HOBI
Aku termasuk yang memiliki banyak hobi. Mulai dari nulis-nulis (dulu sempat nulis novel segala 😂) yang "sisa-sisa ke-eksisan-nya" masih terabadikan di akun wattpad, teenlit zaman-zaman baheulak yang kalau dibaca ulang bikin ngakak sembari mbatin "koq bisaa yaa aku bikin tulisan begini dulunya". Tapi di sisi yang lain, tulisan itu menjadi saksi 'perjalanan' fikroh dari yang picisan hingga momen hijrah (semoga Allah jadikan kita semua istiqomah di jalan-Nya), aamiin. Hobi berikutnya njahit-njahit mulai dari tas-tas simpel, gamis anak-anak, hingga sempat bikin puffer jacket segala yang semuanya masih level beginner. Hobi mfoto-mfoto tapi yaa kemampuannya masih jauh lah. Hasilnya masih begitu-begitu aja. Hobi nguprek sofwer desain tapi ya masih jauh lah dari kata profesional. Hobi videografi dan juga animasi sederhana tapii... masih gitu-gitu aja. Kayaknya lebih cocok disebut tukang ngedit video. Ekekeke.
Dan hobiku dan suami sangat bertolak belakang. Ibarat bainal masyriki wal maghrib. Antara timur dan barat dan tidak ada satu pun yang ber-arsir-an, bahkan hanya sekedar bersisian pun tidak. Xixixi.
Tapi salah satu hal yang aku garis bawahi adalah: di antara sederet hobiku tersebut, tidak ada satu pun yang benar-benar sangat optimal dan professional. Ya, paling begitu-begitu aja. Intinya belum ada yang sampai pada level max. Tidak ada target capaian dan fokus tertentu. Juga tidak ada jadwal rutin. Hanyalah berdasarkan mana yang sedang mood untuk dikerjakan.
Sampai di sini, pelajaran yang dapat dipetik adalah ... betapa pentingnya fokus dan tujuan. Jika tidak ada fokus, betapa "mengambangnya" hidup kita. Padahal, jelas Allah telah menggariskan untuk apa tujuan kita diciptakan. Dan tujuan itu dicapai tentulah dengan action. Ada tindakan yang kita kerjakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Menyoal hobi mungkin tidak mengapa asalkan jangan sampai hal "mubah" ini justru mengalahkan hal yang wajib dan utama serta berlebih-lebihan terhadapnya. Dan semoga pula hobi yang kita lakukan dapat memberikan manfaat, meskipun sedikit. Tapi, untuk hidup kita mesti punya fokus dan tujuan. Bahwa fokus dan tujuan kita adalah untuk kehidupan yang sebenar-benar kehidupan. Tentang akan ke mana kita setelah fananya dunia ini. Untuk hal ini, kita HARUS memiliki tujuan yang jelas tentunya. Fokus dan juga apa action yang telah kita persiapkan dan lakukan.
Kenangan
~KENANGAN~
.
Ini adalah sebotol jus yang mengingatkan pada kenangan hampir 7 tahun silam. Ketika pertama kali Allah memberikan aku kesempatan untuk mengunjungi kota terbaik di dunia; kota Makkah. Kala itu--ketika masih berdua saja, belum ada anak anak--kami berangkat naik hamla Arab. Dengan biaya sekitar 125 SAR (kalau tidak salah) atau sekitar 300-400rb rupiah kala itu, sudah mendapat fasilitas bus pulang pergi plus penginapan yang bagus (kamar hotel yang cukup lengkap fasilitasnya setara bintang 1 atau 2 yang lokasinya juga tidak begitu jauh dari al Haram dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi bukan di depan al Haram banget tentunya. Masuk agak ke gang kecil dan sedikit mendaki bukit hehe). Ketika kembali ke Riyadh, bus berhenti di rest area dan kami hanya membeli jus ini dan beberapa camilan. Tidak ikut makan seperti penumpang lainnya karena lidah yang belum bersahabat dengan masakan timur tengah. Sudah berlalu hitungan tahun setelah masa itu, tapi kenangan itu masih lekang di ingatan.
.
.
Sejatinya ... segala sesuatu akan menjadi kenangan pada akhirnya. Detik yang berlalu yang tak akan mungkin dijemput kembali. Akan tetapi, ternyata kenangan ini tak hanya berakhir dengan "final exit" nya kita dari dunia ini. Kenangan itu ternyata akan terus kita bawa hingga hari ketika ditegakkannya balasan. Kala itu, orang-orang yang meninggalkan kenangan buruk yang tak selesai ketika di dunia, akan menuntut haknya dan berkata "Ya Rabb, si fulan dulu telah mencelaku, si fulan dulu telah memfintahku, membully ku" dan sebagainya sehingga ketika segenap urusan itu tak selesai di dunia, akan berakhir dengan berpindahlah amal baik kepada yang terdzalimi atas keadilan Allah. Jika tak cukup untuk menebusnya, maka dosanyalah yang dipindahkan kepada pelaku. Sebaliknya, kenangan baik juga akan menjadi ingatan di kala itu. Ketika tak dilihatnya sahabat sepengajian, sahabat seperjuangan bersama-sama berada di surga, ia juga akan berkata "Wahai Rabb-ku,dahulu fulan adalah temanku di pengajian. Wahai Allah, si fulan adalah orang yang dulu sama-sama berjuang di jalan-Mu bersamaku. Si fulan telah banyak berbuat baik kepadaku ketika di dunia. Ijinkan aku menjemputnya jika ia berada di neraka."
.
.
Duhai teman. Tentang diriku yang tempatnya salah, alpa dan dosa; semoga engkau berkenan memanggilku kelak, jika tak engkau temukan aku di surga. Semoga, kenangan itu menjadi ingatanmu kelak, ketika tak lagi berlaku mata uang untuk menebus segala salah. Mohon maafkan jika ada di antara engkau yang pernah tersakiti olehku. Semoga Dia senantiasa tunjukkan kita jalan yang lurus yang menuntun kita "pulang" ke tempat sebaik-baik penghidupan.