Rihlah ke (Gurun) King Salman Safari Park

Landscape secuplik kecil King Salman Park, BBQ di lembah dan ini pemandangan dari puncak bukit

King Salman Park merupakan salah satu list yang aku tandai di maps untuk dijadikan tujuan rihlah atau family time. Walaupun saat itu belum tau kapan bisa mengunjungi taman ini.
Dan gayung pun bersambut. Kekeke... Pas kebetulan bapak-bapak marhaba (baca: teman-teman Abu Aafiya yang berdomisili di apartemen Marhaba district An Nahda) merencanakan mau bakar-bakaran (sate, ayam, ikan) di Winter yang mulai semriwing-semriwing dingin nya ini. Plan nya bapak-bapak yang ngatur semua. Para ibuk-ibuk tinggal masak-masak dan cuusss gooooo! Kekekeke....

Pas abu Aafiya ngasi tau rencana ke King Salman Park, emak Aafiya senaaang bangeeet dongs... Yeiiy, alhamdulillah salah satu "to do list" nya bakal terwujud. Hehe... Biasanya kami naman di Riyadh paling sekeluarga doang. Naah, kalo yang ini rame-ramee... Semacam family gathering untuk orang Indo yang tinggal di kelurahan sekitar Nahda kali yaa... Kekeke...
Banban

Model: Raihan anaknya mba Aiz

King Salman Park berposisi di utara Riyadh. Lebih utara lagi dari bandara (yang mana dulu aku menyangka udah paling utaraa tuuh si bandara wakakaka). Nama daerahnya adalah Banban. Awalnya aku berpikir ga jauh amatlah. Paling sejauh salam park. Ehh tak dinyana ternyata lumayaaaan jugaa... 62 KM dari rumah kami. Daaan, tau gak... tau gaaak... tau gaaak.... kita melewati jalan yang syerem-nyerem sedeep tapiii cantik sekali... (bahasa apaah iniih wkwkwkwk).
Sekumpulan mobil putih di tengah itu adalah rombongan kelurahan An Nahda 😁

Sedikit cerita, jadi kami di arahkan lewat jalan Janadriyah. Itu Riyadh pinggiran sebelah Timur. Padahal teman-teman lain lewatnya tengah kota via bandara baru deh ke akses jalan Banban-Airport. Dan kamii? Baru beberapa saat keluar dari jalan Khurais dan Janadriyah, ketemu sedikit perkampungan lalu setelahnya hanyalah gurun-gurun dengan pemandangan yang cantiiiik ma shaa Allah. Kalau lagu anak-anak "kampuang jauah di mato, gunuang sansai bakuliliang", maka gubahan lirik paling tepatnya adalah "gurun sansai bakuliliang wakakaka. Kiri kanan sejauh-jauh mata memandang adalah hamparan gurun dan landscape yang menakjubkan ma shaa Allah. Beberapa lagi adalah lokasi peternakan unta. Beberapa lagi arena rihlah bagi sebagian orang lokal. Mendirikan kemah. Ngeteh. Dan lain sebagainya. Iya sih, sekarang suhunya lagi enak bangeet. Seujuuukk bangeet (kisaran 14-20° C). Jadi wajarlah berkemah di gurun sekarang lagi di peak season nya. Syeremnya adalah karena di sini kami menjumpai jalan 2 arah. Secaraa di Riyadh selama ini kami sering dan mostly jalan selalu 1 arah, kecuali jalan di komplek perumahan. Jadi santai wae mau ambil lajur tengah kan yaa, even kiri sekalipun (di sini setir mobil setir kiri, kebalikan dengan indonesia)... Ketemu jalan 2 arah rasanya sereem banget dengan gaya orang sini mengendarai mobil yang kencang-kencang syekaliii... Kita teteep stay tune di lajur kanan... Ga ambil lajur tengah karena khawatir tetiba ada mobil kencang dari arah berlawanan... Karena default nya selama ini nyetir kan di jalan 1 arah. Khawatir lupa karena sudah terbiasa... Kekeke.
Sayang settingan kameranya salah... too dark 😑🤔

Kayak semacam benteng di atas bukit gitu... itu family arena spot kayaknya sih

Perjalanan untuk 62 KM kami tempuh dengan durasi sekitar 55 menit. Pas sampai di King Salman Park,kami disuguhkan dengan pemandangan yang cantik ma shaa Allah... Terlihat pemandangan daerah Banban dari ketinggian. No entry fee! Seperti kebanyakan taman rekreasi di sini, masuknya gratis tis tis... Hanya sebagian kecil yang berbayar... Itupun ga mahal... Alhamdulillaah...
Another photo of King Salman Park

Walaupun judulnya Park, tapi taman ini lebih tepat disebut gurun. Tidak hijau sama sekali. Taman ini taman paling besar di Saudi yang pernah kami kunjungi (dan yang terlihat dari maps juga sih hehe). Very huge park with lot of sands, green-less, but beautiful landscape ma shaa Allah... Ada banyaak playground dan juga family area spot untuk BBQ dan ngeteh-ngeteh. Berbukit dan berlembah. Kita bisa memilih mau di bukitnya atau di lembahnya. Kebetulan kemarin kami memilih lembahnya.
Aafiya mendaki bukit ditemani tante Tyas... ngintil emaknya yang lagi di atas bukit

Aafiya and friends look sooo happy... Seneng banget mereka main di sini. Main di playground, main pasir-pasiran, mendaki bukit...
Tapi ketika sore suhu drop banget. Namanya di gurun dan musim dingin pastilah lebih dingin dari pada di dalam rumah kan yaa... Aafiya sampai dipakaikan dobel jaket karena dinginnya. Aasiya kebetulan pas sore itu lagi tidur, jadi bobo di dalam mobil aja biar tidak kena angin gurun yang dingin.
Aafiya dan mba Tyas umm Dinda

Ketika malam, taman ini gelaap dan lampunya ga begitu banyak. Yaa dimaklumi sih, tamannya besaaar banget soalnyaa... Jadi, better sebelum maghrib udah pulang. Over all, alhamdulillah bini'mah, taman ini sangat menyenangkan. One time,pengen ke sini lagi in shaa Allah... Recommanded buat rihlah keluarga.
Sunset di gurun Banban (zoom dengan lensa semi tele focal length 300 mm)

Bagi yang berdomisili di Riyadh, mengunjungi taman ini worth it in shaa Allah...
Photo by Abu Aafiya... sukaaa landscape inii ma shaa Allah...




Note: semua foto di postingan ini adalah dokumentasi pribadi emak Aafiya... Please minta ijin dulu kalo mau pakek yaa... Mari saling menghargai... 😉

Madinah City Tour with Hop on Hop Off Bus


Masjid nabawi, di depan King Fahd gate no. 25 (photo by Umm Aafiya)

Seperti biasa, madinah selalu saja menawarkan kedamaian. Kota yang sungguh-sungguh penuh peaceful... Ketika engkau berada di Madinah, maka perasaan yang engkau rasakan adalah rasa ketenangan. Ini adalah kota yang dicintai oleh Rasulullah. Di sini jasad yang mulia itu berbaring. Di sini, masih berdiri sisa sejarah yang sudah ada sejak zaman Rasulullah.
Secuplik kota Madinah (photo by Umm Aafiya)

Di madinah sekarang ada yang baruu.. Banyak yang baru lebih tepatnya... Hehe... Baru buat aku tapi mungkin sudah dimulai beberapa bulan yang lalu. Karena aku sendiri memang sudah agak lama tidak ke Madinah. Sudah lebih dari 1,5 tahun.
Sesuai dengan 2030 Vision dari Raja Salman, Madinah akan dijadikan sebagai International Islamic Tourism... 
Masjid Nabawi di waktu maghrib(photo by Umm Aafiya)

Di Madinah sekarang terutama sekeliling masjid Nabawi banyak sekali exhibition dan juga sedang di bangun museum Al Salam. Beberapa exhibition di antaranya The Beautiful Name of Allah exhibition, Rasulullah the Messenger of Allah exhibition, Prophet Mosq Expansion exhibition, the Holy Qur'an exhibition. Lebih lengkapnya in shaa Allah aku celritakan di next postingan beserta fotonya.
Konter bus hop hop tempat beli tiket(photo by Umm Aafiya)

Bus hop hop kata Aafiya (photo by Umm Aafiya)

Salah satu yang baru buat aku di Madinah adalah sekarang ada official offer untuk city tour. Dan khusus untuk tulisan kali ini, aku ingin berbagi pengalaman mengililingi kota Madinah menggunakan fasilitas city tour yang familiar dengan sebutan Madinah City Sightseeing ini. Transportnya menggunakan moda bus yang dikenal dengan bus Hop On Hop Off.
Ada wifi on board

Bus Hop Hop (begini Aafiya menyebutnya hehe) memiliki 2 rute. Green Route dan Red Route. Rute hijau adalah rute di sekeliling masjid nabawi dimulai dari depan King Fahd gate, lalu mengelilingi masjid al Nabawi ke arah kanan menuju perluasan masjid Nabawi yang arah pemakaman Baqi. Destinasi kedua adalah pemakaman Baqi. Pemakaman Baqi juga disebut sebagai taman surga di dunia. Di sini dimakamkan lebih dari 10.000 sahabat dan keluarga Rasulullah. Termasuk istri-istri beliau (kecuali Khadijah Ra), anak-anak Beliau dan juga Ustman bin Affan. Destinasi ketiga Holy Qur'an Exhibition. Destinasi keempat Al Salam road dan old Bazaar. Lalu bus kembali ke depan King Fahd gate.
Holy Qur'an exhibition 

Pemakaman Baqi

Selanjutnya adalah rute merah, untuk destinasi ke-5 sampai ke-11. Destinasi ke-5 adalah Gunung Uhud. Kita pasti sudah sangat familiar dengan gunung Uhud kan yaa... Salah satu perang di zaman Rasulullah melawan kafir Quraisy terjadi di gunung Uhud di mana pasukan pemanah tergiur ghanimah dan melanggar perintah Rasulullah untuk tetap bertahan. Pada perang ini Rasulullah terluka parah dan salah satu shuhada Uhud adalah paman yang Beliau Cintai, Hamzah . Gunung Uhud adalah gunung batu yang merupakan gunung dari surga. Ia mencintai umat Islam dan umat Islam mencintainya. Di lembah Uhud ini dimakamkan 73 org para shuhada Uhud. Dalam pemikiran kita, pemakaman itu ada nisannya ya. Tapii pemakaman shuhada uhud hanyalah seperti tanah yang datar saja.
Pemakaman shuhada Uhud

Gunung Uhud

Gunung Uhud

Destinasi ke-6 adalah Al Noor mall. Kalo mall mah ga tertarik buat ngunjungin di Madinah. Di Riyadh jg amat sangat buanyaaaak mall... hehe..

Destinasi ke-7 adalah Sultana Road. Ini jalan yang cukup populer di Madinah kayaknya. Ada pusat perbelanjaan barang branded dan wisata kuliner juga. Idem sama rute ke-6, kita just stay on the bus mah kalo di sini.

Deatinasi ke-8 adalah masjid Qiblatain. Di masjid ini Rasulullah shalat dengan menghadap 2 qiblat yg awalnya ke masjid al aqsa lalu mengarah ke ka'bah di Makkah.

Destinasi ke-9 adalah Parit di Khandaq. Tempat Rasulullah melaksanakan perang Khandaq. Parit yang digali adalah sepanjang 3,75 meter, kedalaman 3-4 meter, lebar 5-6 meter. Secara geografis, kota Madinah ini dikelilingi oleh gunung batu yang medannya sulit ditempuh oleh kuda atau onta. Bahkan ada bukit lava yang mengeluarkan panas. Satu-satunya tempat yang mungkin dimasuki adalah di Khandaq. Salman Al Farisi mengusulkan agar digali parit agar musuh tidak bisa masuk ke Madinah. Dan paritpun digali. Ternyata strategi ini berhasil. Musuh terpaksa mundur dan menerima kekalahan.

Destinasi ke-10 adalah Masjid Quba yang merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah sesampai di Madinah. Shalat sunnah 2 rakaat di masjid Quba nilai pahalanya setara umrah. Jadi, jika berkunjung ke Madinah, kita mesti mampir dulu ke masjid Quba.
Masjid Quba

Destinasi terakhir adalah Hijaz Railway Station museum. Dulunya ini adalah stasiun yang menghubungkan Madinah dengan kota-kota lain semasa Turki Usmani. Selain untuk Jalur perdagangan, juga untuk menyebarkan Islam pada zaman tersebut. Cita-citanya Railways ini sampai ke kota Makkah. Tapi belum terwujud dan sekarang baru diwujudkan oleh pemerintah Saudi. Jalur kereta cepat yang menghubungkan 2 kota suci. Jika menggunakan mobil pribadi, kami menempuh 4-5 jam perjalanan dari Makkah ke Madinah. Kabarnya dengan menggunakan kereta bisa ditembus selama 2 jam saja. Aahh, pengen coba naik kereta antara Al Haramain ini... Kabarnya baru dibuka akhir 2017 inibatau awal 2018. Semoga terwujud nanti, in shaa Allah.. Aamiin...
Hijaz Railways Station

Over all, pengalaman naik bus Hop Hop  adalah pengalaman yang menyenangkan. Dulu, kata teman-teman harganya masi 40 SAR/orang. Tapi, pas kami bayar di konternya, ternyata harganya naik jadi 80 SAR/orang. Harga tiket ini menurutku cukup mahal disebabkan kita tidak bisa mengunjungi semua destinasi dalam 1 hari dan bus tidak beroperasi 24 jam. Total dalam 24 jam, hanya sekitar 12-13 jam beroperasi. Daan, bus yang harusnya datang tiap 30 menit, actuallynya datang tiap 50 menit-1 jam an. Ba'da dzuhur sampai ashar juga tidak beroperasi. Jadii, dengan rentang waktu yang singkat ini tidak mungkin mengunjungi semua destinasi dalam 1 hari.
Tempat duduk di udara terbuka bus hop hop... ma shaa Allah... so menyenangkan...

Kelebihannya, bus Hop Hop ada tempat duduk terbuka. Jadi benar-benar enjoy banget menikmati udara terbuka. Worth it buat emak Aafiya yang suka jalan-jalan karena jika tidak ikut city tour ini, kami mungkin juga ga pernah mengunjungi destinasi-destinasi seperti masjid qiblatain, gunung uhud, parit khandaq ataupun Hijaz Railway station. Paling kita cuma ke Masjid Quba aja... Secaraaa kitah bawa 2 balita inii dan waktu di Madinah biasanya agak mepet. Ga pernah lebih dari 4 hari. Jadii, biasanya datang-datang langsung ke masjid Quba. Trus jalan ke hotel. Daan mostly dihabiskan di Masjid Nabawi dan sekitarnya saja. Kalo pas naik bus Hop hop alhamdulillah bisa liat-liat semua destinasi. Kita turun di gunung Uhud, masjid Quba dan Hijaz Railways station aja. Di yang lain udah ga sempat. Itu pun memakan hari setengah hari karena ketemu macet juga di malam weekend. Pas di masjid di Khandaq karena kebetulam beryepatan dengan adzan isha, bisa mampir sebentar...hehe... 'ala kulli haal Alhamdulillah... worth it laah...
Bahasa Indonesia salah satunya

Selain itu, di bus hop hop juga disediakan headset dan di sepanjang perjalanan kita dipersilakan untuk memperdengarkan kisah seputar Madinah dan sejarah mengenai tempat-tempat yang kita kunjungi. Dari 8 bahasa, salah satunya Bahasa Indonesia lhoo... Alhamdulillaah...
Lagi serius denger ya Aafiya? 😂

Bagi kamu yang ke Madinah, city tour ini good untuk di coba...
Shuttle nomor 5... Hayooo di mana tebaak...

Note: semua photo dalam postingan ini adalah dokumentasi pribadi dan difoto oleh Emak Aafiya... Dilarang mencomot tanpa ijin yeee... Mari saling menghargai HAKI dan stop segala macam produk bajakan ☺

Ada Cinta di Setiap Kata Kita ❤

Berkata Baik atau Diam 😙

Alkisah, pada zaman Rasulullah, ada seorang anak kecil dengan kuniyah Abu Umair. Abu Umair adalah anak dari Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Abu Umair memiliki peliharaan seekor burung yang dinamai Nughair/Nughrun. Beliau sering bercanda dengan Abu Umair dan burung peliharaannya.

Dikisahkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam datang menemui Ummu Sulaim yang memiliki seorang putra yang diberi kuniyah Abu Umair. Rasulullah suka mencadainya. Suatu hari, beliau melihat Abu Umair bersedih. Lalu beliau bertanya,
“Mengapa kulihat Abu Umair bersedih?” Orang-orang menjawab, “Nughrun (burung kecil seperti burung pipit yang lekuk matanya berwarna merah)nya yang biasa bermain dengannya mati.”
Kemudian beliau menyapanya untuk menghibur si anak yang kehilangan mainannya ini, “Abu Umair, burung kecilmu sedang apa?”
(HR. al-Bukhari No. 5850)

Ma shaa Allah begitu mulia akhlak Rasulullah dan beliaulah teladan dalam hidup kita. Tapi, jarang sekali kita meneladani beliau (astaghfirullah), khususnya (yang pengen aku tuliskan kali ini) akhlak beliau terhadap anak kecil.

Banyak pelajaran berharga dari kisah Abu Umair ini.
Mari kita ambil contoh sederhana yang tak jauh dari kisah Abu Umair. Sebutlah misalnya anak kita memiliki seekor burung peliharaan, lalu burung itu mati. Si anak datang menghadap kita dan berkata sambil menangis,
Anak (A): "Bunda, burungku mati.. huhu..."
Bunda (B): "Ohh burungnya mati yaa.... cup cup... udaaah ga usah sedih yaa sayang."
A: "Tapii aku sukaa sekali sama burung ituu"
B: "iyaa... jangan sedih yaaa... nanti kita beli lagi burung yang baru. Oke?"
A: "ga mauuu... ga mauuu... aku maunya burung yang ituuu..."
B (mulai jadi sedikit esmosi, dan tak habis pikir, mengapa anaknya ngotot banget mau burung yg jelas-jelas sudah mati): "sayaang, coba denger bunda. Burungnya udah mati, nak. Kamu udah ga bisa lagi main sama burung itu. Lihat tuh dia udah ga gerak lagi kan. Udah ga bisa terbang lagi kaan." ( si bunda Berusaha memberi penjelasan logis) "kalau kamu nangis seharian pun, burungnya juga ga bakalan hidup lagi, sayaang."
A: "hwaa...hwaaa...hwaaaaa..... ga mauuuuu... pokoknya mau burung yang ituuuu...." (nangis kejeerr)
B: "kamu koq begitu siih!? Udaahh.. udaaahh!! jangan nangis lagi!! Cuma burung aja koq! Masih banyak burung yang lain."
Dan si anak pun, bukannya terhibur, malah menangis makin keras.

Yap!
Di sini letak masalahnya. Kita, sudah amat sangat terbiasa sekaliii meng-ignore, menolak, mengabaikan, tidak menerima perasaan anak! Dan sebab ini sudah sangat biasa terjadi, kita melihatnya bukan lagi sebagai sebuah "kesalahan" respon. Sebab kita bermaksud baik. Ingin menghibur anak. Tak ingin anak kita bersedih. Tak ingin anak merasa kehilangan. Itu berarti pertanda kita sayang sama anak kita. Tapii, apakah anak terhibur dan makin hilang kesedihannya? Sepertinya tidak yaaa... Alih-alih hilang kesedihan, yang ada malah sekarang bertambah macam perasaannya, yang awalnya hanya sedih, menjadi kesal juga karena emaknya tidak "menerima" perasaan sedihnya.

Iya. Kita jarang sekali "menerima" perasaan anak. Padahal, kesedihan adalah sebuah rasa yang datang secara alamiah. Kesedihan adalah sebuah perasaan yang pasti ada di dalam diri kita. Dan, ketika kita berkata "jangan sedih yaaa..." meskipun dengan nada sangat rendah, tetap saja artinya kita menolak untuk menerima perasaan sedih tersebut kan yaa... Apalagi ditambah dengan nasihat-nasihat seperti "naak, kamu nangis juga ga bakalan menghidupkan kembali burungnya..." atau penjelasan logis "burung itu sudah matiii... ga bisa main lagii...", di saat kesedihannya sedang memuncak. It's will be helpful?! Even gaya "menghibur" kita saja dengan menjanjikan "akan membelikan burung yang baru" tidak cukup untuk membuatnya senang kembali, apalagi ketambahan nasihat atau penjelasan logis. Bisa masuk nasihatnya ke anak? Bisa masuk penjelasan logisnya? Of course NO!


Kita sebagai orang dewasa saja, dalam relasi pertemanan atau kepada pasangan misalnya, pasti juga tak suka jika perasaan kita "ditolak". Misal, kita lagi sebel seharian, lalu ketika kita curhat, respon yang kita terima adalah "udah, ga usah kesal... bla... bla... kamu itu harusnya tak begitu, kamu harusnya begini...". Sudah pasti jawaban itu bukan bikin sebel hilang, melainkan malah makin sebel. Apalagi sampai kita "disalahkan" dengan kalimat pembuka "kamu seharusnya tak begitu...". Yang ada kita malah self defense! Kita secara alamiah, pasti akan melakukan "pembelaan diri" ketika kita disalahkan atau disudutkan. Iya kan? Atau nasihat. Ketika kita dalam keadaan sebel dan kesal, bisakah kita menerima nasihat, meski pun nasihat itu BENAR? Oh NO! Yang ada malah kita semakin kesal dan bertambahlah macam perasaan kita yang awalnya cuma sebel menjadi marah dan emosi.
Apa yang sebenarnya kita butuhkan? Yep! Sangat simpel. Hanya butuh diterima perasaan sebel kita dan hanya butuh didengar saja.


Begitu pula dengan anak. Kita saja yang sudah mengenali logika, mampu menghubungkan sebab akibat, tetaap tidak bisa "menerima" sebuah nasihat yang benar ketika kita berada di puncak suatu perasaan negatif (misal sedih dan kesal), apalagi anak yang notabene belum mengenal logika dan penjelasan logis! Yang anak butuhkan adalah "penerimaan perasaan", just it!


Coba kita dengar jawaban Rasulullah terhadap Abu Umair. Kenapa Rasulullah tidak berkata "Janganlah bersedih wahai Abu Umair" ketika mendapati Abu Umair kehilangan burungnya? Rasulullah justru mengucapkan "Wahai Abu Umair, burung kecilmu sedang apa?"

Lalu, apa respon kita untuk contoh kasus di atas?
Mungkin kita bisa merespon dengan kalimat Simpel saja yang mendukung perasaannya, "kamu pasti sangat sedih yaa kehilangan burung kesayangan..." lalu cukup dengarkan saja. Sesekali timpali dengan gumaman "ohh...", "hmm...", "i see...", "i feel u..."


Lantas kapan dong menasihati dan memberi penjelasan? Jika anak sudah pada usia bisa memahami, kita bisa menjelaskan ketika anak dalam kondisi senang dan tenang. Ketika perasaan gembira, segala sesuatu akan sangat mudah diterima. Jangankan anak, orang dewasa saja begitu kan yaa...


Begitulah. Meskipun ini kedengarannya mudah, tapi pada pelaksanaannya tidaklah semudah pengucapannya. Kita--apalagi dengan kebiasaan kita yang lebih sering menolak perasaan--butuh berlatih berulang kali. Ini tentu tidak didapat secara alamiah. Sebagaimana alamiahnya kita mengucap respon penolakan karena kita sudah sangat terbiasa melakukannya. Kita butuh berlatih dan terus berlatih untuk bisa memberikan respon penerimaan, bukan respon sebaliknya.


Ya. Kita tidak selalu dalam kondisi baik dan hati senang. Ada masanya juga kita marah. Kesal. Emosi. Lelah. Terburu-buru. Kondisi ini sering kali membuat kata-kata kita menjadi tak terkontrol. Dan respon berupa penolakan, nasihat, ejekan, kritikan, peremehan dan bahkan ancaman lebih mudah muncul di masa-masa kita sendiri sedang dalam kondisi tak stabil. Di kondisi seperti ini, kita mungkin lebih merasa "puas" jika kita ngomel-ngomel kepada anak. Dan lebih sering kata-kata kurang baik yang keluar yang kita sendiri mungkin kemudian merasa malu mendengarnya ketika kita dalam kondisi stabil. Hehe...


Apa yang harus kita lakukan?! Tarik nafas dalam dan ta'awudz! Seperti yang Rasulullah ajarkan, "Berkata baik atau diam!" Ya, ini kuncinya. Jika kita tidak mampu berkata baik pada saat itu, maka yang lebih baik adalah DIAM.


Smoga Allah memudahkan langkah kita, melembutkan lisan kita kepada sosok-sosok polos yang Allah amanahkan kepada kita... Sebab kita akan ditanyai kelak.

Tulisan sederhana ini adalah sedikit rangkuman dari sekian banyak poin yang dibahas di kelas komunikasi yang digawangi oleh mba Dara. Jazakillahu khair katsir yaa Mba Dara, you are inspiring me...


Disclaimer:
Aku menuliskan bukan karena totally sudah bisa mempraktekkannya. Aku masih jauuhh sekalii dan masih tertatih untuk berbenah. Masih mengeja dan masih belajar untuk berkomunikasi yang baik penuh cinta kepada sang buah cinta. Aku menulis ini lebih dikarenakan sebagai pengingat diri sendiri (dan barang kali bisa memberi manfaat buat sesama). Menuliskan, buatku berarti membuatnya lebih lama lekang di ingatan, in shaa Allah....

Feel free untuk dikoreksi, ditambahkan dan diingatkan. Mohon maaf jika ada salah kata...


======
Riyadh, 4 Rabi'ul Awwal 1439 H
Kalimat penghangat untuk menyongsong musim dingin 😊



Sebab Akulah yang Akan Ditanya

Aku tertegun cukup lama memandangi pesan dari adik kelasku tentang pernyataan dosen kesayanganku semasa kuliah dulu kepada mereka. Intinya, semoga nanti aku bisa berkontribusi kembali di dunia yang telah aku sedikit ilmui tentangnya; clinical pharmacy. Aku hampir tidak percaya beliau masih mengingatku sejak lebih dari 4 tahun aku lulus dari kuliah. Di antara ratusan mahasiswa beliau. She is one of my best lecture.

Sejenak berhamburan lah ingatan-ingatan tentang teman-teman seangkatan dulunya, yang kini telah berada di mana-mana. Menjadi dosen di luar negeri. Melanjutkan sekolah ke luar negeri. Bekerja as a clinical pharmacist di sebuah rumah sakit besar. Tetiba aku merasa menciut dan jauh. Ya... ya... ya..., aku merasa telah menjauh dan semakin menjauh dari bidang ilmu yang dulu pernah aku geluti secara lebih mendalam. Meski bukan berarti serta merta aku sudah berilmu tentang itu. Maksudku, aku pernah mempelajarinya lebih intens dulunya. Dan kini, aku merasa sangat jauh tertinggal. Ibarat naik kereta, mereka sudah jauh menuju utara dan aku malah menuju ke selatan. Hehe... Sejujurnya, kadang ada rasa untuk ingin mengejar mereka kembali. Melanjutkan kuliah lagi. Hadir di berbagai forum ilmiah, membahas ini dan itu. Publikasi penelitian di seminar dan workshop setara internasional. Berkontribusi di bidang farmasi klinis as best as I can.

Dalam perenungan panjang, kembali aku tersadar. Bahwa memang apa yang aku inginkan, cita-citakan itu tidaklah salah. Namun, jika melihat kembali 4 tahun yang aku jalani ini, sesungguhnya adalah juga tahun-tahun terbaik dalam hidupku. Tidak semua orang dapat menyaksikan anak-anaknya dapat tertawa untuk pertama kalinya, tengkurap pertama kalinya, berjalan pertama kalinya. Membersamai mereka--meski dengan segenap salah dan kekurangsabaran yang aku sedang tertatih untuk mengejanya--adalah wonderful time dalam hidupku yang tak bisa digantikan oleh waktu-waktu lain. Iya, mereka adalah alasan terbaik yang membuat aku lebih memilih berjalan menuju ke arah selatan di saat teman-temanku telah melaju ke utara. Lalu,  sebuah pertanyaan berat: apalagi yang aku kejar?! Benarkah sebuah kontribusi, atau hanya sekedar eksistensi?

Menjadi Ibu Rumah Tangga adalah cita-cita utamaku sedari dulu. Dan meskipun Menjadi clinical pharmacist juga adalah cita-citaku, tapi tentang peranku sebagai seorang istri dan ibu, inilah yang kelak akan ditanya. Menjadi seorang clinical pharmacist, mungkin bisa 'di-subcontract-kan' kepada orang lain. Ada orang lain yang bisa mengambil kontribusi ini selainku. Tapi, menjadi seorang istri dan ibu, dapatkah aku men-subkontrakkan nya kepada orang lain sementara akulah yang akan ditanyai kelak oleh-Nya dan dimintai pertanggungjawabannya.

Oleh sebab aku menyadari bahwa aku bukan superwoman yang bisa melakukan dua hal sekaligus dalam waktu bersamaan dengan sangat baik, maka aku harus memilih salah satunya. Dan karena aku telah memilih 'melepaskan' satu kesempatan untuk berkontribusi di dunia farmasi klinis, maka aku seharusnya melakukan yang terbaik dan all out di pilihan yang aku telah ambil; menjadi sebaik-baiknya madrasatul 'ula. Aku tentu tidak ingin 'merugi', melepaskan satu pilihan, sementara di pilihan yang lain aku membiarkannya berlalu begitu saja tanpa ada upaya terbaik. Aku pasti akan menyesalinya jika aku tidak melakukan sebaik-baik pencapaian di pilihan yang aku pilih ini. Sebab, waktuku sesungguhnya sangat singkat. Aku tidak bisa berlama-lama termangu.

Iya.
Inilah masaku. Inilah pilihanku saat ini. Aku ingin melakukan yang terbaik, memberikan upaya yang terbaik, do'a terbaik untuk mereka yang menjadi alasan pilihanku. Boleh jadi, saat ini aku tidak bisa berkontribusi di bidang farmasi klinis. Tapi, aku ingin output terbaik bagi anak-anakku. Mungkin, belum saat ini aku melihat hasilnya. Mungkin, berpuluh tahun lagi. Aku tak ingin melewati masa emas yang singkat ini dengan biasa-biasa saja.

Aku menyadari, anak-anak tak selamanya bayi. Tak selamanya balita. Tak selamanya kanak-kanak. Akan ada masa mereka meremaja dan mendewasa. Mungkin, pada masa itulah--jika Allah menghendaki usia yang panjang dan semoga usia yang barokah--aku berkontribusi untuk cita-cita keduaku. Saat anak-anak sudah memiliki jalan mereka sendiri. Dan, sekali lagi, aku memilih ini oleh sebab akulah yang akan ditanya, tentang mereka, tentang amanah yang telah Dia berikan.

Let's do the best in this best time...
Semangaaaaattt...!!!
😚

Ayah is the Favorite

Sudah semenjak kecil dulu, ketika terdengar kunci pintu rumah diputar, "klik" Aafiya pasti akan segera menuju ke depan dengan wajah yang sangat suka citaaa "Yeeee, ayah pulaaaang...". Bahkan sebelum dia bisa ngomong, ekspresinya sudah mewakilkan betapa gembiranya dia ketika ayahnya pulang. Sayang yaa lupa direkam. Lain kali harus direkam niih ekspresi seperti ini... hehe...

Sekarang, bukan hanya Aafiya, Aasiya pun begitu. Setiap kali terdengar kunci diputar dan pintu dibuka, Aafiya nge yel-yeel "Yee ayaaah pulaaang..." lalu dengan segera larii ke pelukan ayahnya, ayahnya kemudian menggendong dan guess what the next words... "Ayaaah, maiin yoook..."
Aasiya pun sama. Mau lagi apapun, meski sedang mimik sekalipun, pasti lepas neneen dan melambaikan tangan ke ayahnya dengan wajah sangat ceria. Jika tidak dalam pelukan bundanya, pasti deh segera merangkak menuju ayah, ngikutin si uni. Laluuu, the next steep, ayahnya menggendong dua-duanya, bawa ke depan cermin dan berdo'a "Allahumma kamaa ahsanta khalqi, fahasin khuluqi..." Maka jangan heran kalo Aafiya sudah hafal do'a bercermin ini sejak dia usia 1.5 tahun. Hehehe...

Yes!O'rait!
Ayah is the favorite!
Mereka, senaaaang sekali bermain bersama ayah.
Kadang kalo lagi baper emaknya jadi bertanya-tanya juga sih, "kenapa yaa anak-anak lebih senang bermain bersama ayahnyaa..?"
Hihihihi....
Mungkin karena kalo sama bundanya sering ditinggal masak kali yeee... wkwkwkwkwkwk...
Aafiya dan ayah ketika baru bisa berjalan dulu...

Bermain bersama Ayah memiliki banyaaak sekali good effect menurutku (lebih tepatnya: menurut apa yang aku rasakan). Kalo secara teorinya mungkin bisa baca sendiri laah yaaa... Hehehe...
Setidaknya ada 3 manfaat besaar:
Pertama, anak tidak 'kehilangan' sosok ayah dalam pengasuhan.
Kehadiran dan peran serta ayah dalam pengasuhan tentu saja adalah hal yang sangat penting. Jangan sampai, ayah hanya berpikir tugasnya hanya mencari nafkah dan segala urusan mengasuh anak serahkan pada ibu. I'm really proud of Ayah Aafiya Aasiya, yang benar-benar jadi favoritnya anak-anak. Bahkan beliau tak segan ikut memandikan dan cebokin anak-anak, ma shaa Allah... Jazakallahu khair katsir Zaujiy...
Kedua, Anak dan ayah mempunyai kelekatan yang bagus.
Kelekatan ini konon kabarnya sangatlah penting bagi anak. Senaang banget rasanya melihat Aafiya bercerita apa saja sama ayahnya tentang apaa sajaa... Aafiya dan Ayahnya juga sering punya waktu khusus berdua saja. Tak perlu sampai candlelight dinner berdua juga sih (soalnya kalo candlelight dinner emaknya mesti pengen ikutan jugaa wkwkwkwkwkwk), momen-momen kecil saja. Misal buang sampah berdua sama ayah, pergi ke pharmacy berdua sama ayah, even pergi ke taman dekat rumah berdua sama ayah. I think and i see, both of them soooo enjoy this "father time". Jadi, kalau ada kata-kata "Aafiyaa, kita buang sampah yook..." mesti anaknya menyambut dengan penuh sukacita... Padahal cuma pergi buang sampah yang jaraknya tak lebih dari 200 meter dari rumah! Ma shaa Allah, ga mahal yaa ternyata memberi kebahagiaan sama anak... Bahkan dari hal-hal yang sederhana...
Ketiga, buat emak-emak, ini saatnya me time. Ketika anak-anak bermain sama ayah, para ibu bisa rehat dari pengasuhan sesaat, me time, leisure time, melakukan apa yang disukai, re-charge kembali energi, biar tetap"waras" kekeke... Percayalah, me time is intangible value prize for emak-emak... hadiah berhargaaa... Heuheu...

Alhamdulillah, itu salah satu keuntungan berdomisili di sini. Waktu ayah tidak dihabiskan di jalanan, menerjang kemacetan. Jadi, waktu bermain bersama anak jadi lebih banyak. Entahlah, jika hidup di ibu kotanya endonesiaah, mungkin hal seperti ini sulit untuk terwujud. Di sini, Abu Aafiya berangkat ngantor jam 9, siang juga bisa pulang makan siang. Jarak kantor ke rumah hanya 2 menit. Alhamdulillaah...
Tapii, bagi yang misalnya harus dihadapkan pada kondisi mesti menghadapi kemacetan dan mesti menghadapi lamanya waktu di perjalanan, tidak perlu berkecil hati. Setidaknya, minimal selalu sedia waktu (meski tidak lama) untuk bercengkrama bersama anak. Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depan kan yaaa... Boleh jadi saja, kami nanti juga berhadapan dengan hal yang sama. Semoga saja Allah memberikan yang terbaik selalu...
Ini waktu Aafiya masih setahunan +


Main apa aja sih Aafiya sama Ayah?
Mainnya macem-macem. Sayangnya banyak yang tidak terdokumentasikan. Hanya sedikit yang sempat di candit sama emaknya... kekekeke...

Berikut beberapa permainan yang dimainkan bersama Ayah (mana tau ada yang lagi nyari ide). Mungkin ga semua karena ga ingat semua sama emaknye inii dan (sekali lagi) ga terdokumentasi...

1. Badminton dengan kock baloon
Badminton merupakan kata yang sangat akrab bagi aafiya. karena ayahnya suka badminton. jadi, anaknya suka ngajak anaknya main badminton jugaa... hihihi...pakai kock baloon ternyata mudah dimainkan oleh anak 3 tahun
main badminton bersama ayah

2. Main peran
Aafiya dan ayah (dan akdang si kecil juga sering ikutan) main peran bersama ayah. biasanya, tergantung hal apa yang sedang mendominasi saat itu. Misal, lagi habis ke optamologist. Nanti main perannya pasti deeh main dokter optamologist. Aafiya jadi dokternya ayah jadi pasiennya, trus gantian. Cek matanya juga pake peralatan seadanya, kadang dari barang bekas yang mirip-miriplah sama peralatan optamologist.

3. Menulis cerita di papan tulis
ini adalah salah satu favorit aafiya. minta ayahnya cerita sambil digambarkan di papan tulis. jadi ayahnya akan mengarang sebuah cerita, tokohnya adalah tokoh nyata yaitu aafiya sendiri, aasiya, ayah bunda, kadang juga teman-teman aafiya dan aasiya ikut dalam ceritanya. Hihihi... Kayaknya ayah jauh lebih berbakat niih membuat ceritaa..
lagi bikin cerita sama ayah

4. Membaca cerita
Ini juga salah satu favorit aafiya. dia nenteng beberapa buku, kaish ke ayah sambil bilang "ayaaah, kita cerita nabi ibrahim yook..." sambil menyerahkan buku cerita nabi ibrahim.

5. Main lego
membangun rumah bersama ayah. nanti aafiya bikinin rumah buat ayah, bunda dan dedek katanya..

6. Main shape
jadi ada mainan shape (triangle, circle, square, star and  plus), mainannya bukan cuma dimainin biasa dengan masukin ke box shape nya. Tapi kadang disusun tinggi-tinggi dan lain sebagainya. Ayahnya kreatif banget ma shaa Allah bikin mainan satu jenis bisa dimainkan dengan banyak cara.

7. Main bendera
jadi kita sempat beli mainan bendera negara-negara di dunia plus petanya. aafiya senang banget main bendera ini meskipun belum bisa nancepin bendera di negara yang benar. dia lebih senang melihat kemiripan, misal bendera amerika ditaruh dekat dengan bendara malaysia karena mirip. bendera indonesia ditaruh di negara poland karena warnanya kebalikan. atau dideket ukraine karena mirip cuma beda warna doang. Hihihi...

8. main masak-masakan
sama ayah bisa juga lho main amsak-masakan. Jangan kira cuma sama emak-emak aja. Hihihi... Tapi kalo sama ayah, pretending aafiya bikinin ayah masakan . jadi ayahnya bakalan request "aafiya tolong bikinin ayah telur dadaar" heuheu... Trus dikasi lah tuh piring sama sendok yang ada telurnya ketika sudah "matang" dan ayah pun pretending lagi makan makanan bikinan aafiya yang sangat lezaaat.

9. Main mobil-mobilan
ini bukan mobil-mobilan beneran. tapi bantalan kursi majlis yang diimajinasikan aafiya sebagai mobil yang lagi dia setir. "ayaah, mau ke mana... aafiya yang nyetir yaa.. ayah duduk di belakang"

10. Main sepeda di taman
you are getting older now my little girl... lagi main sepeda sama Ayah
11. Main pasir dan bikin gedung, benteng, perahu
ini favorit aafiya kalo lagi naman sama ayah
bikin sesuatu dari pasir.. kinds of sensory playing
12. Main ayunan, prosotan, kuda-kudaan di taman
Ini salah satu kelebihan tinggal di sini lainnya. Aneka permainan playground seperti ini tersedia amat sangat sangat sangat banyaaaaak sekaliiii di berbagai tempat. Ga perlu bayar kalo mau ngajak anak main di playground. Semuanya tersedia gratis di taman-taman terdekat di setiap kecamatan, kelurahan mungkin. Deket rumah banyaak sekali taman yang pasti selalu menyediakan playground buat anak-anak. Benar-benar ramah anak menurutku...
when she was 1 yr old
boleh main perosotan sepuas-puasnyaaa, gratiisss...

pasir dan peralatannya sudah tersedia, anak tinggal main doang, ma shaa Allah....

13. Berkuda
berkuda bersama ayah (tapi ini difoto pas udah selesai berkudanya, jadi kudanya sudah diiketin ke tiangnya hehehehe)

14. Main petak umpet
ga perlu dijelaskan lebih jauh kayaknya klo yang ini maah wkwkwkwk


Masih banyak jenis main lainnya, misal Main baloon, Menggambar bersama, Main saxophone, Main boneka dan lain sebagainya. Intinya, main apaaaa sajaa bisa dilakukan. Tak mesti punya banyak mainan. Barang bekas pun bisa jadi mainan...


Okeh, selamat bermain bersama ayah