Ramadhan Sale dan Musim Diskon
Bajak Membajak yang Bukan Sawah
Suatu ketika aku mencoba memfoto makanan yang ternyata tak mudah untuk mendapatkan hasil yang profesional. Yaa, aku sendiri sebenernya juga rada malas sih 'menghias' latar photo ala-ala food photography gitu karena seringnya ga punya waktu banyak dan males ngotorin piring/mangkok dan kawan-kawannya lagi. Jadinya fotonya seadanya.
Jadii, mendapatkan foto bagus itu tidaklah mudah. Butuh banyak pengorbanan. Apatalah lagi membuat program atau aplikasi komputer misalnya. Bukan sehari dua hari tapi tahunan! Biaya riset yang tidak murah. Waktu yang tidak sebentar. Kegagalan yang berulang-ulang. Lantas, setelah sedemikian susahnya, masa sih kita enak-enakan menikmati hasilnya dengan BAJAKAN! Ya, ini poin yang ingin aku view saat ini.
Dahulu, ketika aku belum tau bahwa segala yang bajakan maupun yang versi KW itu tidak halal untuk dinikmati, aku adalah salah satu penggunanya. Terutama program bajakan. Spesifiknya, segala sesuatu yang berhubungan dengan desain dan video editing. Dengan mudahnya bilang ke teman, "copy program ini dongs." tanpa sedikitpun rasa bersalah. Astaghfirullaah. Astaghfirullaah. Sungguh diri ini sangat fakir ilmu.
Dan ternyata itu perbuatan bajak membajak ini jatuh pada status haram karena mengambil hak orang lain, merampas hak orang lain dan orang tersebut pasti tidak ridha ketika hak mereka dibajak meskipun bukan muslim. Ya, Islam sangat menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai creatifitas. Tidak mudah mendapatkannya dan kita dengan enaknya membajaknya dan menggunakannya sesuka kita? Padahal seharusnya kita membayar kreatifitas yang telah mereka buat itu, uang yang telah mereka keluarkan, waktu yang telah mereka habiskan dan kepayahan serya kegagalan yang telah mereka alami. Jangankan untuk program, untuk mendapatkan fotografi yang bagus saja sudah susaaah. Ahhh, sungguh ada hak orang lain yang kita ambil secara dzalim. Astaghfirullah.
Semoga Allah kuatkan azzam kita untuk meninggalkan segala bentuk program bajakan (kecuali dalam kondisi amat sangat terpaksa sekali). Terkadang ketika sudah 'menikmati', terasa berat untuk meninggalkannya. Semoga Allah kokohkan tekad kita dan Allah kuatkan hati kita untuk meninggalkan itu semua. Toh dunia ini hanya sebentar saja. Jika kita tak memakai program bajakan, in shaa Allah tidak akan membuat kita sakit kan? Atau tidak sampai mengancam jiwa kan? Atau paling sederhana, tidak membuat kita laper kaan? Jadi, seharusnya tidak ada alasan untuk tidak meninggalkannya.
Bismillaah.
Mari kembali menyusun langkah dan menekan menguatkan hati untuk memencet tombol "DEL" untuk setiap program bajakan yang masih nangkring di PC kita. Hihi...
Bebersih
Beberapa hari yang lalu aku abis "bebersih" blog. Iya. Bebersih sekaligus membuang link-link blog yang tidak aktif lagi 😀
Ceritanya, pas di ceki-ceki, ternyata banyak di antara list di blog aku yang dulunya aktif ngeblog tapi sekarang sudah off. Banyak juga yang blognya sudah usang dan bahkan ada yang sudah tidak dipakai lagi. Ya, untuk blog yang tidak pernah ditulisi lagi setelah thaun 2011-2012 termasuk kategori blog yang aku hapus linknya. Dari pada pelihara "rumah kosong" mending bebersih aja sekalian. Sapu sapu sapu hingga bersihhh. Ciaaatt... Ciaaattt... Hehehe...
Daaaan, taraaaa link di blog aku sekarang berkurang lebih dari 50%
Angka yang fantastis bukaan? Iya sih yaa...
Itu artinya, lebih dari setengah blogger sekarang tidak lagi menjadi blogger. Hihi...
Mengapa oh mengapa ini semua terjadi?
Setelah melakukan sedikit analisa dadakan, sepertinya kehadiran sosial media merupakan causal utama mengapa blogger meninggalkan blognya. Mengapa?
Sosial media itu:
✔️ easy to use (tinggal install aplikasi, aplod photo, bikin tulisan tentang itu... Atau hanya sekedar bikin status? Tinggal klik di kolom yang ada tulisan "apa yang sedang anda pikirkan", dan taraaaa...isi pikiran berubah menjadi status... Kekekeke...)
✔️ lebih interaktif (audiens nya lebih banyak, feedback lebih terasa, lebih berlangsung dua arah. Ada fasilitas like jugaak. Wuiiihh kalo dapat like, seneng nyaa bukan main. Wkwkwkwk... )
✔️ follower dapat dengan mudah mengakses tanpa harus repot-repot ngebuka blognya. (Buka akun pribadi, postingan orang lain pun nyantol di timeline)
✔️ posibility orang membaca akan lebih besar dengan sosial media. (Namanya juga SOSIAL yaa mestinya ramee... Ga ada yang namanya SOSIAL tapi sendirian. Ya kayak blog. Makanya blog bukan sosial media... Hehe)
✔️ aktualisasi diri (bagi sebagian orang lebih berasa kali yaa. Misal "tuuhh kaaan, liat follower gue banyaaaak. Gue terkenal kaaan". Bukankah banyak yang jadi seleb juga gegara si sosmed?).
Next, ada yang mau menambahkan lagi poin nya?
Ya begitulah.
Kehadiran sosial media bagi si blog bagaikan kehadiran g*jek/gr*b/ub*r bagi abang ojek pangkalan. Ihiks...
Buka blog, butuh usaha, butuh ngetik url dulu. Nge comment kudu log in dulu. Kalo sosmed mah tinggal buka akun sendiri daaan akan banyak tulisan berseliweran.
Jadi, semenjak kehadiran sosmed yang makin nge-hits, hanya beberapa blogger saja yang bener-bener blogger yang masi bertahan di dunia per-blog-an dan hanya stalker sejati sajalah yang masi ngikutin blognya para blogger 😂😂😂...
Buat aku, meskipun ada sosmed, blog tetep jadi rumah maya yang in shaa Allah tidak aku tinggalkan (smoga istiqomah). Berharap ada 'jejak hikmah' yang tertinggal. Sekurang-kurangnya memuarakan rasa. Sebab menulis adalah salah satu rekreasi jiwa. Meski bukan nulis cerpen atau novel lagi seperti dahulu kala. Hehe...
Really appreciate buat para blogger yang masih menggoreskan kata di rumah mayanya. Selamat buat yang blognya tidak ikut kesapu bebersihnya blog "ummu aafiya". Sila cek link nya. Mana tau blog kamu sudah kehapus. Boleh komen di sini. Hahaha, emangnya kamu siapaaa sih Fatheeeeel? 😝😝😝
Iyaa... Iyaa... Aku tau koq, blog readers nya ga banyak. Hihi... Jadi, in shaa Allah ga ada yang baper juga... 😀
Akhirul kalam, yuks nge blog lagiii...
Jangan biarin semak belukar memenuhi rumah mayamu... Okeeh? 😉