat bahas tentang albumin pasien. "Tak ada evidence pemberian albumin untuk kondisi seperti ini kecuali dia mengalami efusi pleura. Tapi saya juga tidak tahu apakah ada jurnal terbaru. Kalian ada yang tau?" Tiba-tiba konsulennya ngeliat ke arah aku dan bilang "Coba liat di buku itu, ada ndak membahas ttg albumin." (walaupun tidak terang2an menanyakan itu adalah buku farmasi, tapi 
dokter konsulen itu juga telah 'tertipu' dengan buku aku dan mengira itu buku beneran. Hehehe...

Hehehe... Sejujurnya aku jadi pengin ngakak setiap kali menjumpai kejadian kaya gini di minggu-minggu pertama PKL. Aku sesungguhnya tak pernah punya espektasi apa-apa terhadap buku itu. Murni hanya karena aku demen beut ama yang yang namanya desain. Dan ditambah lagi available fasilitas printing and offset begituan itu...

Nah, sebenarnya aku cuma mau ambil pelajaran berharga dari kisah di atas. Pelajaran berharga yang sebenernya udah kita dapet juga dari duluuuu banget semenjak kita baru mengenal apa itu dunia. Don't judge the book on the cover. Tuh kaaan, kalo nilai covernya doang, nda liat isinya, jadinya kan begituuu. Jangan liat orang hanya dari tampilannya ajaah. Karena boleh jadi, orang yang kita kira buruk ternyata baik bangeet. Dan orang yang kita kira baik, ternyata bagai api dalam sekam, bagai duri dalam daging, bagai pagar (yang punya mulut) makan tanaman <-- hahaha, ngacooo!

Kecuali soal amal ibadah dan amalan mereka. Karena ketika kita melihat amal ibadah seseorang, mestilah lihat apa yang tampak sahaja.  Misal, kita liat seseorang sholatnya lamaaaa bangeeeet, kelihatannya khusyuuuuu' bangeeet, maka yang kita judge adalah bahwa dia sholatnya lama dan khusyu'. Masalah niat dia sholat kaya gitu bener-bener murni karena Allah atau cuma buat keren-kerenan doang, itu bukan urusan kita. Cukuplah Allah saja yang menilai. Permisalan yang lain, seseorang rajiiiin banyak sedekahnya. Pokonya top cer dah! Kita harus menilainya dermawan, terlepas dari niatan apa di balik amalannya dia. Ada haditsnya kalo ndak salah di Riyadhusshalihin aku baca. Tapi aku lupa redaksinya, dan tentu saja tidak hafal <-- parah nih ayee. Hee...

Dan ini semua antitesis dengan yang namanya muamalah. Ketika ada seseorang (sepertinya) jahatin, ngerugiin, nge-bully (eh, masuk kriteria inklusi ndak ya? hehe), pokonya ngelakuin sesuatu yang menurut kita ndak sesuai harapan (asalkan tidak ngelewatin batas-batas syar'i), maka nda boleh serta merta langsung menilai jelek. Harus available dulu ruang-ruang husnudzan. Pokonya kalo udah liat isinya dan udah memiliki evidence base yang kuat, baru bisa nge-judge.

Lebih kurang begitu. Nasihat ini ditujukan buat saia terutama, dan berharap ini bermanfaat bagi kamu semua. Apa lagi untuk orang-orang reaktif (kaya saya), yang mungkin kelebihan 02 kali yaaahh?? Sehingga terlalu reakti. Ehhmmm....itu oksidatif kali Fatheeeeeeeeeelll... Hehehehe....


Menuju Terminasi Kehidupan

Sudah lama tak mengupdet blog. Hemm.... Masih saja sama alasannya, (soksok) sibuk. Dan juga masih saja sama ceritanya. Tak jauh-jauh dari rumah sakit. Hee...

Minggu ini praktik klinik ke farmasian was started again. Ini jilid duanya, setelah sebelumnya di rumah sakit kanker nasional di kawasan Slipi (perbatasan dengan Grogol <-- haha ndak penting amat disebutin!). Sebenarnya sangat menyenangkan, tapi.... juga sangat melelahkan. Pagi-pagi, ketika matahari belum menunjukkan batang hidungnya (memangnya matahari ada hidung? hihihi) sudah harus berangkat, dan pulang-pulangnya, ketika matahari sudah terlelap (he?? maksudnya, ketika bintang sudah bersinar, jika hujan tak turun. Hehehe....). Ya, begitulah rutinitas yang harus dijalani. Jadi, harus survive! Jangan lupa, luruskan niat! Dan jangan lupa makan. Hehehe...

Minggu ini aku kebagian HCU (High Care Unit) di mana, pasien yang berada di dalamnya adalah pasien dengan GCS (glascow comma scale) dibawah 5, kesadaran Sopour coma, dan dengan alat bantu ventilator, satu set infus pump dan seperangkat monitor yang menggambarkan denyut jantung pasien dengan elektrokardiograph, monitoring blood pressure dan kadar pCO2 dan O2 pasien. (Hadeuuuhhh.... istilaah planet manaaa iniiihhh Fatheeeeeelll? Hehehe). Sederhananya begini, pernah nonton sinetron? Kan kalo di sinetron itu ada adegan dramatis di mana ada detik-detik sinyal yang awalnya kaya rumput-rumput begitu dengan bunyi "nyiit...nyiiit...nyiiit..." lalu ketika bunyi nyit nya puanjaaaang "nyiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt...." dan dilayar monitornya rumput-rumputnya sudah berubah jadi garis lurus itu artinya pasien sudah pindah alam dari dunia menuju alam barzakh.... Dan aku, nyaris 6-7 jam berada di ruang itu bersama pasien di masa-masa sulitnya. Kerjaan aku apa? Tunggu! Bukan ganti popok pasien eh pempers ding, ngatur infus pump, dan sederet lainnya. Aku cuma ngamatin pengobatan pasien ko. Sebab aku kan kerjaannya belajar nge-drug (baca : belajar drug-drug-an) hehe.

Pas lagi asyik dengan pulpen dan kertas kerja, tiba-tiba PPDS dan konsulennya masuk ruangan. Salting. Dan buru-buru meletakkan Medical record di tempatnya. "Ya udah, tak apa. Lanjutkan saja." Kata bapak dokter konsulennya. "Ee-eh... Nggak apa-apa ,Dok." segera ikutan tim dokter. Lalu, kami berlima (kami?? yaa, anggap saja begitu yaa...) mendiskusikan masalah pasien. Ehem.... aku ngerasa itu tim paling keren selama aku menjalani segala kefarmasian rumah sakit. Ada konsulen, ada farmasis dan ada perawat, dalam satu tim menangani pasien. Hee.... Tapi, itu bukanlah tim yang memang dibentuk awal karena aku hanya mahasiswa pekael saja. Hehehe.... Tapi, alhamdulillaah punya kesempatan banyak untuk diskusi dengan konsulennya. Semakin sadar deehh akuuh bahwa aku belum tau apa-apa, masih harus banyaaakk belajaaaarrr....

Hemm yang pengin aku ceritain sebenarnya bukanlah menyoal dunia kefarmasiannya. Sebab, ini bukan blog farmasis. Blog ini hanyalah curhat semataaaa.... Hehehe... Yang tertarik aku ceritakan justru tentang pasien kritis yang sudah vegetative state. Di mana pasien sudah mengalami kematian atau kerusakan berat serebrum otak sehingga pasien tak lagi memiliki respon kognitif. Pasien hanya hidup untuk sesuatu yang vegetatif seperti tekanan darah, pernafasan dan denyut jantung. Tapi untuk respon perintah, respon terarah sudah tak lagi bisa. Tapi, pasienku ini (tiga pasien yang aku bahas kasusnya), juga mengalami banyak komplikasi lainnya. Ada sepsis. Lalu, gangguan jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, dislipidemia, hipoalbumin, hiponatremia, anemia, hiperuriesemia dan banyak lagi.

Melihat kondisi itu, aku jadi tersadar. Bahwa, sungguh hanya lemah lah yang dimiliki manusia. Bahwa manusia sesungguhnya memiliki ketergantungan penuh pada penciptanya, yaitu Allah. Sejujurnya, ini pertama kalinya aku menghadapi pasien kritis. Sedih. Sedih sekali melihat mereka yang tiada lagi daya. Bahkan untuk bernafas saja pasien harus dilakukan trakeostomy terlebih dahulu (trakea dilobangi lalu barulah dimasukan oksigen melalui lobang di trakea itu). Mereka tak lagi bernafas menggunakan hidung atau mulut. Sepsis juga, di mana bakteri telah beredar di seluruh tubuh, tak hanya di tempat-tempat tertentu. Ah, lihatlah dulu, mereka yang tegap, mereka yang dapat bernapas dengan mudahnya, yang dapat melakukan apapun aan tetapi kini tak bisa melakukan apa-apa dengan kesadaran yang menurun dan tiada kekuatan sedikitpun.

Sungguh, hanyalah lemah yang kita punya. Without Allah, we are nothing! Maka, masihkah kita memiliki alasan untuk lengah atas segenap karunia yang Allah berikan? Lantas, alasan apa yang membuat kita tak bersyukur ketika kita dapat bernapas dengan mudahnya. Ada orang lain yang tak seberuntung kita. Mereka harus mengeluarkan sekian juta rupiah hanya untuk bernapas saja.

Semoga ini semua, terutama bagi diriku sendiri, menjadi suatu pelajaran berharga. Mengingatkan kita semua pada kematian yang kedatangannya pada diri kita adalah pasti adanya. Disadari atau tidak, kita semua tengah menuju terminasi kehidupan kita masing-masing. Semoga penutup hari-hari kita adalah dengan sebaik-baiknya penutup. Aaamiin...Allahummaa aamiin yaa Rabb....


Fightiiiiiiiiiiiing!!!!!

Blogieee.... Sebenernya pengin cerita buanyaaak hal siih. Tapi... Tapi... Tapi...., sepanjang dua tahun ini, ini adalah waktu terberat dalam prosesi persekolahan. Yup, apalagi kalo bukan PKL. Jadi nyesel deh, dua minggu terlewatkan tanpa belajar. Sedikit berbagi, PKL itu dilaksanakan dari jam 8 pagi (jam 7 pagi visite kalo di bagian ICU), hingga waktu yang tak ditentukan (paling cepet jam 4 sore). Itu artinya, kalo jam 7 pagi, jam 5 subuh haruslah sudah berangkat dari kosan. Dan kalau sore, pulang jam 5-an itu, jangan harap akan bisa pulang dengan tenang. Mending nunggu agak malem dikit, biar tidak empet-empetan banget. Hee... Ditambah lagi, ransel penuuhh sangat dengan list isinya : Kertas kerja farmasi (jangan bayangin kertas yaahh...wong yang punya aku tebelnya 3 cm, dengan ukuran A4). Plus netbuk dan derivat-derivatnya. Plus DIH (drug information handbook, lexicomp) yang merupakan buku sakti dengan ketebalan 10 cm dan berat mencapai 4-5 kg. Plus jas PKL. Plus sebotol air mineral 1,2 liter. Plus, tetek bengek per-rangsel-an lainnya. Anda bisa bayangkan sodara-sodara, betapaaa sesuatu nya ini semuaaa... Dan, hari kedua stelah studi kasus, di mana kasusnya harus dibahas TIAP HARI dengan pasien yang berbeda dan patologis yang berbeda, dan PERORANGAN! Allahuakbar!! Setelah turun 6 kg berat badan, aku sudah berniat kembali meningkatkannya. Tapi, dengan beban sebegitunya, apakah bisa naik? Entahlah....hehehe

Dulu, waktu PKPA, di mana kosan jaraknya hanyalah sejengkal dari rumah sakit dan kasusnya dibahas hanyalah sekali dalam 2 minggu dan itupun per kelompok di mana beranggotakan 5 orang, sudah terasa agak berat. Apalagi ini?? Jarak tempuh lebih kurang 40-50 kilometer pp, kasusnya TIAP HARI dengan KASUS yang BERBEDA, dan PERORANGAN. Dan ditambah lagi, baru hari kedua, sudah harus presentasi kasus. Rasanya keteteran bangeet deehh... Dan harus berjuang extraordinary!

Maka dari itu, harus semangaaaattt....!!!
*nyeracau...heheheh

Serenade Kota Depok

Malam minggu ini (mungkin sama sepertinya dengan malam minggu-minggu lainnya meskipun itu luput dari pengamatanku) Depok ramai. Sangat ramai. Para muda-mudi bersama kecengannya hilir mudik keluar masuk mall, dan ada juga yang mojok di tempat-tempat tertentu. Aku, sebenarnya tak punya niat untuk keluar malam ini. Tapi, Kak Luli ngajakin, jadi aku tertarik juga. Paling ke Gramed doang. Niatnya sih ndak mau beli buku. Kere judulnya. Tapi ujug-ujung sebuah buku akhirnya menyelinap juga di dalam ransel biru tua ini. Hee... Aku bayar dong, bukan nyuri. Tenang ajaaah. Kebetulan lagi diskon. Jadi, maklum sahajaalah, perempuan mana tahan ama diskon. Hahahaha.... Cuma 14ribu. Jadi, sayang juga untuk dilewatkan. Lumayan juga buat referensi tulisan. Hehe....

Hemm....memandangi kota Depok dengan nanar selalu saja menyisakan rasa tak terdefinisi. Sesungguhnya, kota Depok adalah kota kedua yang tak ingin kukunjungi (lagi) setelah satu kota lainnya (yang tak perlu kusebutkan barangkali). Tapi, kedatanganku ke kota Depok ini adalah tepat pada saat aku begitu ingin melupakannya. Tapi, lagi-lagi, aku harus berdamai. Sebenarnya, Depok bukan pilihan ketika aku berniat melanjutkan kuliah. Aku ingin ke Surabaya. Tapi, terlalu jauh, begitu kata Ibu. Dibolehkan untuk Jakarta dan sekitarnya. Ya, tidak apa-apa.

Pun begitu halnya dengan prosesi melanjutkan kuliah. Aku sih dulu memang sempat ingin sekali melanjutkan kuliah ke luar negeri. Tapi, seiring berjalannya waktu, mulai tergerus. Perlahan mulai mengalami dilatasi, ingin meneruskan kuliah di bidang yang diminati, psikologi. Hehe... Dan memilih farmasi klinis pun adalah karena jika pun aku tak akan menjadi dosen, setidaknya ilmunya sangat bermanfaat untuk keluargaku sendiri. Itu saja. Masih ada cita-cita untuk belajar psikologi, bukan sebagai kelanjutan studi akademis, tapi lebih ke familiy oriented, secaraa aku sangat menyukai psikologi anak. Hehehe.... Hemm... kapan ya, aplikasinya? Hihiihihi...

Ya, itulah takdir. Tak selamanya apa yang kita inginkan menjadi kenyataan. Dan, tak pula, semua yang begitu ingin kita lenyapkan, lantas memang mengantarkan kita pada keburukan. Belakangan, aku sangat bersyukur sekali, ketika segala harapanku itu tak menemukan potret nyatanya. Ya, sebab, pasti ada hikmah dari setiap kejadian. Jika kita memaksa, justru bukan kebaikan yang kita dapati. Ya, itulah hikmah dari semua ini, meski memang tak mudah untuk membuatnya menjadi biasa-biasa saja. Tepatnya, belum sepenuhnya bisa. Tapi waktu, insya Allah akan menjawabnya.

Meski segalanya kini jadi berbeda, tapi aku percaya, Allah tak sia-sia. Tak pernah ada luka tanpa penyembuhnya. Hanya menyoal waktu, tentang kapan ia akan sembuh. Berbekas mungkin memang, tapi itu tak lagi mengganggu....


Gang Haji Athan, Kemiri Muka, Depok....
Akhir syawal 1433 H

Aku dan Wanita Itu

Menatapi wajahnya yang sendu, memang ikut menyerap energi kesedihan dari kedalaman hati. Pias. Meski tertawa, tapi terdengarnya sumbang. Aku bukan siapa-siapa bagi wanita itu. Tapi, segenap permasalahannya, ikut serta menyeretku pada kesedihan yang mendalam. Sangat mendalam. Sebagai perempuan, aku merasakan sekali bagaimana sakitnya. Jika aku berada di posisinya, mungkin aku tak sekuat dia, tak setegar dia...

Ingin sekali aku menyemangatinya. Tapi, yang keluar dari lisanku hanyalah kata-kata saja. Hanya sekedar kata. Yang jika aku menjadinya, entah aku bisa menjalaninya atau tidak. Entah kenapa, kadang aku sering menyama-nyamainya dengan diriku dan masa laluku dulu. Padahal, dua persoalan itu tentu saja sangat jauh berbeda. Hanya saja, ia memiliki ujung yang sama. Ya, sama-sama sedih. Sama-sama menyedihkan... Mungkin kami sama saja dalam berandai (meski pengandaian itu tiadalah boleh), bahwasannya andai saja, kami bisa melupakan segala lalu itu seperti halnya menghapuskan coretan pinsil. Dan, tentu saja itu adalah absurd adanya...

Sudah berlalu sekian lama. Ternyata masih saja ada seberkas titik yang tersisa. Titik yang kemudian mampu menguras air mata, bahkan di saat tertawa sekali pun. Titik yang juga kemudian mematahkan semburat harap. Bahkan, mungkin juga meninggalkan sebentuk ketakutan. Ketakutan untuk menghadapi hal yang setara...

Tapi, yakinlah, bahwa dunia ini hanyalah sejenak saja. Untuk apa menyesali hal yang luput jika kebersamaan dengannya hanya akan mengantarkan kita pada keburukan. Allah lebih tau apa yang terbaik buat diri kita, bahkan setidaksuka apapun kita terhadap hal itu... Percayakan saja pada-Nya....

Aku Ingin Menjadi....

Singkat cerita, akhirnya aku harus terbang segeraaaa. Hehe... Kamis masih santai-santainya. Begitu yakin PKL belum akan segera dimulai. Tapi, betapa tak bisa aku definisikan lagi, bagai disamber gledek (lebay banget yaah?? Padahal belum tau tuuh gimana rasanya disamber gledek. Hehe...) tiba-tiba ada pengumuman bahwa besok paginya (hari jumat, tanggal 31 agustus), harus kumpul di RSCM jam 8 pagi. Itu aku dapet infonya hari Kamis sore (tanggal 30 agustus). Maaaaakkkk...bagemana iniiiiihhhh??? Dan masalahnya lagi, aku sedang berada di Payakumbuh (lagi jalan-jalan, hehhe), dan tidak mungkin segera pulang dalam waktu malam itu juga. Akhirnya, aku putuskan untuk berangkat hari Ahadnya (tanggal 2 September). Dan tahukah anda pemirsa, harga tiket yang aku kantongi adalah nyaris 3 kali lipat harga tiket aku biasanyaaaaa.... Waduuuhh... Tapi, hari seninnya (masih pegel-pegel niiih badan rasanyaa), kita cuma ketemu skitar 5-10 menit sama kepala diklatnya, dan itu pun sudah menunggu dari jam 8 pagi (baru bisa ketemu jam 12.30 siang) untuk hanya mendengar 10 menit saja. Dan berita yang lebih menghebohkan adalah, PKL nya insya Allah baru dimulai skitar 2 minggu lagi. Gubraaaaaakkk.... Masya Allah.... Tau giniiiiiiihhh....????!!!!

Tapi ya sudahlah, pasti ada hikmahnya. Hehehe....

Tapi, ada satu hal yang (hampir saja mustahil) yang tiba-tiba aku pengeeeeeniiiiiiin bangeeeeetttt.... Apa coba?? Jangan kaget yaaaahhh??!! Hehehe... Aku tiba-tiba pengin jadi dokteeeerr!! (Hahaha, cita-cita yang sudah amat sangat terlambat, hehehe). Padahal, dari setahun yang lalu, aku udah bolak-balik RSCM, tapi keinginan untuk jadi dokter itu, kenapa tiba-tiba baru muncul yaaahh?? Hehehehehe.... Tapi, jika ada yang bersedia membiayai kuliah kedokteran siih, aku mauuuu bangeeeeeetttt. Halaaaaahh... Hehehehe....

Yang jelas, bersyukur atas apa yang Allah berikan, atas jalan hidup yang Allah takdirkan tetaplah lebih baik daripada menyesali sesuatu yang kita kira baik pada mulanya. Sebab, pastilah segalanya adalah sebaik-baiknya jalan. Kadang kita memang kurang bersyukur dengan apa yang sedang kita peroleh. Padahal, mungkin ada banyak orang yang sangat ingin mendapati apa yang sudah kita peroleh itu. Jadi, semestinya aku bersyukur yaaahh?? Hehehe... Baiklaaahh....

Hehhe, ini hanyalah cerita GeJe belaka. Just wanna share sahajaaa, karena sudah lama tak ngeblog. Betapapun akuuh sangat ingin menyambangi blog iniiih, tapi karena sesuatu dan keadaanlah yang membuat akuuuhh tak bisa intens membersamai blog iniiih. I'm so sorry say... Hehehe