Pengalaman Ikut Tes CPNS di Luar Negeri

Hehehe.
(Malah ketawa duluan).

Baiklah. Aku share pengalaman ini hanya sebagai kenang-kenangan aja. Jika masih ada umur, ini yg in shaa Allah akan dikenang di tahun-tahun mendatang in shaa Allah. Mudah²an bukan sekedar cerita yang tidak bermanfaat.

Jadi, info-info cpns ini ga begitu heboh di grup-grup WA yang aku ikuti. Apalagi karena berdomisili di luar negeri. Paling, suami yang dapat info dari grup angkatan di SMA.

Nah, pas dapat info itu, suami bilang, "coba ikutan yuk." Aku rada kaget juga, secaraaaa, kamus PNS ga ada dalam pikiran kami sebelumnya. Hehehe. Tapi, karena ini tahun terakhir yang eligible untuk kami ikut cpns maka terbersitlah niatan untuk mencoba ikutan. Aku dan suami meskipun beda tahun kelahiran tapi aslinya kami beda 1 bulan aja hehehe. Beda 1 bulan (desember vs januari), beda 1 angkatan (2004 vs 2005), beda 1 tahun secara angka tahun lahir (1986 vs 1987), beda 1 angka tanggal kelahiran (tanggal 29 vs tanggal 30) 😂. Tapi beda kampusnya jauh banget. Dia di kampus TOP di Indo (ITB) dan aku di Unand di Sumbar jee. Hehehe. Beda hobi hampir 100%. Beda preferensi hemisfer otak juga (dia otak kiri dan aku otak kanan). Lho.. lho.. malah bahas ini.. kekeke.

Jadi, secara umur, ini tahun terakhir kesempatan kami untuk ikut tes cpns. Daan, di tahun ini bisa ikut ujian tes cpns nya di luar negeri. Enggak mesti pulang ke Indo. Meskipun ini tahun terakhir kesempatan ikut cpns, tapi jika harus pulang ke Indonesia untuk ikut tes cpns, maka kami pasti tidak akan mengambil kesempatan terakhir ini tentunya. Jadiii, intinya tes ini cuma nothing to lose aja buat aku dan suami.

11 tahun yang lalu, ketika pertama kali aku eligible untuk ikut test cpns, sangat berbeda dengan tes cpns yang aku ikuti sekarang. Tes di kala itu masih pakai kertas Abo yanh dibulatkan dengan pensil 2B. Tes diselenggarakan oleh BKD setempat bukan terpusat. Daaan tidak transparan sama sekali. Jadi, peluang nepotismenya sangat tinggi. Allahu'alam.

Sebelas tahun yang lalu, aku ikut tes cpns dengan antusias yang cukup tinggi. Karena berharap bisa pulang kampung, mengabdi untuk negeri. Heuheu... Peluang di kampung halaman cukup besar kala itu (ada 3 slot). Selain itu, aku cukup well prepared ketika mengikuti tes tersebut. Beli 2 buku latihan cpns, dan dua-duanya tuntas dibahas. Aku masih menyimpan dokumentasi foto-foto buku latihan cpns yang penuh coretan itu kalo tidak salah. Hehe.

Ketika menjawab soal pun, aku merasa cukup puas ketika selesai ujian. Tapi, qadarallaha ma shaa a fa'al. Allah tidak luluskan aku. Dan alhamdulillaah, itu adalah ketetapan terbaik dari Allah. Jika lulus, ga kebayang harus LDR dengan suami. Hehe.

Di tahun-tahun berikutnya, aku tidak lagi mengambil kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam test sejuta umat yang bernama test cpns ini. Bahkan, di tahun 2013 di mana formasi untuk apoteker paling banyak (4 orang) untuk kabupaten Solok Selatan, aku melewatkannya. Karena masa itu, aku lagi nunggu istiqdam untuk berangkat ke Riyadh.

Nah, di tahun 2021 ini, di mana ini adalah kesempatan terakhir aku dan suami ikut, akhirnya kami mencoba ikutan juga. Meskipun dalam mengumpulkan berkas-berkasnya, aku kadang merasa maju mundur. Beberapa kali membatin, "Apa ga usah aja ya." Heuheu. Karena, aku merasa sekarang berbeda dengan 11 tahun lalu. Baik itu animo, semangat, antusiasme dan orientasinya. Meng-upload berkas pun udah injury time. Di akhir-akhir batas pemberkasan.

Beberapa alasan kenapa aku tidak seantusias 11 tahun yang lalu adalah:
1. Karena formasi yang tersedia untuk pilihan yang aku pilih cuma ada di 2 lokasi. Di antaranya; Kalimantan dan Semarang. Pilihanku adalah Semarang. Karena di Semarang, lebih dekat ke kampung halaman dibanding di Kalimantan.
2. Karena mungkin sekarang itu aku berada di zona nyaman. Rasanya udah nyaman di posisi di rumah aja. Jadi full IRT. Rasanya, agak susah untuk move on untuk saat ini hehe.
3. Aku masih berharap bisa stay lebih lama di KSA karena lebih dekat dengan masjidil Haram dan Masjid Nabawi dibanding dari Indonesia.
4. Jika pun pada akhirnya mau ga mau harus final exit dari KSA, aku masih pengen "berpetualang" di negara lain dulu baru pulang ke Indonesia.

Dan 3 alasan mengapa aku ikut adalah:
1. Ini kesempatan terakhir secara usia dimana tes cpns maximum usia 35. Sedangkan aku sekarang di usia 34.
2. Tes bisa diselenggarakan di luar negeri dan KBRI Riyadh adalah salah satu titik lokasi yang available.
3. Biar ga ada "penyesalan" di kemudian hari dan setidaknya sudah mencoba. Perkara lulus atau enggak, itu adalah urusan Allah.

Jadi, aku tes CPNS kali ini dengan kondisi hati yang sangat netral. Jika Allah takdirkan lulus, alhamdulillaah. Jika Allah tidak takdirkan lulus, juga Alhamdulillaah.

Pas pengumuman kelulusan seleksi administrasi alhamdulillah lulus. Aku awalnya ragu karena ada syarat sertifikat profesi untuk peserta yang profesi (dokter, apoteker, ners, akuntan dll). Aku tidak mengerti maksud sertifikat profesi itu apa. Karena di Farmasi sendiri, juga ada sertifikat kompetensi apoteker di mana serkom itu udah expire sejak 6 tahun yang lalu 😂😂. Jika harus mengurusnya, gak mungkin dalam waktu 3 hari karena harus ikut ujian OSCE atau OSPE dulu. Untuk ikut ujian OSCE, harus terdaftar dulu di IAI (ikatan apoteker indonesia) cabang tempat kita domisili. Daan, aku ga terdaftar di IAI daerah mana pun karena domisili luar negeri. Jadi, kalo yang dimaksud sertifikat profesi itu adalah sertifikat kompetensi profesi, maka wassalam. Aku end up. Hehe. Tapi, akhirnya aku search lagi bahkan menurut undang-undangnya gimana. Apa maksudnya.
merujuk ke permenristekdikti nomor 69 tahun 2018 ini maka pengertian sertifikat profesi adalah sebagai berikut:
jadi sertifikat/ijazah profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi gitu. Naah, berarti itu artinya ijazah profesi kan. Akhirnya berkas yang aku aplod di opsi sertifikat profesi adalah ijazah apoteker. Dan alhamdulillah ternyata ketika seleksi administrasi, berkasnya lulus.

Berikutnya adalah tes SKD. Sistem yang sekarang kan sudah pakai sistem CAT kan yaa. Jadi sangat transparant. Really appreciate dengan sistem CAT yang sangat transparant dari BKN ini. Ma shaa Allah. Bahkan livescore pun dapat dilihat.

Hampir seluruh instansi telah melaksanakan SKD tapi untuk tilok luar negeri masih belum ada pengumumannya. Sehingga hampir saja aku lupa kalau aku udah daftar ikut Cpns. Xixixi. 😅
Alih-alih belajar dan persiapan, aku malah santai aja. Enggak kepikiran 

Akhirnya keluar pengumuman tentang pelaksanaan tes cpns tilok luar negeri. Aku mendapat jadwal tanggal 27 oktober 2021 di KBRI Riyadh. Qadarullaah, suami juga mendapatkan jadwal yang sama. Sama-sama tanggal 27 oktober. Ketika jadwal keluar, aku galau lagi. Jarak ke KBRI dari rumah itu sekitar 31 km. Pagi-pagi sampai jam 9 itu jam macet. Jadi setidaknya kami harus meninggalkan anak-anak selama 5 jam. Kami belum pernah meninggalkan anak-anak selama itu hanya bertiga saja. Beraaat banget rasanya. Maju mundur rasanya apakah aku lanjut atau enggak tes cpns nya. Karena ga tega meninggalkan anak selama itu.

Aku mencoba menghubungi seorang yang bisa dipanggil untuk bekerja paruh waktu sekaligus jagain anak-anak, tapi ternyata di hari itu dia sudah booked di rumah orang lain. Nitip ke tetangga (sesama indonesia dengan jarak 2-3 km an dari rumah)? Aku ga enak juga nitipin anak karena pasti akan memberatkan mereka. Kalo tetangga persis di bawah gedungku? Lebih ga bisa lagi karena aku ga begitu kenal fan beda negara juga. Makanya aku bingung apakah aku akan lanjut atau tidak cpns nya. Tapi suami meyakinkan kalau anak-anak sudah bisa ditinggal dan mereka sudah cukup besar. Sekaligus juga latihan kemandirian buat mereka.

Akhirnya, aku memutuskan untuk lanjut. Tapi, 2 hari sebelum tes aku coba try out. Ternyata nilaiku rendah banget. 🤣🤣
TWK cuma dapat nilai 45. TIU 76 an. Dan TKP juga cuma 45. Ahahaha. Kalo nilai segini sudah pasti ga lulus kaaan. Try out berikutnya H-1 bareng sama suami. Aku tes simulasi dari cat.bkn.go.id (langsung dari situs BKN nya 😅). Walhasil nilai TWK malah turun jadi 40 🤣🤣 nilai TIU dan TKP aku lupa. Jumlah totalnya cuma 283. Sementara passing grade adalah 311. Ga lulus kaan. Try out selanjutnya pas sorenya, TWK naik jadi 60. Hahaha. Bener-bener udah lupa ama pelajaran sejarah akunya. Namanya juga ga belajar kan yaa. Subhanallaah. Sementara suami, 2x try out nilainya selalu di atas ambang batas. Padahal kami sama-sama ga belajar dan sama-sama ga persiapan untuk ikut tes CPNS ini.

Malam sebelum tes, aku bilang sama suami; bahwa aku merasa pengen mundur aja tes besok. Karena 3x TO, aku ga pernah lulus. Rasanya terlalu mahal harga yang harus dibayarkan yaitu meninggalkan anak-anak bertiga aja tapi ternyata pada akhirnya enggak lulus juga. Mending ga usah ikut sekalian. Tapi suami meyakinkan bahwa khair in shaa Allah. Bismillaah aja akhirnya. Di sisi lain, I wish we have different schedule. Tapi, kami tidak tau siapa peserta lain karena yang dari bidang yang aku pilih, cuma aku satu-satunya di KBRI Riyadh dan suami juga demikian. Sampai kita nyeletuk, "jangan-jangan cuma kita berdua doang nih yang okutan tes cpns besok." 😂😂
Pas sampai di KBRI, ternyata benar sodara-sodara. Cuma kami berdua aja yang ikut tes di sesi itu. Di KBRI Riyadh, ada 10 peserta yang ikut. Dibagi 3 hari. Tanggal 26-28 oktober. Satu sesinya 2 orang. Dan qadarullaah jadwal kami sama. Padahal ada peluang di hari berbeda atau jam berbeda kan yaa. 

Aku acungkan jempol yang banyak untuk panitia di Riyadh yang sangat baik, ramah dan well managed. Kalo di Indo ikut tes, ga akan dijamu sedemikian rupa kayaknya. Di KBRI kami dijamu oleh panitia ma shaa Allah. Disediakan ruang tunggu yang nyaman pula. Kami berdua, panitianya sekitar 7 orang 😂. Banyakan panitianya. Panitianya baik dan ramah. Bahkan setelah selesai ujian pun, kami disediakan lunch juga berupa Burger King 2 porsi besar. Ma shaa Allah tabarakallaah. Barakallahu fiihum untuk tim dari KBRI Riyadh. Kalau tes di Indo mana ada disediakan lunch kan yaa. Hehehe. 

Tapi, yang namanya emak² yang ninggalin anak, tetap aja pikiranku itu bercabang-cabang. Ga bisa 100% fokus ngerjain ujian kecuali untuk soal TIU. Xixixi.. Waktunya 100 menit. Jumlah soal 110. Ketika mengerjakan soal-soal TKP (bagian pertama yang aku kerjakan terlebih dahulu) aku agak kurang fokus. Soalnya juga agak panjang. Tapi ketika soal TIU yang butuh konsentrasi, aku lumayan bisa fokus. Selain itu, aku juga diburu waktu karena aku mengerjakan TIU terakhir kali. Kedua adalah TWK. Ketika mengerjakan TIU itu waktu tersisa adalah 40 an menit. Padahal soalnya 35 dan hitung-hitungan serta logika pulak.

Finally ujian berakhir alhamdulillaah. Nilai yang aku peroleh itu alhamdulillaah lulus passing grade yaitu dengan total 416 (85 TWK, 140 TIU, 191 TKP). Nilai ini tidak termasuk tinggi sebenernya. Mungkin standar lah yaa. Sekitar 75% yang benar. Tapi, nilai ini membahagiakan bagiku yang tes nyaris tanpa persiapan dan try out yang selalu gagal di H-1 hehehe. Alhamdulillaah. Ini adalah pertolongan Allah. Hadza min fadhli Rabbi. Bukan karena aku hebat apalagi merasa mampu. Sungguh kalau bukan karena pertolongan Allah, aku takkan bisa.

Apakah aku lulus ke tahap selanjutnya yaitu SKB? Allahu'alam. Meskipun lulus SKD tapi kalau diurutkan secara nilai, hanya 3x quota yang akan dipilih untuk maju ke test berikutnya (SKB). Pilihan yang aku pilih itu quotanya hanya 2 orang. Jadi, yang berhak ikut SKB tentu hanya 6 orang. Jika ada 10 orang aja selain aku yang memilih opsi yang sama dan mereka semua di atas 416, sudah barang tentu aku ga maju ke seleksi SKB. 

Sekarang tergantung takdir Allah saja bagaimananya. Allah yang Maha Tahu apa yang terbaik buat diriku dan keluarga. Jadi, aku pasrahkan pada-Nya saja. Jika lanjut, alhamdulillaah. Jika tidak lanjut juga Alhamdulillaah. Allah lah sebaik-baik perencana. Segela ketetapan-Nya, adalah yang terbaik.

Demikian sekelumit ceritaku tentang cpns. Hanya sharing aja sebagai kenang-kenangan. Semoga Allah berkahi setiap langkah kita. Aamiin ya Rabb.


WFO dan Dilema yang Menyertainya

Tiba² tadi sore suami ditelpon oleh menejer di kantor untuk start WFO (work from office) alias kerja yang kayak normal seperti sebelum pandemi alias ngantor mulai besok pagi (in shaa Allah). Mungkin pekerja dari sektor lain sudah lama mulai WFO bahkan sejak lockdown sudah dibuka dulu. Tapi untuk kerjaan suami yang masih bisa remote, terhitung sejak maret 2020 hingga hari ini 17 Oktober 2021 masih WFH. Kecuali jika harus ke site/server.

Per 17 oktober ini, seiring case di Saudi yang sudah menurun (sekitar 40 an cases per hari) dan meningkatnya persentase vaksinasi, maka Social distancing sudah tidak wajib lagi. Selain itu di luar atau udara terbuka sudah tidak wajib pakai masker lagi. Karena kelonggaran ini, maka dari kantor pun sudah mulai WFO.

Di satu sisi, di masjid al Haram itu adalah berita baik karena shalat sudah bisa full capacity. Tapi, kalau untuk urusan kerjaan, kayaknya enakan WFH deh. Hehehe... 
Lebih dari 1.5 tahun WFH, rasanya sudah nyaman dengan kondisi ini. Sudah terbiasa dengan kerja dari rumah. Lalu, tiba² diharuskan ngantor lagi, bukan hanya suami yang kagok dan merasa tidak siap. Aku pun juga. Rasanya tidak ready untuk kembali WFO apalagi mendadak kayak gini. Rasanya agak deg-degan dan juga ... galau. Allahu musta'an.

Dengan WFO berarti totally berubah juga daily-activity sekeluarga. Harus pagi-pagi remvong nyiapin bekal, nyiapin segala sesuatu buat ngantor yang selama ini nyantai pas WFH. Ga harus buru² nyetrika karena cuma WFH. Hehehe. Ga perlu remvong² nyiapin bekal juga. Belum lagi anak² yang udah lengket ama ayahnya selama WFH yang kalo nangis pasti nyari ayah. Klo ayah WFO, kan susah mau ke ayah. Heuheu. That's life... Alhamdulillaaah...

🌱🌱🌱🌱🌱🌱
Pelajaran berharga:
WFO mendadak itu ketika kita tidak ready, sudah cukup untuk membuat kita panik, deg-degan dan kagok. Lalu, bagaimana dengan kematian? Ia datang kepada kita dengan tiba-tiba. Tak menunggu ready. Tak menunggu kita siap-siap. Tak menunggu taubat kita dulu. Sejatinya, hendaknya kita senantiasa dalam kondisi bersiap. Tapi, diri ini masih banyak lalainya dan sering lupa bahwasannya waktu pulang itu adalah pasti. Dan waktunya adalah tanpa pengumuman alias tiba-tiba. Semoga Allah berikan kita kesempatan untuk bertaubat sebelum maut dan diberikan hidayah-Nya untuk mempersiapkan perbekalan untuk perjalanan panjang setelah dunia. Aamiin yaa Rabb.

Manusia dan "Kabad"nya

Kemarin habis mendengar cerita dari seorang ummahat yang sedang mengantarkan anaknya sekolah di luar negeri lalu setelah itu melihat (qadarullah sampai ke sini aku browsingnya padahal tadinya ga niat mau searching²) ada teman-teman kuliah dulu yang menjadi dosen di Farmasi UI (ada 3 orang yang aku kenal menjadi dosen di sana). Sebagai orang yang pernah bercita-cita jadi dosen, aku surprise daan mbatin "waaah.. ma shaa Allah yaaa ...". Apalagi kalau semisal dosen kita sendiri bilang "sayang yaah Fathel, akhirnya ga 'mengabdikan' ilmunya (cuma di rumah aja jadi ibu rumah tangga-red)."
Sebagai manusia yang memang sunnatullaahnya memiliki banyak keinginan, ada semacam rasa kepengen juga menjadi seperti teman-teman tersebut. Apalagi misalnya ... pernah punya kesempatan untuk itu namun kemudian memilih untuk melepas kesempatan tersebut.

Bukan. Bukan menyesali keputusan untuk tidak mengambil kesempatan tersebut karena keputusan itu adalah demi kebaikan lain yang ingin dikejar. Dan aku sama sekali tidak pernah menyesal telah memilih untuk peran yang sedang aku jalani saat ini, alhamdulillaaah. Tapi, kadang, ketika melihat ada teman yang berada di posisi tersebut (yang dulu pernah kita inginkan) muncullah rasa-rasa seperti ingin juga. Ya, yang namanya qalbu adalah sesuatu yang memang berbolak-balik dan tidak menetap kan yaah.

Tapi, pada akhirnya setelah itu aku merenungi bahwasannya betapa Maha Baik-nya Allah yang telah memilihkan jalan dan peran terbaik ini untukku. Aku bersyukur dengan catatan takdir-Nya yang sungguh sangat Indah. Dia-lah Dzat yang Maha Sempurna dalam memberi ketetapan. Alhamdulillaah, tsumma alhamdulillaah.

Setiap kita, hanyalah pengembara di dunia ini dan PASTI akan kembali pada kehidupan yang sesungguhnya yaitu akhirat. Tiadalah tujuan kita melainkan kebaikan yang tak berujung di akhirat yaitu surga-Nya. Tak ada orang yang ingin "pulang" ke neraka. Pasti semuanya ingin ke surga. Sekelumit dari dunia ini hanyalah ujian-ujian saja, apakah akan mengantarkan kita pada rumah yang sesungguhnya di surga atau malah sebaliknya--nasalullahu al 'aafiyah.

Sejatinya, apapun jalan yang telah dipilih, yang terpenting adalah ia mengantarkan pada surga-Nya. Apakah dengan menjadi dosen dan atau berkontribusi lebih banyak di luaran sana. Atau dengan menetap di rumah. Semuanya sama saja selama itu adalah jalan yang Allah ridha. Yang berada di luar, in shaa Allah bisa memberikan banyak kontribusi untuk ummat. Tapi, bukan berarti yang menetap di rumah tak memiliki kontribusi apa-apa. Boleh jadi, diam di rumah tapi justru banyak kebaikan yang bisa dilakukan. Dan aku termasuk orang yang sangat bersyukur saat ini Allah tetapkan berada di rumah, tidak di luar sana. Meskipun, diri ini masih sangat jauh, masih berjuang untuk berbenah, dan masih tertatih memperbaiki diri.

Allah Maha Mengetahui. Aku dengan tipikal orang yang tidak bisa multitasking, maka Allah tetapkan untuk fokus di satu hal saja. Bisa jadi ketika aku memilih kerja di luar, bisa jadi anak-anak jadi terabaikan, na'udzubillaah. Dan sekali lagi, aku sama sekali tidak menyesal untuk melepas kesempatan demi hanya untuk di rumah saja. Setidaknya sampai saat ini. Mungkin akan berbeda kedapan kalau Allah mentakdirkan lain. Bisa jadi suatu saat Allah takdirkan aku juga berada di luar sana. Allah yang lebih mengetahui.

Sesungguhnya Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan "kabad" nya masing-masing. Dengan kesusahannya masing-masing. Sesuatu yang dimiliki oleh orang lain mungkin tampak indah dan menarik di mata kita. Tapi, sejatinya di dunia tidak ada kesenangan yang abadi. Pasti segala sesuatu memiliki kesusahan dan obstacle masing-masing. Apalagi, ketika yang Allah beri kepada adalah banyaaak kenikamatan. Banyaknya kemudahan-kemudahan. Curahan nikmat-Nya yang tak terhitung. Tidakkah kita bersyukur?! Bisa jadi pula banyak orang yang menginginkan posisi kita saat ini. Maka, selalulah syukur ... syukur ... syukur...
Apapun itu, yang terpenting adalah bagaimana agar kita selamat di akhirat. Dunia ini ..., memang sangat indah, melenakan, namun cepat layu. Keindahan dan kemolekannya sering memperdaya, dan justru di sinilah ujiannya. Selain ia terlihat manis, kita pun dibekali dengan hawa nafsu untuk menginginkannya dan bisikan dari syaithan yang punya misi mencegah anak cucu Adam dari surga. Berat. Sangat berat ujiannya. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan agar dalat selamat dari fitnah-fitnah dunia ini (dan juga fitnah setelah kematian). Selama kita masih menyandarkan pada diri kita sendiri, sungguh itu adalah sandaran yang sangat lemah. Ibarat bersandar pada kain lapuk atau bersandar pada angin. Maka, hanya kepada-Nya lah kita bersandar, meminta pertolongan agar Dia selamatkan kita di akhirat dan di dunia. Semoga kita tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan, puncak cita,  sehingga lupa jalan pulang ke akhirat. Aamiin yaa Rabb


#Refleksi
#Merenung

Surprise

Beberapa waktu lalu, sepulang dari embassy (untuk renewal passport anak kedua kami), aku merasa sedikit khawatir. Kenapa koq suami lama banget nyampe di rumah. Perjalanan ke embassy kalo macet butuh 1 jam lebih. Tapi kalo ga macet harusnya 30-40 menit sudah sampai rumah. Tapi ini sudah 1 jam lebih. Mana mau telpon juga HPku mati. Akhirnya pakai HP jadul yang ga bisa nelpon, kucoba nelpon dengan googleduo.

Ternyataa ... begitu pulang, aku dapat surprise. Ma shaa Allah. Ini tentu bukan surprise pertama. Tapi ... seneng banget rasanya dapat surprise kali ini. My favourite; steak dari TGI friday.
Dulu sebelum pandemi, lumayan sering ngadate di sini. Hampir tiap bulan. Tapi sejak pandemi kita nyaris ga pernah dine in lagi. Karena "default" nya kita dine in di TGI, jadi kita ga pernah ke sini lagi sejak pandemi. Pas ngelewatin branch yang biasa jadi tempat kita ngedate, aku nyeletuk "duh kangen deh ngedate di sini lagi. Udah lama ga ke sini yah kitah."

Karena kita mostly pakek delivery order aja klo makanan, bahkan grocery dan pharmacy, makanya Ma shaa Allah, really surprise pas dibawain ini sama suami. Barakallahu fiik yaaa Cinta. ❤🤩🥰 Jazakallaahu khair katsir atas surprise nya dan buanyaaaak surprise² sebelumnya (dan sesudahnya juga) karena kejadian ini beberapa waktu yang lalu.
He knows me so well. Ma shaa Allah.. Alhamdulillaah tabarakallaaah. Istrinya yang steak lover inih. Hehehe..

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Aku merasa menjadi istri paling beruntung di dunia dikaruniakan belahan jiwa yang ma shaa Allah sangaaat baik, memahamiku dengan sangat. Mungkin aku tidak punya diksi yang bisa mewakili betapa aku sangat bersyukur menjadi istrinya. Dia yang Allah karuniakan menjadi soulmate-ku, adalah sosok yang ibarat aku minta 10 sama Allah tapi Allah yang Maha Baik ngasih aku 100 bahkan lebih. Alhamdulillaah binni'matiHi tatimmushalihaat.

Rememori ke masa-masa yang telah berlalu. Sekitar 5 bulan sebelum akhirnya kami berada pada ikatan mitsaqan ghaliidza. Pada masa di mana aku menyerahkan kepada Allah, siapa pun jodoh terbaik yang Dia tetapkan. Cukuplah pada-Nya saja. Terserah Dia saja. Oleh sebab, sebesar apapun upaya untuk berjodoh dengan seseorang, walaupun seluruh dunia mengupayakan dan menyetujuinya, takkan pernah bisa jika bukan seseorang itu yang menjadi catatan-Nya untuk kita. Allah Maha Baik. Allah Maha Sempurna dalam memberi ketetapan. Dan aku termasuk orang yang sangat bersyukur dengan ketetapan-Nya itu. Ketika Dia memberiku jodoh yang jauuuh lebih baik dari apa yang aku harapkan. Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku hanya meminta 10 tapi Allah memberiku lebih dari 100. Allahu akbar. Ma shaa Allah tabaarakallah.

Pada titik itu, aku benar-benar berserah. Berserah dengan ketetap-Nya saja. "Cukup Cara-Mu saja ya Rabb" yang senantiasa aku gaungkan. Dan benar. Allah memberikan jalan jodoh yang sama sekali tak pernah aku duga. Bahkan tak pernah terpikirkan olehku akan begitu jalan yang Allah pilihkan. 

Aku ingin menceritakannya lebih jauh sebenernya. Tapi sudah aku ketik panjang lebar di sini, tapi kuhapus lagi 😁. Aku simpan sebagai kenang-kenangan buat kami berdua saja. Karena sekarang aku sudah more introvert kayaknya 😂🤭.

Tapi, aku merasakan dengan sangat bahwa dialah sosok yang sangat bersesuian secara jiwa. Aku merasakannya sejak hari pertama kami berada dalam ikatan halal. Bersamanya, meski hanya ngobrol saja, tapi sekian jam tak terasa waktu berlalu. Menertawakan hal-hal kecil bersama. Sering kali, ketika aku baru membatin saja (hanya terlintas dalam hati) ternyata ia juga memikirkan hal yang sama persis. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Kadang kami sampai heran sendiri, koq kayak bisa nebak pikiran gitu saking samanya apa yang kami pikirkan. Ma shaa Allah. TabarakarRahmaan.

Tidak cukup kata dan space di blog ini untuk menceritakan begitu banyaak kebaikan-kebaikannya. Meskipun kadang aku ingin menceritakannya. Tapi, kemudian aku berpikir, tak perlulah aku ceritakan pada khalayak. Bersyukur. Bersyukur. Dan bersyukur. Itulah diksi yang paling tepat untuk menggambarkannya. Dan tentang kebaikan-kebaikannya, cukuplah Allah yang memberikan balasan dengan yang lebih baik.

Semoga Allah mengumpulkan dan menjodohkan aku dan dirinya tidak hanya di atas dunia yang sangat sebentar ini. Tapi, di tempat terbaik yang tiada kesudahannya yaitu Jannah. Aamiin yaa Rabb. Sebuah cita² semua pasangan tentunya