Tips Sederhana Ketika Ziarah ke Masjid Nabawi bersama Bayi dan Balita

Kota Madinah adalah kota yang sangat dicintai Rasulullah. Di kota inilah beliau dimakamkan. Kota ini selalu saja menawarkan kedamaian, ketenangan dan kerinduan. Semoga muslim dan muslimah yang belum pernah menziarahi Masjid Nabawi diberikan kemudahan untuk datang berziarah. Aamiin yaa Rabb...

Ini bukanlah perkara ibadah. Maklum aku tidak memiliki kafaah ilmu syariah. Ini hanyalah tips sederhana berdasarkan pengalaman untuk para ibu yang membawa anak (baik itu bayi maupun balita) ke masjid Nabawi. Terutama untuk yang ziarah secara mandiri dari KSA atau negara tetangga KSA ataupun umrah backpacker dari berbagai negara di dunia.

1. Memilih lokasi hotel.
Lokasi hotel (jika bepergian bukan dengan travel agent tapi berangkat dengan membooking hotel sendiri) sebaiknya pilihlah yang dekat dengan king Fahd gates (sebelah utara masjid, berlawanan arah dengan arah qiblat). Karena dari pintu inilah akses ke area tempat shalat wanita lebih dekat. Sebaiknya jangan memilih lokasi di sebelah selatan (dekat masjid nabi, di depan arah qiblat) karena akses untuk ke area tempat shalat perempuan akan lebih jauh. Kalau laki-laki saja (tanpa membawa istri dan anak) bagus di area sini karena akses ke area laki-laki lebih dekat.

2. Ketika membawa pushchair/buggy/stroller.
Meskipun di masjid al haram, jangan terlalu naif untuk meninggalkannya tanpa pengamanan dan merasa berada di masjid yang suci, karena pencuri tetap selalu ada. Maka, sebaiknya berhati-hatilah ketika membawa kereta bayi (apalagi yang jual-able hehe). Karena kadang, kita juga diuji dengan kehilangan stroller heuheu... Ingat! Kereta bayi dilarang untuk dibawa ke dalam masjid. Yang diperbolehkan hanyalah kursi roda. Jadi, kereta bayi pasti disuruh tinggal di luar.

3. Perhatikan tanda untuk area yang dibolehkan membawa anak dan area yang tidak dibolehkan membawa anak. Jika membawa anak ke area yang tak dibolehkan membawa anak, beresiko "diusir" ke area yang dibolehkan membawa anak. Kan ga enak ajaa, udah Pewe ehh malah disuru pindah. Belum tentu juga dapat tempat di area yang baru. Heuheu...

4. Jangan memaksakan diri ke Raudah apalagi bersama bayi atau anak. Biasanya pengunjung raudah itu (khususnya perempuan) lebih 'chaos' dan crowded dibanding pengunjung laki-laki karena waktunya terbatas. Sebaiknya mengunjungi raudah di malam hari (jam 11-an malam) untuk perempuan.

5. Sebaiknya hindari arrival time bertepatan dengan waktu shalat atau berdekatan dengan waktu shalat.
Ketika jam shalat, banyak askes jalan yang ditutup. Setelah selesai shalat pun, biasanya jalanan di sekitar masjid nabawi akan mengalami kemacetan. Jadi, sebaiknya perkirakan waktu sampai di madinah pada waktu yang bukan jam shalat.

Semoga bermanfaat

Final Exit

Hari ini dan in shaa Allah tidak sampai dalam 1 minggu ke depan, aku melepas tetangga (tetangga di sini bukanlah yang rumahnya di sebelah tapi 1 district aka kecamatan masi cocok disebut tetangga hehe) final exit ke indonesia. Iya, adanya dependent fee sangat berhasil "mengusir" para expatriates di sini untuk keluar dari KSA sebagai resident. Kalau umrah maah tetaaaapp yaaa selalu ramai berdatangan hehehe.. dependent fee ga ngaruh sama sekali. Meskipun kepulangan kedua temanku ini bukanlah dependent fee sebagai alasannya, tetap saja arus final exit ini terasa semakin menderas saja... Sementara yang datang sangat sedikit. Ibarat keran yang mengaliri suatu bak mandi, yang masuk sedikit tapi yang keluar deras banget. Heuheu...

Final exit.
Suatu saat akan terjadi juga. Final exit dari KSA atau yang PASTI adalah final exit dari dunia menuju kehidupan yang sesungguhnya; Akhirat.

Saat final exit, semua barang-barang yang selama ini kita gunakan baik itu kebutuhan harian (semisal kulkas, mesin cuci, kompor, dsb) maupun kebutuhan sekunder (akibat lapar mata mungkin yaaa... beli ini dan itu tapi tak terutilisasi dengan baik, astaghfirullaah) pasti akan ditinggalkan. Kalau dulu, menjual barang-barang preloved di sini sangatlah mudah. Begitu diiklankan, yang beli bisa rebutan. Maklum, sepertiga penduduk sini adalah expatriates. Sekarang?! Kadang dijual murah dan bahkan digratiskan sekalipun, peminatnya sedikit. Rumah-rumah pun sewanya pada turun karena rendahnya penawaran dan berkurangnya expatriates secara drastis. Daan, aku sudah lihat sendiri (dan merasakan sendiri) betapa susahnya menjual barang-barang ini di masa-masa ini.

Ya, sama.
Sama seperti final exit dari dunia. Barang-barang duniawi (meski dicintai setengah mati) pasti akan ditinggalkan. Yang dibawa hanyalah "barang yang kekal". Barang yang ada di rumah orang lain, di panti asuhan, di masjid, di jalan,  yang dibangun atas sadaqah, infaq, hibah dari harta kita. Barang-barang inilah yang kelak yang hanya bisa kita bawa. Tapi, kadang dunia ini silau dan menyilaukan. Sering kali kita (aku terutama) ikut terjerat silaunya... Hingga lupa bahwa semuanya pasti kan ditinggalkan.

Saat beberes seperti ini dan ketika packing-packing (kebetulan kami mau pindah rumah kontrakan), aku menyadari betapa banyaknya 'penimbunan' barang-barang di dalam rumah. Ini dan itu. Dan ada sebagian darinya yang tidak dipergunakan dengan optimal. Dibeli karena tergiur diskonan misalnya. Ahh... apa kabar hisabnya kelak?! Astaghfirullaah... astaghfirullaah... Padahal dulu sudah dikurangi. Tetaap saja ada yang baru. Ya Salaam...

Ah... final exit.
Final exit yang PASTI adalah final exit dari kehidupan dunia. Apa kabar bekal? Apakah dunia ini terlalu cantik dan menyilaukan, hingga lupa bahwa dunia hanyalah sementara saja?! Ibarat menginap di hotel. Dari hotel yang tak berbintang hingga berbintang lima, tetap saja hotel bukanlah rumah. Sementara saja. Tak ada orang yang berniat mempercantik hotel, menambahi furniture ini dan itu, mengecat dindingnya sesuai selera. Sebab semua orang tau, bahwa hotel hanyalah sementara. Penginapan yang sekedar menumpang rehat. Orang pasti akan kembali ke rumahnya. Pada rumahnyalah orang berbenah, memikirkan furniturenya, catnya, desainnya. Begitulah seharusnya hakikatnya dunia. Seperti hotel; Berbintang lima atau tanpa bintang, tak ada orang yang ingin meriasnya, menambahi furniturnya, mengecatnya, mendesainnya. Setiap orang menyadari bahwa hotel hanyalah persinggahan saja. Dan akhirat itu seperti rumah. Akan seperti apa rumah kita, kita sendirilah yang menentukan, merancang, mendesainnya.

Semoga Allah menjadikan kehawatiran terbesar kita hanyalah akhirat, bukan dunia. Kehidupan dunia sudah dalam jaminan-Nya. Sementara, akhirat kita? Siapakah yang menjamin kita akan mencapai surga-Nya?!

Ah diriku... Berbenahlah...
Ingatlah... ingatlah.... segala sesuatu ada hisabnya. Janganlah engkau tergiur dengan moleknya dunia, wahai diriku... Sebab final exit dari dunia itu adalah SUATU KEPASTIAN dan TERAMAT DEKAT!!!!!

*ntms
*muhasabah diri

Cerita Lebaran 1439 H

Setiap lebaran selalu punya cerita berbeda. Tahun lalu, deg deg an gerbang KBRI mau ditutup dan hampir kehilangan kesempatan shalat ied setelah menempuh perjalanan Nahda-DQ menjadi cerita yang tak terlupakan. Oleh sebab kami tak menemukan gate nya Diplomatic Quarter  yang satu laginya dan sukses bikin "tawaf" sekeliling King Khaleed Road... ekekekeke...

Tahun ini kami ikut shalat Ied masih di KBRI. Kenapa KBRI? Hehe... sebenarnya banyaak tempat shalat ied di negeri sejuta masjid ini. Boleh pilih di mana ajaa. Dan yang paling precious untuk orang yang berdomisili di Saudi adalah bisa merasakan shalat ied di Masjid Al Haram atau Masjid Nabawi (meskipun kami memang sulit untuk mewujudkan hal ini karena no vacation in ied holiday khusus untuk kerjaan suami... Tapi, alhamdulillaah 'ala kulli haal). Jadi, kenapa di KBRI? Karena ada sarapan dan bazaar makanan indonesia 😂😂😂. Dan lebih ramah anak... Anak-anak bisa lelarian dan bisa ketemu masyarakat Indonesia di sini lah.

Setiap ada teman yang bertanya, "mudik ga lebaran?" Jawabannya hampir selalu TIDAK. Lima kali merasakan Ramadan di Riyadh, hanya 1x aku mudik dan itu pun ketika masih ada Aafiya (Aasiya belum lahir). Dan aku harus pulang ke Indonesia berdua doang sama Aafiya tentunya karena seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, lebaran adalah peak season kerjaan suami.

Ramadan dan idul fitri kali ini adalah yang paling great dari semua shift2an yang pernah Abu Aafiya alami di awal dan akhir Ramadan dan idul fitri. Dulu-dulu, selalu saja ada yang missing, ga bareng-bareng (maksudnya; aku di rumah dan suami di kantor). Kalo ga sahur pertama atau sahur terakhir, ya buka pertama atau buka terakhir ramadan yang ga barengan dan duduk bersama. Heuheu... Ramadan kali ini dapat shift yang lumayan bagus. Ga ada yang missing. Kita sahur dan buka pertama dan terakhir ramadan full bersama-sama dan dapat melaksanakan shalat ied. Kalo semisal suami dapat shift malam hingga pagi (jam 12 malam sampai jam 8 pagi), bisa dipastikan aku mungkin akan melewatkan momen shalat ied (karena di sini shalat ied dilaksanakan sekitar jam 5.10 - 5.30 an, jadiii kalo dapat shift sampai jam 8 yaaa bakalan kelewat...). Di ramadan ini, hari terakhir puasa suami dapat shift pagi dan pas hari ied dapat shift malam. Jadinya bisa menghadiri sahalat ied, alhamdulillaah...

Alhamdulillaah anak-anak kooperatif banget mau dibangunin pagi-pagi. Jam 4.30 dah mulai dress up. Emaknya yang kudu bangun jam 2.30 buat siap-siap hihi. Tapi karena biasanya bangun untuk sahur juga sekitar jam segitu, jadi ga terasa begitu berat sih alhamdulillah. Kita berangkat dari rumah sekitar 4.50 pagi biar ga telat dan mendapati gerbang KBRI udah ditutup hehe (jarak tempuh dari rumah ke KBRI sekitar 34 km). Ya, di sini karena malam sedikit lebih singkat (sekitar 9 jam), maka anak-anak umumnya nyaris tidak tidur di malam hari sampai sahur. Baru tidur habis sahur. Begitulah budayanya kalo di sini. Aafiya dan Aasiya juga sering tidurnya agak telat ketika ramadan ini. Kebawa suasana juga kayaknya.

Oh iyaa, selain itu di sini ga ada i'tiqaf kayak di Indonesia yang full di masjid. Jadi, di 10 malam terakhir ramadan itu, shalat tarawih dilaksanakan 4 rakaat. Terus nanti dilanjutkan 4 rakaat lagi plus witir di jam 1-an sampai jam setengah 3 malam. Siang pun di masjid juga i'tiqafnya paling 1-2 jam setelah jam shalat. Ga full stay di masjid gituh. Hehe...

Idul fitri kali ini, kami sempat menyaksikan juga firework yang memang dikhususkan buat hari raya saja. Jika pesta kembang api di indonesia adalah malam pergantian tahun, di sini pesta kembang api justru pas lebaran. Walau ga ada malam takbiran. Hehe... Aku excited selaluu kalo liat kembang api besuaaaaarrr yang bunyinya udah kayak ledakan. Heuheu.. *katro banget deh akuuh. Makluuum pas di indo ga pernah menyaksikan kembang api besar begituuu karena emang ga berniat ikut-ikutan acara tahun baruan. Hihi... Di lebaran sebelumnya hampir tidak pernah karena biasanya (lagi-lagi) suami masuk kerja.

Dulu pas awal-awal di sini, lebaran pertama di sini aku sempat ngeri-ngeri sedap mendengar koq kayak bunyi letusan aka ledakan sesuatu. "Apakah terjadi sesuatuuu?" Pikirku waktu itu. Mana suami lagi masuk kerja dan aku sendirian di rumah. Ehh baru belakangan aku tau kalo itu "ied fireworks" ekekekeke... Excited begitu punya kesempatan untuk menyaksikannya.

Daaan yang paling special di lebaran 1439 H adalah libur hari rayanya. Biasanya, nyaris ga ada libur hari raya utk kerjaan Abu Aafiya. Kalau pun ada, paling ya cuma 2 hari dan bahkan pernah ga dapat liburan malah. Liburan kali ini lebih panjang (6 hari). Dan untuk pertama kalinya dalam 5 tahun ini kami berkesampatan untuk vacation ke dua kota terbaik di dunia di eid holiday. Alhamdulillah bini'mah... It's really priceless..

__________

Note:

*ini postingan udah ditulis setengah trus terpotong kesibukan-kesibukan ala emak-emak. Eehh pas ngelanjutin postingannya, udah lupa apa yang mau ditulis ekekeke... harap maklum kalo garing banget wkwkwkwkw...

Ied Mubarak 1439 H

Ied Mubarak 1439 H

Selamat Idul Fitri
Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik dan dipertemukan dengan Ramadan berikutnya...

Salam Idul Fitri dari IMORE Family
Riyadh, 1 Syawal 1439 H