Menguatkan Pondasi

setelah sekian lamaa libur nge-blog, akhirnya aku kepingin nge-blog lagi. bukan karena malas nulis mengapa tulisan di blog ini sepi dalam 2 bulan terakhir, tapi hanya karena tidak sempat menulis. ada banyak hal yang ingin aku ceritakan di blog ini. banyaaaak haaal (versi lebaynya, hehe). tapi pada akhirnya terlewat begitu saja. tapi, tak apa. mari mencoba bercerita dari apa yang masi menyesakkan dada.

ada satu hal yang ingin sekali aku ceritakan yang (sekali lagi) menyesakkan dada. tentang betapa pentingnya menguatkan pondasi akidah pada jiwa-jiwa anak yang masih polos dengan kesucian fitrahnya dan menanamkan serta memupuk keimanan di hati mereka. ini berangkat dari fenomena betapa banyaknya pendangkalan akidah yang baru aku sadari mekar dan bersubur. sayangnya, aku baru menyadari (tepatnya lebih peduli) akan maraknya hal ini, baru belakangan ini. tapi, alhamdulillah, tersadar jua aku pada akhirnya, bahwa aku selama ini mungkin apatis dengan lingkungan mengenai pendangkalan akidah yang sangat marak di sekelilingku ini. ya, this is like a sand storm in my face. menampariku dan berkata, "kau tak seharusnya membiarkannya begitu saja, fathel!"

apa yang sedari kecil ditanamkan kepada anak dengan fitrahnya yang masih polos, akan jauh lebih melekat (dan bahkan sampai ke alam bawah sadarnya), hingga hal itu menjadi cara ia memandang sesuatu ketika ia beranjak dewasa dan ketika ia pun kemudian menjadi orang tua. penanaman pondasi itu dimulakan dengan hal-hal yang salah, akidah yang "menyimpang" yang terus menerus diwarisi dari generasi ke generasi. akhirnya, semuanya dianggap lumrah dan biasa. dan sampailah pada masa di mana seseorang yang benar, yang berada di jalan yang lurus malah dianggap fanatik dan berlebihan!

pertama, soal khurafat dan takhayyul.
ini sepertinya, menjadi hal yang sudah biasa saja. "kata orang tua-tua..." dijadikan landasan. padahal, tidak seharusnya "kata orang tua-tua" dijadikan dasar sebab banyak sekali hal tak berdasar yang disebabkan oleh "kata orang tua-tua" ini yang isinya khurafat dan tahayyul semua. seharusnya, yang menjadi dasar dan landasan adalah, "kata Allah dalam al qur'an dan kata Rasulullah saw dalam hadits".

"jangan menyapu halaman siang-siang, nanti ga punya anak"
"jangan melilitkan kain ke kepala, nanti anaknya terlilit tali pusarnya"
"pakai bawang putih dan daun selasih, biar bayi aman ketika di jalan"
"jangan begini... nanti begitu..."

semua takhayyul dan khurafat... sesuatu yang dibuat-buat yang kemudian turun temurun, yang pada akhirnya menjadi budaya dan kepercayaan. padahal, itu tak lain hanyalah kebohongan dan berita dusta yang diperindah, dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme--kepercayaan jaman dulu sebelum islam masuk dan memerangi itu semua.

فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (QS. an-Nisa: 94).
انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا
Lihatlah bagaimana mereka berbuat dusta atas nama Allah. dan cukuplah itu sebagai perbuatan dosa yang nyata. (QS. an-Nisa: 50).
(bersambung, in shaa Allah)

Dan Ini Januari yang Basah

Januari.
bersua juga akhirnya dengan januari kembali. ini adalah januari ke-30 ku.
dan januari kali ini basah bersimbah air mata.


3 Januari 2017
jam 11.45 pagi (menjelang siang), ayah kami tercinta kembali ke hadirat-Nya setelah melewati perjuangan yang cukup lama, bolak balik ke rumah sakit untuk indikasi yang tidak ringan: adenokarsinoma.

semoga Allah merahmati ayahku tercinta.
smoga Allah ampuni dosa-dosa Ayah.
semoga penyakit itu menjadi penggugur dosa-dosa ayah.
semoga Allah melapangkan kubur ayah, dan menjadikan tempat tersebut sebaik-baik penantian sebelum semua makhluk menerima buku catatan amalnya.

ayah, kami menyayangi ayah.
tapi Allah lebih sayang.


kelak, cepat atau lambat, kami pun akan berada di alam yang sama. pasti!
dunia ini, hanyalah sebentar saja. sebentar yang sangat menentukan.

berkali lagi, mari berbenah wahai diriku!
karena anak shalih/ah adalah amal jariyah bagi orang tuanya.
maka, berbenahlah!