Begitulah Jodoh...

Masih kelanjutan cerita kemarin: tentang hunting household. Ini edisi khusus kitchen cabinet. Ceritanya, di rumah yang kita sewa dapurnya benar-benar kosong! Ga ada kitchen cabinet maupun kitchen sink. Akhirnya hunting lagi di expatriates.

Ternyata nyari kitchen cabinet ga mudah juga. Kebanyakan nda sesuai dengan selera kita. Ada yang sesuai,harganya supeerrr mahal! Ada yang cucook tapi jauuh dan di pusat kemacetan yg sangat kita hindari. Ada yg oke tapii, ternyata kitchen sinknya ga ada! Ada yang disuka tapi mesti langsung beli,ga boleh liat2 dulu. Ada yang kita suka,harganya oke,jaraknya dekat,pas kita mau hire ehh ternyata udah diembat orang lain!

Kita udah hampir nyerah soal kitchen cabinet ini. Sempet ada opsi mau beli baru aja yg sekalian assembling nya. Hingga akhirnya ada satu orang yang ngiklan tanpa nge-attach gambar. Nothing to lose,kita hubungi saja orang tersebut. Ga ada respon awalnya. Tapi kemudian setelah beberapa lama dia ngerespon jugak. Minta dikirimin gambar tapi dia nda kirim gambar. Yaudah,kita sambangi sekalian aja.


Pas nyampe di sana,emak Aafiya langsung berbinar-binar. Ini sukaak bangeet! Simple. Dan bagus! Suami juga suka. Kan kita memang satu selera hehehe. Meski harus nunggu sekitar 1 bulan,akhirnya kita deal dengan kitchen cabinet ini. Alhamdulillaah hunting-menghunting beres! Beginilah penampakannya sesudut dapur yang kitchen cabinetnya sudah terpasang. Masih ada dua cabinet lagi yang ga ikut kepoto.

sesudut dapuur, abaikan keberantakannya :P

Memilih kitchen cabinet ini serasa kayak jodoh. Hihi... 
Yaa begitulah jodoh!
Ada yang available tapi ternyata ga sreg di hati. Ada yang sebenarnya cocok,tapi prinsip hidup beda banget. Daan,pada satu titik, di waktu yang terbaik,dari arah yang ga disangka, Dia hadirkan si dia, yang terbaik yang menggenapkan sebelah sisi untuk mengangkasa bersama, menuju jannah-Nya in shaa Allah...

Living in Riyadh [part 18]: Hunting Household

Ini kelanjutan kisah pindahan sebelum lahiran yang masih kepending. Dari pada cuma disimpan di draft, mending diposting ajah. Dibuang sayang... Dibuang sayang... Hihi..

Alhamdulillaah, setelah memilih rumah seperti yang diceritakan seelumnya, saatnya untuk hunting household. Ini fase yang cukup berat buat kita karena sebelumnya berada di apartemen yang furnished yang segala perabotannya tersedia. Itu artinya, kita mesti ngisi furniture dan household sendiri di rumah yang baru.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, yang dilakukan adalah budgeting. Menentukan seberapa budget kita untuk membeli household yang penting. Kedua, membuat list household yang penting dan prioritas hingga yang bisa ditunda dulu (tidak urgent dalam waktu dekat). Ketiga, setelah ada budget dan list; mulai menghunting, Maka situs expatriates.com situs yang sering dibuka pada periode ini.

Sedikit cerita, Saudi adalah negara dengan expatriates yang cukup banyak. Sepertiga dari total penduduk yang berdomisili di Saudi adalah expatriates. Dan, turn over orang-orang yang 'hilir mudik' masuk negara ini cukup tinggi. Meskipun, saat ini pemerintah sini sedang berusaha untuk membatasi dan mengurangi arus masuk ke sini (baca: saudisasi). Nah, karena expatriates di sini hanyalah sementara (tidak menetap selamanya), maka kami (dan mungkin juga kebanyakan expatriates di sini) tidak keberatan dengan yang namanya secondhand furniture and household. Rasanya sayang aja beli furniture mahal-mahal tapi ga dipake seterusnya, karena ga akan selamanya berdomisili di sini. Maka, kalau ada temen-temen yang final exit dan garage sale barang-barang furniture nya, kita beli seperlunya. Situs expatriates.com adalah situsnya para expatriate dan salah satu opsinya adalah jual beli, baik itu furniture, household, buku, sepeda, appliance, mobil, dan banyak macam lainnya hingga yang ngasi gratisan alias free item. Ada yang baru 5 bulan di sini trus harus final exit, barangnya masih bagus, harga miring, why not? Heuheu..

Ada beberapa pertimbangan kami ketika memilih household.
- soal selera, hehe.
Ini penting loh! Kami memilih yang memang cucook dengan selera, heuu... Alhamdulillaah kalo soal per-funitur-an, aku dan suami punya cita rasa 'selera' yang sama. Suka yang modelnya simpel, nda ribet, polosan, dan elegant. Hehe...
- Jarak dari rumah
Biasanya kami memilih yang jaraknya nda terlalu jauh atau pusat kemacetan seperti daerah Batha dan Hara
- Timing collected household nya
Household yang Bisa di pick up  bersamaan, lokasi berdekatan, lebih dipilih dari pada yang lokasinya jauhan apalagi waktu utk collection nya berbeda. Ini menyangkut cost untuk pemindahan barangnya. Karena untuk 1 kali pick up, cost nya lumayan besaaar, jadi untuk meminimalisir ini, kita juga memilih yang timingnya samaan. Total pick up, dismentle, dan assembly alhamdulillaah cuma 2 kali untuk proses pindahan kami. Pertama untuk AC dan bedset. Kedua untuk kitchen cabinet dan beberapa furnitur "jeroan" yang kita beli dari orang yang sama. Hehee...

Untuk beberapa barang elektronik (mostly barang elektronik) seperti free standing cooker (bahasa bekennya "kompor" wkwkwk), kulkas, mesin cuci, kita memang prefer beli baru. Bukan nda mau yang second hand sih sebenarnya. Ini murni karena soal pick up dan installment. Karena kita mesti pertimbangkan jarak dan waktu pick up juga. Mostly, kan masi dipakek karena itu barang yang penting untuk perumahtanggaan hihi. Kalau nunggu yang bersangkutan benar-benar berangkat, kita mesti mikirin lagi cost untuk pick up nya yang kalo dihitung-hitung hampir sama dengan beli yang baru (apalagi kalo dapet yang diskonan, free delivery and installment), kenapa tidak pilih yang baru sahaja? Hihi...

JUST MODIFY

Barang yang kita beli, adalah fungsinya. Soal penampilan, nomor dualah. Selagi sesuai "selera" (baca: gak norak dan ribet), masih kuat dan bagus, fungsinya termanfaatkaan, angkuuut! Nanti tinggal modify! Keluarkan jurus kreasinya. Hihi...

Ini salah satu contoh hasil modify, our shoe cabinet. Yang awalnya penampakannya yaa begitu deeh, ada harga ada rupa laah, oleh emak Aafiya di-modify jadi kayak ginii niih (liat di gambarnya ^•^). Secara fisik alhamdulillaah masih kuat dan memah kita pengen fungsinya! Cuma ada penampakannya sedikit mengganjal. Jadiii, tinggal modify ajah. Mainkan kreasinya, hehe.
sebelum dikreasikan

setelah kenak sentuhan craft :D


BERSIAP UNTUK HAL TAK TERDUGA!

Bagi yang mau pindahan, sebaiknya perlu menyiapkan diri (dan juga dana cadangan tentunya) untuk hal tak terduga. Banyak hal tak terduga yang tidak kita prediksi sebelumnya. Karena kita baru perta kali miih pindah ke rumah yang nda furnished di sini. Misal, instalasi AC Split yang ternyata ribet dan butuh cost besar. Berbeda dengan window AC yang instalasinya bisa dibilang lebih mudah dan nda butuh cost besar. Contoh lainnya adalah cerita soal kompor. Hehe...

Semenjak awal kita emang pengennya kompor listrik sahaja, karena kalo kompor gas capek ngangkutin gasnya ke lantai 2! Hihi... Intinya males ribet lah! Dan lagi, penggunaan kompor listrik di sini (meski 5100 watt) sama aja dengan beli gas. Aku sebenarnya cukup terkesima ketika pertama kali datang ke sini dan liat watt barang elektronik di sini yang besuaaarr banget! Di Indonesia, untuk satu rumah watt nya biasanya rerata 1300-an kan yaa. Bahkan rumah jadul masih ada yang 700. Di sini? Setrikaan sendiri aja 2200 watt! Kompor 5100 watt. Kulkas 1500 watt. AC 2100 watt. Ada 4 AC di rumah. Vacum cleaner 1500 watt. Food processor dan blender 800 watt. Water heater untuk musim dingin 1800 watt,dan ada 3 water heater di rumah. Dan barang elektronik lainnya yang nda bisa disebutkan satu persatu. Coba aja hitung, berapa banyak penggunaan listriknya!
kompor lagi proses instalasi, kabelnya lagi diobrakabrik, hehe

Back to kisah kompor listrik. Kita pilih yang free standing cooker karena memang mayoritas di sini free standing cooker. Ada ovennya sekalian, jadi nda perlu beli oven lagi. Hehe. Meskipun emak Aafiya nda begitu hobby baking, setidaknya buat bikin lazy pizza jadi sangat kepake deeh. Awalnya kita pikir tinggal colok aja tuh si kompor listrik! Ehh ternyata prosesnya ribet juga! Harus narik kabel yang 20 Ampere. Harus manggil electrician. Daaan butuh 2 hari untuk menyelesaikannya! Bukan 2 hari full (seharinya paling sekitar 3 jam-an lah). Ini unpredictable buat kita sih. Tapi jadi pelajaran berharga lah.

Alhamdulillaah 'ala kulli haal, meski pada awalnya terasa berat dan berasa PR banget soal hunting household ini, tapi finally selesai juga persis 1 bulan sebelum lahiran Aasiya. Setelah beberes dan settle, alhamdulillaah anaknya baru lahir.

Living in Riyadh (part 17): Lahiran di Riyadh

Ketika habis lahiran, beberapa teman datang berkunjung. Menjenguk new baby ceritanya. Naah, pertanyaan yang muncul dari beberapa teman-teman yang tidak pernah lahiran di sini atau tak pernah jauh dari orang tua adalah,

"Gimana lahiran di sini? Susah nda? Apa-apa urus sendiri.. Gak ada yang bantuin."
"Masaknya gimana? Catering?"
"Aduuh, saya nda berani euy lahiran di sini. Dulu pas tau hamil, kami akhirnya menunda berangkat ke sini, nunggu sampai si baby nya lahir dulu."

Pertanyaan itu ternyata tidak hanya muncul dari teman-teman di sini, tapi juga teman-teman yang dari Indonesia. Secara, sekarang media komunikasi sudah sangat mudah kan yaa...


Yaa, begitulah. Terkadang, sesuatu terlihat sulit ketika kita belum menjalaninya. Akan tetapi, kita akan benar-benar mengerti sesuatu itu sulit atau mudah ketika kita benar-benar sudah berada di situasinya dan harus menghadapinya. Alhamdulillaah, so far semuanya relative bisa dihandle dengan cuti suami yang hanya 1 minggu selama prosesi lahiran ini. Kadang, kita tidak tau kalau kita bisa melewatinya ketika sesuatu hanya berada di ruang imajiner belaka. Hehe...

Apa perbedaan lahiran jauh dari keluarga di sini dibandingkan lahiran di kampung halaman yang dekat dengan keluarga?
Pertama, Jika lahiran di kampung halaman/dekat dengan keluarga, banyak saudara dan keluarga yang bantuin. Alhasil, relative dimanja lah ibu-ibu yang baru lahiran. Kebanyakan aktifitasnya hanyalah makan lalu menyusui, makan lagi, menyusui lagi. Haha. Pekerjaan dapur, beberes, bebersih, di take over sama keluarga lainnya. Berbeda dengan lahiran jauh dari kampung halaman. Apa-apanya urus sendiri. Seminggu setelah lahiran, pekerjaan dapur udah diurus sendiri. Nyuci juga. Hmm.. Lahiran di negeri yang jauh, orang tua/mertua nda bisa datang, daan tidak meminta bantuan dari mba-mba yang kerja buat beberes dan bebersih, tanpa catering makanan jugak, mungkin bagi kita yang belum pernah merasakannya akan terasa berat dan ingin give up sahaja... tapiii, alhamdulillaah banyaaak kemudahannya. Semua adalah pertolongan Allah. Allah-lah yang menguatkan. Dan juga, support dari suami juga. alhamdulillaah, sekali lagi, banyaaak kemudahannya. Apalagi dengan support suami, yang turun tangan membantu pekerjaan rumah. Semuanya terasa indaah, alhamdulillaah...

Kedua, Jika lahiran di kampung halaman, biasanya suka ada 'aturan tak tertulis' bahwasannya ibu-ibu yang habis lahiran mesti stay di rumah sekurang-kurangnya 30-40 hari. Kecuali keluar rumah untuk urusan yang sangat sangat penting, misal imunisasi si bayi atau kontrol ke dokter pasca lahiran. Selain itu, hampir bisa dipastikan si ibu yang habis lahiran ini mesti teteeeepp di rumah sahaja. Kalau di sini, Aasiya usia 5 hari sahaja kita udah ajak jalan ke luar, dan usia 7 hari udah di ajakin belanja keperluan dapur. Hihi.. Usia seminggu kurang udah ikut ngelingker alias ngaji mingguan emaknya, pokonya aktifitas normal lainnya deh. Jadi, ga ada yang namanya cuti lahiran, wkwkwkwk.

Ketiga, Lahiran di kampung ma shaa Allah, kuatnya ibu-ibu yang melahirkan mempertaruhkan nyawanya tanpa pain killer. Sungguh angkat topii...
Lahiran di sini relative 'manja' dengan adanya pain killer pada proses lahirannya. Ya, kita boleh request pain killer kalo kita mau. Kebijakan di sini memperbolehkannya. Sebut saja golongan narkotik semacam pethidine, bahkan naloxone hingga ke epidural bisa di request kita memang nda sanggup menghadapi rasa sakit yang hebat ketika melahirkan. Kalau lahiran di kampung, rasa sakit melahirkan haris filalui tanpa pain killer. Meski buat orang yang ambang nyerinya rendah macam emak aafiya dan aasiya ini, pain killer nda begitu ngaruh, teteep ajah sakiiit heuheu, tapi setidaknya bisa ngurangin dikit laah. Bagi sebagian orang, mulas dan kontraksi malah jadi hilang dengan bantuan pethidine, tapi ndak berlaku sih buat aku. Hehe. Kadang mau idealis juga, untuk memilih opsi no medication selama proses lahiran. Tapi, jika ada yang mudah, kenapa milih yang sulit? Hehe..


'Ala kulli haal, alhamdulillaah...
Meski jauh dari keluarga, di sini banyak saudara-saudari sebangsa yang ma shaa Allah juga memberikan support, membawakan makanan di kala busui napsu makannya lagi on banget. Hihi. Apalagi makanan yang Indonesia bangeeet. Hiiyy, jadi takut liat timbangan! Udah nambah berapa kilogram yak sekarang? Wkwkwkwk...


Naah, buat ibu-ibu mahmud yang mau lahiran jauh dari keluarga, baik di luar negeri maupun luar nagari, don't worry, in shaa Allah bisaaa ngelewatinnya. Sebagaimana janji Allah, bahwa setiap kesulitan itu pasti ada kemudahan yang menyertainya. Semangaaatt!!