Januari 2019

Januari.
Sudah januari lagi.
Begitu cepat waktu berlalu.

Meski Januari adalah bulan di mana aku dilahirkan lebih dari 30 tahun yang silam, di mana momen ulang tahun bukanlah momen spesial buatku dan sama sekali tak perlu dirayakan, tetap saja memasuki Januari artinya berganti tahun masehi, dan juga yang pasti semakin berkurang usia. Semakin berkurang jatah waktu untuk berbuat kebaikan. Sejatinya, setiap detik yang terlewat, semakin mendekatkan diri kita pada kematian. Sudahkah mempersiapkan sebaik-baik bekal? Atau masi lalai dengan kemilau dunia yang melenakan?! Astaghfirullaah...

Begitu cepat berlalu. Manusia-manusia bisa berubah. Dahulu, mengenal internet barulah seusia SMA. Sekarang? Bocah saja sudah tau. Arus informasi menderas. Tinggal bagaimana memfilter. Dahulu, ingin mendapatkannya sulit. Sekarang, memilah-milahnya yang sulit. Sulit membedakan antara hoax dan real. Jaman abu-abu berkabut kah?

Beberapa hari yang lalu talking heart to heart bersama Aafiya; apa yang Aafiya ga suka dari bunda dan sebalinya, apa yg bunda ga suka dari Aafiya. Maksudnya di sini adalah sesuatu yang harus masing-masing kita ubah. Semacam resolusi buat kita berdua. Aafiya said, "Aafiya ga suka kalau bunda liat HP terus. Dan di depan laptop terus (mendesain)."
Ahh.. anakku sayang. Iya benar, seharusnya bunda ga nge-HP terus ya Nak... In shaa Allah yaa Nak... jadi resolusi kita berdua... Kalau untuk laptop mungkin bunda harus curi-curi waktu nih. Hehe...

Ah iyaaa...
HP sekarang rasanya menjadi candu yang harus segera di withdrawal, boleh dengan tappering off atau direct withdrawal. Dunia zombie, kata orang. Di mana masing-masing sibuk dengan "dunia tak bertepi dalam genggaman". Tak peduli sekeliling. Kadang aku merasa berada di pusaran ini. Ya Salaam... Astaghfirullaah. Meskipun ga begitu aktif di media sosial seperti facebook dan instagram seperti kebangakan orang-orang, tapiii ada satu aplikasi yang bikin candu bernama wattpad. Sepertinya gadget management nya harus disetting ulang lagi nih.

Aafiya, memang tidak kubiasakan dengan gadget. Jatah menggunakan gadgetnya (baik itu laptop, maupun HP) sehari cuma max 20 an menit untuk menonton tayangan pre school. Tapii, Aafiya lihat aku pegang HP kan yaa... Jadi emaknya mesti dibenahi dulu nih.

Ini masa-masa struggle untuk bonding bersama anak. Agar kelak, semoga Allah dekatkan hati mereka kepada kita. Bukan kepada yang lain (teman, lingkungan, pergaulan). Masi tertatih-tatih. Smoga amanah-amanah yang Allah titipkan ini yang merupakan hadiah sekaligus ujian dapat terdidik dan terasuh dengan sebaik-baik pengasuhan. Karena tak dapat di-undo masa-masa pengasuhan ini...

Kemarin, sempat cerita sama salah seorang teman yang baru datang dari Indonesia. Di Indonesia ia adalah working mom. Pagi berangkat, pulang malam ketika anak-anak sudah tidur. Anak-anak bersama khadimah sehari-harinya. "Baru dua minggu..." katanya "badanku terasa remuk redam. Ternyata jadi full time mommy itu beraaaatt bangeett. Kalo kerja ada istirahatnya. Ini klo sama anak-anaknya, mesti siaga 24/7. Aku acungin jempoool banget buat fulltime mommy."

Iya ini bukanlah tugas yang ringan. Mendidik anak, berarti mendidik generasi. Dan itu takkan berhasil kalau ibunya saja belum mampu memenej diri dan emosi. Dan akan useless pula tanpa supporting system yaitu dari suami yang menyokong dan terus mengisi tanki-tangki cinta dan semangat hingga full charged. Tentu saja tidak meninggalkan do'a dan juga kesungguhan hati untuk membelajarinya; ilmu pengasuhan.

Semangaaaattt...

Kapan-kapan aahh aku sharing soal ini, sekedar pengingat diri dan juga berbagi kemanfaatan. Biar januari ini ga absen postingan, meski ngepostnya udah injury time wkwkwkwk..
*bikin tulisannya udah dari 3 hari yang lalu, nyicil-nyicil.. hihihi...