Seberapa Lama


Seberapa lama orang-orang akan mengenang ketika kita telah pergi meninggalkan dunia?
Apakah long lasting?

Ternyata tidak lama!
Jika orang terkenal (terkenal di bumi oleh sebab apapun, apakah artis, selegram, da'i kondang dsb) saja dengan kepergian yang mengesankan paling-paling hanya "menghiasi" beranda surat kabar, media, sosmed, berkisar satu sampai dua minggu, paling hebat sebulan, lalu bagaimana dengan orang yang "biasa-biasa" saja? Paling hanya hitungan hari. Lalu? Setelahnya terlupakan! Mungkin hanya diingat oleh sebagian kerabat, teman sahabat. Itu pun tak lama. Sebulan, dua bulan, dan katakanlah setahun. Kemudian? Kehidupan kembali berjalan. Tanpa kita, mereka melanjutkan perjuangan di kefanaan dunia. Semua kembali "normal". Berjalan seperti biasanya.

Lalu tinggallah kita. Sendirian.
Mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah diperbuat semasa di dunia. 
Di atas tanah, orang-orang melanjutkan hidup.
Di bawah tanah, kita akan menuai apa yang telah ditanam. Jika berbekal cukup, akan bahagialah masa kesendirian itu. Jika tidak, bahkan minus--nas alullaahul 'aafiyaah--maka kerugian dan penyesalan yang amat beratlah yang ditanggung. Sementara, tak kan ada lagi kesempatan untuk kembali ke atas bumi, mengejar ketertinggalan, menjemput segala bekal yang tak sempat dipersiapkan.

Jika engkau mengerti betapa cepatnya engkau terlupakan setelah kematianmu, maka engkau takkan sedikitpun mencari "perhatian" manusia di bumi, wahai diriku! Sama, mereka adalah musafir yang juga sama-sama berjuang untuk perjalanan panjang menuju akhirat! Cukuplah "perhatian-Nya" saja yang berusaha engkau dapatkan. Mumpung masih di atas tanah. Mumpung masih ada kesempatan untuk menanam sebelum menuai.

Lunchbox dan Uang Jajan

"Bund, mau uang jajan, boleh?" Si kakak suatu hari sepulang sekolah tiba-tiba rikues uang jajan. Selama ini dia enjoy-enjoy aja sekolah tanpa jajan. "Mayan sehari jajan 10 Riyal. Rateel juga jajan tiap hari, kakak diajakin." Tambahnya sambil menyebutkan teman sekelasnya.

"Hmm ... uang jajan yaa.... Kan udah ada bekal (lunchbox)" aku mencoba bernegosiasi. Ekekekeke...

"Iyaaa ... tapi pengen uang jajan jugaa. Lima riyal ajaa. Ga perlu 10 riyal kayak Mayan." Sebagai gambaran, 5 Riyal itu kira-kira sekitar 20K rupiah. Tapiii, harga jajanan di sekolahnya berkisar antara 1-3 Riyal. Jadi, kalau disetarakan dengan jajanan di Indonesia, 5 riyal itu dapat 5 jajanan. Satu riyal seharga sebungkus popcorn atau wafer.

"Ok, let me discuss with your Daddy." Jawabku kemudian. Waktu itu week end, jadi ... tidak perlu buru-buru memutuskan.

*****

Perihal uang jajan memang masing-masing orang tua memiliki kebijakan sendiri. Ada teman yang tidak membiarkan anaknya jajan sama sekali, akan tetapi setiap keinginannya (misal pengen beli roti atau potato chip), maka sang ibu/ayahnya yang membelikan. Ada yang memberikan uang jajan sebagaimana pada umumnya orang tua memberikan uang jajan kepada anaknya. Ada yang memilih untuk membuatkan jajanan sebagaimana jajanan anak-anak di sekolahnya sehingga anak-anak tak perlu jajan lagi. Ada pula teman yang lebih extrem (tapi bisa jadi ini adalah lebih baik) yang hanya memberikan anak uang modal untuk kemudian mereka membeli barang yang dijual. Keuntungannya menjadi uang jajan sang anak. Untuk level ini aku kayaknya angkat tangan hehehehe.

Selama ini, kami memang nyaris tidak memberikan uang jajan kepada mereka. Karena, untuk ke sekolah mereka telah dibekali lunchbox yang isinya berbagai snack dan juga air mineral.
Paling tidak ada 2 slice chocolate sanwich, cupcake, snack-snack sekitar 2-3 pcs, sekotak susu. Kadang aku juga membuatkan burger ala-ala buat anak-anak. Dulu juga beberapa slice buah potong. Tapi karena sering ga dihabiskan, emak kapoook. Dahlah, makan buahnya pas di rumah aja pas ngumpul sekeluarga 😅.
Rasa-rasanya dengan bekal segini, anak-anak tidak perlu lagi jajan karena makanan ini cukup sampai mereka pulang sekolah (masuk jam 6.30 pulang jam 12.40). Dan di rumah tinggal makan siang. Tidak perlu membawa bekal nasi dan lauk pauk (alias makanan berat) juga. Dua kali waktu break di sekolah, rasanya cukup untuk menghabiskan bekal segini. Bahkan sering juga bekalnya malah tak sampai habis.

****
Singkat cerita, akhirnya kami mengabulkan permintaan kakak untuk jajan. Sesungguhnya tidak ada yang paling benar atau paling salah dalam kebijakan orang tua memberikan uang jajan. Yang berprinsip tidak memberikan jajan juga pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Sebaliknya, yang memberikan uang jajan juga tidak sepenuhnya salah. Menurutku ini. Hehehehe. 

Apa alasan kami (aku dan suami) akhirnya memberikan uang jajan.
Pertama, kami mencoba memposisikan diri jadi anak. Ketika masih anak-anak, memiliki uang jajan suatu kesenangan tersendiri dan ketika tidak punya jajan, rasanya juga sedih. Hehehe. (Bukan berlindung dibalik kalimat--namanya juga anak-anak lho yaaa) heuheu. Karena, yang ga dikasi uang jajan, belum tentu kelak ketika dewasa menjadi orang yang rajin menabung dan pandai mengelola uang. 

Kedua, memperkenalkan kepada anak bagaimana mengelola uang dan semoga dengan ini mereka mengerti dan melek dengan financial management. Bagaimana anak bisa mengelola uang sedari dini jika mereka tak memiliki uang? Karena ini adalah praktek bukan sekedar teori. Makanya kami sepakat dengan memberikan uang jajan ini.

Tapi, kami memberikan uang jajan ini bukan memberikan bergitu saja. Kami meminta anak-anak untuk belajar mengalokasikan (alias budgeting) uang mereka. Kami meminta mereka untuk mengalokasikan dari sekian uang jajan mereka, berapa yang ingin mereka keluarkan untuk infaq, berapa yang ingin mereka keluarkan untuk jajan, dan berapa yang ingin mereka simpan sebagai tabungan. Hanya 3 alokasi itu saja terlebih dahulu. Jadi, harapannya, ketika anak diberikan uang, mereka sendiri yang memiliki kesadaran untuk mengalokasikan infaqnya, tabungannya dan jajannya. Mereka yang menentukan nominalnya. Selain itu, kami meminta mereka untuk membuat laporan keuangan. Khusus kakak, dalam bentuk tertulis. Dan si uni (masih belum bisa nulis sendiri), maka laporannya boleh disampaikan secara lisan. Mereka menyambut rencana kami dengan riang dan penuh semangat. Ma shaa Allah, ternyata Kakak malah membuat laporan keuangan sendiri dengan formatnya sendiri sebelum aku memintanya. Ma shaa Allah tabaarakallaah.

Kami memberikan uang jajan untuk seminggu sekaligus. Jadi mereka lebih leluasa dalam memenej uang mereka sendiri. Begitu harapannya. Awalnya aku mengira mereka akan mengalokasikan uang tabungan dan infaq sekitar 1-2 riyal saja karena ngebet pengen jajan. Sesuai komitment awal, bahwasannya aku tak akan "merecoki" berapapun jumlah yang mereka alokasikan tersebut. Jadi aku sudah siap-siap menahan diri untuk tidak memberikan saran apapun terkait alokasi mereka. Menahan diri untuk tidak komentar apapun dengan berapa nominal tabungan dan infaqnya meski tabungannya cuma 1 atau 2 riyal saja seminggu. Ma shaa Allah tabaarakallah, ternyata mereka mengalokasikan 20% untuk infaq, 40% untuk tabungan dan hanya 40% dari total yang akan mereka jajankan. Ma shaa Allah ... hadzaa min fadhli Rabbi. Rasanya terharu sekali ketika mereka ternyata mengalokasikan infaq dan tabungan jauh di atas espektasiku.

Semoga dengan cara ini mereka memahami bagaimana mengalokasikan dan memenej uang sendiri sedari dini. Ini hanyalah sebuah harapan orang tua yang masih harus banyak belajar sepertiku. Dan aku share di sini bukan berarti aku paling benar dan paling baik caranya. Aku hanya berharap, jika ini adalah sesuatu yang baik, semoga bermanfaat bagi sesiapa yang membacanya.

Dahulu, kami pernah mengalokasikan uang untuk anak tapi kami yang menentukan. Ini sekian riyal buat tabungan dan sekian buat infaq. "Hayoo masukin ke celengan masing-masing" (waktu itu belum ada jajan). Tapi bukan mereka yang mengalokasikan. Kemudian kami menyadari bahwasannya hal ini (mungkin) tidak menumbuhkan kesadaran untuk mengelola keuangan sendiri dan tidak menimbulkan kesadaran tentang kebiasaan berinfaq. Karena ditentukan oleh kami sebagai orang tua.

Dengan membebaskan mereka mengalokasikan ini semoga menimbulkan kesadaran dalam diri mereka sendiri (atas petunjuk dan hidayah Allah--Allahummahdiinaa yaa Rabb) untuk membiasakan berinfak sesuai dengan keinginan mereka sendiri, dengan besaran yang mereka tentukan sendiri tanpa ditetapkan atau didikte oleh kami sebagai orang tua sehingga mereka merasa tidak terpaksa untuk berinfak karenanya.

Aku masih ingat kata-kata si Uni ketika dia pengen mengalokasikan sekitar 35% uang jajannya untuk infaq (yang kemudian jadi 20% menyamakan dengan si Kakak), "Nanti, uang infaq uni ini akan menjadi harta uni di akhirat ya Bund. Dapat balasan yang berkali lipat." Yaa Rabb ... nyesss... adeeemm, mata sampai berkaca-kaca mendengar si Uni bilang gitu. Yaa Rabb ... ma shaa Allah tabaarakallah. Semoga Allah berikan hidayah dan keistiqomahan untuk anak-anak kami ya Allah.

'Ala kulli haal, ini hanyalah ikhtiar manusia (yang dhaif) seperti kami. Dan Allah yang menggenggam hati mereka dan memberikan ilham kepada mereka. Semoga mereka tetap dalam hidayah dan penjagaan-Mu yaa Rabb.

Terkenal di Langit

Beberapa hari ini di berbagai kanal banyak menyebut-nyebut satu sosok yang mungkin semasa hidupnya tak begitu dikenal. Bukan selegram. Apalagi artis. Kebaikan-kebaikannya tak menggema sebagaimana seorang yutuber yang membagikan kegiatan sosialnya lalu ditonton ribuan orang. Tidak. Ia tak begitu.

Tapi begitu ia kembali kepada Ilahi, di hari yang mulia--hari Jum'at--seolah Allah tengah mengungkap dan menampakkan segala kebaikan-kebaikan yang selama ini tersembunyi. Tentang perjuangan dakwahnya. Tentang sedekah-sedekahnya. Tentang ia yang banyak menjadi wasilah untuk mengislamkan banyak orang (tentu hidayah di tangan Allah). Tapi ia menjadi "pemilik onta merah" nya. Seolah terbukalah tabir-tabir yang selama ini tertutup dan diberitakanlah kebaikan-kebaikan itu yang mungkin juga menjadi "jalan hidayah" dan inspirasi kebaikan pula bagi yang masih tinggal di bumi.

Ah, mungkin inilah yang disebut "terkenal di langit" tersebut. Boleh jadi, di bumi tak banyak yang mengenalnya. Tapi namanya menggema di langit. Di sebut-sebut oleh sosok-sosok yang jauh lebih baik dari penduduk bumi--malaikat.

Ma shaa Allah tabaarakallaah.

Semoga ini menjadi pelajaran bagi kita. Kita yang sedang berada di "departure terminal" saat ini menanti jadwal kepulangan. Tentang kita yang PASTI akan kembali pulang, yang waktunya telah ditentukan akan tetapi tak diberitahukan. Tentang bekal apa yang kita bawa. Tentang persiapan yang kita lakukan untuk kembali pulang tersebut. Apakah kita kembali dalam keadaan lengah dan bermegah-megah dengan dunia (na'udzubillah, nas alullaahu al 'aafiyah) ataukah dengan kondisi pemuh persiapan kapanpun waktu itu datang? Semoga Allah karuniakan kita sebaik-baik penutup.

"Allahumma inna nas aluka husnul khitam"


"Esok, semua jiwa akan mendapatkan hasil dari semua perbuatannya. Semua yg menanam akan memanen apa yg telah mereka tanam. 
Jika baik, maka baiklah yg mereka dapatkan untuk diri mereka. Jika tidak baik, maka itulah sejelek-jelek perbuatan".

(Imam Ibnu Rajab)

Tips Melepaskan Diri dari Menghabiskan Waktu atau Ketergantungan dengan Gadget

Bismillaah.
Setelah sekian purnama tidak menulis di blog. Hehe. Banyak sebenarnya yang pengen diceritakan tapiiii ... nulisnya suka ga semangat trus yang tadinya pengen ditulis jadi lenyap deeeh. 

Baiklaaah kali ini aku mau share aja terkait gadget alias smartphone (sebagai gadget yang paling banyak digunakan). Jaman sekarang, siapaa siih yang tidak familiar dengan benda pintar yang memiliki sejuta manfaat (sekaligus juga sejuta jerat) ini?! Kadang, diakui atau tidak, gadget telah menyita banyaaaak sekali waktu kita sehinggaa hal² yang seharusnya wajib dilakukan jadi terbengkalai. Ini aku sedang nunjuk diri sendiri lho yaa. 

Scrolling² sampai ga sadar waktu habis berjam-jam. Ehh rumah masih berantakan. Cucian piring numpuk. Belum sempat masak. Anak-anak ga ditemani main dan belajar. Astaghfirullaah. Bangun tidur, kebanyakan orang yang pertama dicari adalah gadget duluan. Bukannya do'a bangun tidur malah mencetin HP 😑. Kita udah kayak zombie berjalan aja. Quality time ama keluarga dan pasangan jadi berkurang drastis. Bahkan waktu tilawah juga terdistraksi dengan gadget.

Aku (sekali lagi) bukan orang yang juga terlepas dari itu semua. Tapi, walau bagaimanapun kita harus berusaha agar gadget tidak menjadi "menu utama" yang memakan waktu-waktu kita. Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dengan gadget ini.

Berikut beberapa tips yang sedang aku coba jalankan. Mudah-mudahan bermanfaat buat siapapun (yaaa terutama untuk diri sendiri tentunya).

1. Berdo'a
Do'a tentunya adalah senjata seorang muslim. Sebelum ikhtiar yang lain, maka do'a adalah yang paling pertama yang kita lakukan. Berdo'a kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar DIA menjadikan gadget yang ada ditangan kita ini tidak menjadi candu yang membuatnya menjadi semacam adiktif, tidak menghabiskan waktu kita di mana waktu adalah modal berharga yang Allah karuniakan untuk kita, dan agar gadget ini hanya menjadi sarana kebaikan untuk diri kita. Bukan menjadi sesuatu yang melalaikan diri kita. Melalaikan dari-Nya, dari tanggung jawab sebagai seorang ibu/ayah, suami/istri dan seterusnya. Ya, kita harus selalu meminta pertolongan kepada-Nya!

2. Tekadkan dengan kuaat!! Azzam yang kuat agar kita mau berlepas diri dari berlama-lama memandangi dan memenceti benda pipih pintar ini. Yakinkan dan terus ulang-ulang dalam hati kita bahwa waktu yang kita habiskan dengan gadget ini, apa yang kita browsing dan scrolling dengan gadget ini, dan apa yang kita posting/komentari dengan gadget ini AKAN DIMINTA PERTANGGUNGJAWABANNYA di akhirat kelak. Akan dihisab oleh Allah kelak!

3. Lakukan ikhtiar secara perlahan
a. Bikin wallpaper yang mengingatkan kita akan waktu yang dihabiskan dengan gadget ini.
Berikut beberapa wallpaper yang tafadhally jika ada teman-teman mau menggunakannya, silakan tak perlu ijin dulu.
wallpaper 1 (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
wallpaper 2  (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
wallpaper 3 (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

b. Uninstall applikasi yang sangat melalaikan. Misal faceb**k, int*gram, dll. Aku sendiri sudah lama meng-uninstall applikasi ini. Tapi ini sebenarnya udah ga begitu mendistraksi lagi karena udah lama ga akses. Bukan berarti aku tidak tertarik dengan app lain yang lebih mendistraksi. Aku sendiri bukan fb, ig yang paling mendistraksi sih. Ada app lain yang menurutku tidak urgen juga untuk di share di sini meskipun bukan rahasia juga. Kadang masih tergoda dengan versi browser. Naah yang versi browser ini nanti ada tips nya lagi. Meskipun tangan kadang gataal buat install ulang, tapi coba bertahan dulu.

c. Persulit dirimu untuk mengakses aplikasi yang mendistraksi tapi tidak bisa untuk di-uninstall (karena dengan beberapa alasan masih dibutuhkan). 
Misal: untuk whatsapp yang mungkin banyak mendistraksi maka;
- matikan semua notifikasi dan pop up messagesnya (aku sengaja mematikan semua notifikasi WA, dan bahkan tampilan WA yang muncul juga dimatikan jadi benar-benar tidak tau ada pesan baru atau bukan). Tapi kadang masih suka "iseng" atau bahkan suka tanpa sadar langsung buka-buka app tersebut meski ga ada notifikasi yang muncul. 
- hide applikasinya!
Ketika aku hide applikasinya, maka ga ada pilihan untuk langsung klik button aplikasi WA. Aku membutuhkan effort dulu untuk membuka applikasi yang ter-hidden tersebut.
Aku harus melalukan search terlebih dahulu, lalu klik open untuk bisa mengakses whatsapp.
Jadii, kalau mau lihat whatsapp harus "bersusah payah dulu" dengan mencari di kolom pencarian seperti ini.
harus search dulu whatsapp nya (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)
Baru bisa dibuka lagi app nya dengan meng-klik opsi open ini (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Berlakukan juga untuk applikasi lain yang benar-benar mendistraksi tapi belum/tidak bisa untuk uninstall karena ada kebutuhan dengan applikasi tersebut. Misal yang suka yutuban atau tiktokan. Kalau aku kebetulan ga begitu terdistraksi dengan yutuban dan alhamdulillah (dengan pertolongan-Nya), yutub lebih banyak manfaatnya dari pada scrolling-scrolling di sosmed lainnya buat aku. Dan juga ga suka tiktokan jadi ga butuk restriksi untuk app tersebut.

Untuk browser sendiri, kadang kita suka "nakal" membuka sosmed dari browser dan ga kalah menghabiskan waktu dengan menginstall app nya sendiri. Makaa, jangan lupa untuk logout semua akun sosmed jika dirasa sangat mendistraksi. Kalau sanggup, hapus sekalian akunnya hehehe. Kalo aku sendiri mungkin ga sampai menghapus akun sosmed karena masih ada manfaatnya kan yaa. Naah, jika masih bisa ngontrol untuk menggunakannya sebijak mungkin yaa ga masalah untuk tidak di logout apalagi dihapus. Log out adalah bagi yang terdistraksi. Setidaknya butuh effort lebih untuk login dulu ke akun sosmed meskipun menggunakan browser. Selain itu, apps browser juga berpengaruh. Menurutku g**gle chrome cukup mendistraksi karena kadang muncul berita-berita yang awalnya ga ada niat buat baca berita, jadi malah muncul sendiri. Dan ini cukup mendistraksi banget. Maka aku uninstall si chr*me ini dan hanya menggunakan aplikasi samsung internet. Dan aplikasi samsung internet ini dibikin sedemikian rupa agar sulit diakses. Aku sendiri mengaktifkan mode secret dan mewajibkan password setiap mau browser. Password pun dibikin dengan tingkat kerumitan yang tinggi, yang sulit dihafal jadii ketika mau buka harus mikir dulu untuk passwordnya 🤣. Selain itu history dan cache browsingan kita akan langsung terhapus otomatis. Tiap nutup appnya, pas buka lagi udah kehapus dan harus mengisi password ulang lagi. Terlihat menyusahkan diri sendiri? Kalau memang menyusahkan itu membuat kita jadi males buka HP dan "ngapa-ngapain" dengan HP, why not?!?!?!? 🙂😊

d. Gunakan applikasi yang membatasi penggunaan gadget alias screentime.
Aku pengguna samsung. Naah di samsung sendiri ada applikasi yang namanya "digital wellbeing" 
ini aplikasinya. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Menurutku, digital wellbeing ini aplikasi yang sangat baguuuusss untuk membatasi penggunaan gadget. Di digital wellbeing kita bisa melihat track record penggunaan gadget kita dalam sehari, dalam seminggu, dalam sebulan dst. Misal hari ini liat gadget 4 jam! Maka kita akan tau. Kadang kita kan suka ndak nyadar ufah berapa lama maen HP kan yaa. Naah, apps ini nyadarin kita klo ternyata kita udah gunain HP selama berjam-jam!!!
Selain itu kita bisa set waktu penggunaan applikasi. Jika waktunya habis, maka kita ga bisa lagi menggunakan app nya tersebut sampai keesokan harinya (kecuali settingan waktu diubah 😅).
Kita juga bisa set berapa lama screentime yang kita pengen.
ini settingan waktu untuk gadget melalui digital wellbeing. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

Misal kayak whatsapp yang udah overtime banget. Makaaa, apps nya berubah jadi warna abu-abu dan ga bisa aku buka lagi karena habis limitnya kecuali aku ubah settingan waktunya 😊. (klik di gambar untuk melihat lebih jelas)

e. Kalau cara-cara di atas ga juga berhasil, yaudaah.. simpen HP nya jauh² di atas lemari yang tinggi di mana harus nyari tangga dulu untuk ngambil HP nya. Atau di dalam lemari paling dalam. Trus dikunci dan kuncinya simpen di ruang lain. Ini cara extrem banget sih yaa 🤣🤣🤣. Dan juga berlaku utk yang nomer panggilan utamanya bukan di HP tersebut. Kayak aku yang menggunakan HP jadul untul panggilan konvensional. HP yang dipakek untuk sosmed dll itu hanya mengandalkan wifi di rumah dan diisi kartu nomor indonesia doang.

Sekian tips dari aku. Mudah-mudahan bermanfaat terutama buat aku sendiri. Dan juga semoga bermanfaat buat kamu semua.

Rulenya adalah tak masalah kamu menggunakan gadget seberapa lama pun selama itu digunakan untuk hal-hal yang mendatangkan kebaikan. Dan ingat-ingat bahwasannya waktu yang dihabiskan dengan gadget ini AKAN di HISAB oleh Allah di yaumil hisab kelak.

Jika gadget digunakan untuk kerja, jualan, posting nasihat, dan hal bermanfaat lainnya, in shaa Allah khair. Selama itu adalah kebaikan yang bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. 
Disclaimer: ini untuk sebagai pengingat diri sendiri! Kata-kata ini paling pantas ditujukan untuk aku yang menuliskannya terlebih dahulu.

📱📱📱📱📱📱📱

Jika engkau termasuk orang yang tidak begitu terlena dengan gadget dan sosmed, maka bersyukurlah! Bersyukurlah. Itu suatu anugrah yang besar dari Allah. Pertahankan!
Betapa banyak orang yang bahkan sampai masuk rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget. Semoga kita tidak termasuk bagian dari itu.

Pengalaman Mudik Mendadak & Karantina

Sudah sangat lama rasanya tidak posting di blog ini. Ibarat rumah udah ga pernah dibersihin lebih dari 3 bulan. Udah berdebu banget kali ya. Hehe. Untungnya belum jasi semak belukar. Xixixi. Apasih! 🤭


Baiklah, postingan setelah lama ga nge-blog ini mau cerita tentang mudik mendadak yang kami tempuh di bulan Maret 2022 lalu. Ceritanya, plan buat mudik yang di tag suami ke manajerial adalah bulan Mei rencananya. Qadarullaah karena ada teman se-team suami di kantor yang resign di mana notice period-nya adalah 2 bulan yaitu Maret dan April, jadinya cuti yang di plan di bulan Mei itu terancam gagal. Pasalnya, rules nya adalah tidak boleh ada yang cuti bersamaan dan harus ada yang standby di masing-masing kota yaity di Riyadh atau di Jeddah. Tim nya suami di kerjaan ada 4 orang, dibagi dua yaitu 2 orang di Jeddah dan 2 orang di Riyadh. Jadi, kalau cuti at least mesti ada 1 orang yang "jaga gawang" di masing-masing kota. Karena biasanya ada kerjaan yang harus mendatangi site/server tertentu. Begitu yang kupahami sedikit banyak dari kerjaan suami.

Jika teman tersebut resign, berarti suami satu-satunya yang harus stand by di Riyadh (karena yang resign posisinya di Riyadh). Artinya, mudik yang kami rencanakan Mei itu kemungkinan besar gagal total. Kami "terikat" harus stay di Riyadh sampai penggantinya datang. Even ke Makkah Madinah aja kami ga bisa di masa standby ini. Dan pengganti anggota tim yang resign ini biasanya butuh waktu untuk datang (karena ngurus visa dll, plus ada covid restriction juga kan).

Akhirnya pas tanggal 3 (hari terakhir sekolah anak2 di term 2), pas abis jemput sekolah anak², tiba-tiba aku nyeletuk. "Yah, kita mudik yuuk. Mumpung anak² libur sekolah 2 minggu. Ntar klo Mei, kemungkinan besar ga bisa cuti kan. Nunggu juli atau agustus koq kelamaan banget."

"Tapi bisa ga yaa Bund. Kan ada yang cuti. Ga yakin juga dikasi izin." Suami agak sangsi.

"Bisa ga yaa Yah remote dari Indo sampai teman yang cuti balik?"

"Yaudah, coba tanya menejer dulu. Dikasi apa enggak."

Posisi waktu itu siang hari Kamis. Suami akhirnya coba tanya menejer mengenai kemungkinan cuti di Maret plus remote dari Indonesia untuk kurang lebih 2 minggu. Ma shaa Allah tabaarakallaah, ternyata menejer kasi izin sorenya mendekati maghrib. Sungguh tidak menyangka. Sebuah pertolongan dari Allah tentunya. Dia-lah yang memberi kami kesempatan untuk mudik.

Tapi kami tetiba galau. Persiapan mudik belum ada sama sekali. Nanti mau kemana. Gimana itenerary selama di Indo dll. Biasanya mau mudik ke Indo, setidaknya persiapan kami sebulan lebih untuk bikin vacation plan, itenerary, beli tiket, packing-packing, ngurus visa exit re-entry, nyiapin oleh-oleh dsb dsb. Lah ini, di masa pandemi, harus PCR juga, harus vaksin juga. Register vaksin luar negeri juga. Kan ribet yaa. Enggak yang kayak mudik normal.

Dalam 2 hari saja (jum'at dan sabtu karena kami take off nya hari minggu dini hari jadi berangkat ke bandara sabtu malam menjelang minggu dini hari) kami mempersiapkan mudik mendadak ini. Bayangkaaan ... dalam 2 hari harus nyiapin packing² bagasi, ngurus ERV (exit re-entry visa), nyempetin beli oleh-oleh dikit, beli tiket PP Riyadh Jakarta dan Jakarta Riyadh, vaksin covid untuk anak kedua kami (karena anak pertama udah full 2 dose), tes PCR untuk syarat keberangkatan. Belum lagi beberes rumah. Sempat-sempatnya juga kakak Aafiya les renang di jumat sabtu dan ayahnya sempat-sempatnya juga latihan badminton. What a busy week end. Ma shaa Allah tabaarakallaah, dalam 2 hari ternyata persiapan mudik mendadak di masa pendemi beres juga. Semua atas pertolongan Allah. Ga kebayaang kami bisa mudik dengan persiapan sekilat ini. Di masa pandemi yang banyak syaratnya pula. Alhamdulillaah binni'matiHi tatimmusshalihaaat.

Kami berangkat dengan maskapai Fly Emirates. Alhamdulillaah karena bawa anak-anak kami mendapatkan prioritas untuk naik pesawat setelah penumpang bisnis dan kelas 1. Kami maaah naik yang kelas ekonomi ajaaa xixixixi. Udah nyaman banget koq alhamdulillaah. Pesawatnya juga spacious laah. Alhamdulillaah perjalanan lancar. Aku juga alhamdulillaaah aerophobianya sudah mulai berkurang. Much much better. Dulu perjalanan 32 jam (termasuk transit) bisa ga tidur akunya gegara aerophobia ini. Huhuhu.

Sampai di Jakarta pun alhamdulillaah lancar-lancar dan diprioritaskan karena bawa anak-anak. Alhamdulillaah lagi, kami sudah lama registrasi vaksin sehingga kami sudah berstatus full dose di pedulilindungi.id dan sudah mengantongi sertifikat vaksinnya. Tapi, di bulan maret masih mendapat "jatah" karantina selama 3 hari untuk yang full-doses vaccination.

Cukup lama menunggu sampai akhirnya bus yang membawa kami ke wisma atlit rusun pasar rumput bergerak. Kami landing sekitar jam 10 malam dan pengambilan bagasi hingga jam 11 an. Jam sudah menunjukkan jam 1 malam waktu indonesia barat ketika bus berangkat. Kami memang memilih di wisma saja tidak memilih karantina di hotel. Karena menurut pengalaman teman suami yang mudik sekitar seminggu sebelumnya, pelayanannya Oke.

Jakarta di malam hari sudah lengang. Wajar sih karena sudah melewati jam macet. Ga lama untuk mencapai wisma pasar rumput. Namun, antrian di sana untuk masuk sangat membludak. Ruameeee bangeet. Aku sampai rada frustate melihat banyaknya kerumunan orang yang akan naik ke wisma di mana akses lift cuma 1 saja. Subhanallaah.

Alhamdulillaah petugasnya sangat baik. Karena kami bawa anak 3, jadi diperbolehkan untuk duluan. Dari sekian rangkaian proses yang kami lewati (termasuk PCR kembali di lobby sebelum masuk ke kamar yang tersedia), prosesnya terbilang cepat dan diprioritaskan. Semoga Allah membalas kebaikan para petugas satgas covid-19 yang membantu kami--anak-anak muda yang ramah dan energik ma shaa Allah--dan juga sesama pendatang yang juga ikut karantina yang rela memberi tempat dan mendahulukan antrian kepada kami sehingga bisa duluan masuk kamar. Ya Rabb ... hanya Allah yang dapat membalas kebaikan mereka semua. Semoga senantiasa dilimpahkan kesehatan. Memang anak-anak sudah lelah dari perjalanan jauh dan jam sudah menunjukkan angka 2.30 dini hari kala itu. Jam 3 malam akhirnya kami bisa mendaratkan diri di kamar wisma atlet pasar rumput. Dan menjalankan karantina selama 3 hari. Alhamdulillaah.
foto wisma pasar rumput tempat karantina

view kota jakarta dari wisma pasar rumput lantai 8
(sengaja bawa kertas, lem, gunting dan pensil untuk aktivitas anak-anak selama karantina)

Alhamdulillaaah bisa mudik. Meski hanya sebentar. Mudik kali ini benar-benar serasa mimpi. Sebentar saja. Setelah hampir 3 tahun tidak mudik ke Indo karena terkendala pandemi. 

Sekarang kami sudah di Riyadh lagi. Anak-anak juga sudah ketinggalan banyak di sekolahnya. Mudah-mudahan kekejar ketinggalan pelajaran selama mudik. Karena ternyata mereka ga ada opsi online lagi di term 3 (di term 2 merekan ada opsi sekolah online selain offline). Padahal kami udah angkut buku mereka sekoper pas mudik. Buku sekolahnya juga buanyaaaak bangeeet. Qadarullaha ma syaa a fa'al.

Alhamdulillaah..  Alhamdulillaah.. Alhamdulillaaah...

Lontong Sayur Harga Selangit

"Bund, jalan yok nyari sarapan." Ajak suami pagi jum'at ini.
"Hayuuuuk ... 🤩🤩🤩" dengan penuh semangaaat langsung mengenakan kaos kaki, abaya, jilbab dan jaket. Btw, kebiasaan memasang kaos kaki terlebih dahulu ini sudah menjadi pertanyaan akhwat wisma sejak dulu hingga sering terbawa hingga sekarang. Hehe. Mereka pada heran, kenapa dalam urutan berpakaian, malah kaos kaki yang paling pertama 😂 yang mana normally itu menjadi urutan terakhir. Hehehe. Entah kenapa, lebih nyaman aja kalau pakai kaos kaki dulu baru yang lain-lain.

Awalnya kami mau jalan berdua aja. Beberapa kali kami jalan berdua aja, pas anak-anak lagi tidur. Hehehe. Pacaran judulnya. Tapi, pas mau berangkat, Maryam bangun. Akhirnya kami berangkat bertiga. Kakak dan uni masih tidur. Uni tidur lagi habis subuh mumpung weekend xixixi. Biasanya abis subuh langsung siap-siap berangkat sekolah.

Momen jalan bareng ini adalah momen yang sangat menyenangkan. Meski cuma keliling sebentar. Bukan tentang ke mananya, melainkan bersama siapanya hehe. Kadang kita baru menentukan mau ke mananya setelah mobil berjalan. Xixixixi... Seperti pagi ini. Awalnya suami mau beli J.Co aja. Aku okeh-okeh aja sebenarnya. Tapi kami juga sudah beli J.Co sebelumnya. Jadinya terlalu sering kan. Lalu aku memberi usulan gimana kalo ke Baqala Karisma aja. Di sana jual jajanan dan sarapan pagi-pagi. Agak jauh sih tapi akhirnya suami okeh untuk ke Karisma.

Qadarullaah sampai di Karisma baqalanya masih tutup. Padahal biasanya di sana ada bubur ayam yang rasanya lumayaan enaaak. Akhirnya kami memutuskan ke Karisma 2 yang ada di area Ar-Rayan. Ga begitu jauh dari Karisma yang ada di deket taman Ibn Qassim atau taman asri kami menyebutnya. Tapi qadarullaah baqalanya juga masih tutup. Restauran bandar jakarta yang ada di sebelahnya pun juga masih tutup. Yasudahlah. Akhirnya kami berniat untuk pulang sahaja. Meskipun belum dapat sarapan, tidak apa-apa. Jalan bareng aja udah menyenangkaan koq. Hehe. Sarapan cuma bonus aja. Hihi.

Tiba-tiba aku ingat salah satu warung makan malaysia yang ga begitu jauh dari Ar Rayyan. Sebut saja namanya X. Mumpung jaraknya cuma 1.5 km dari lokasi kami, aku berpikir apa gak sekalian coba mampir aja. Akhirnya kami mampir ke sana. Alhamdulillaah sudah buka. Kami memesan lontong sayur 2 porsi, 1 nasi lemak dan snack 2 pcs. Tapi, tak disangka harganya selangit bangeeeettt subhanallaah. Padahal restaurannya juga biasa aja. Enggak yang restaurant yang cozy-cozy gitu. Mirip-mirip dengan restaurant Indonesia juga.
Lontong sayur dibanderol dengan harga 26 SAR (sekitar 100rb rupiah). Padahal kalau di baqala Indonesia harga 6 SAR saja (sekitar 22rb rupiah). Soal rasa pun, sejujurnya tidak jauh lebih enak dari lontong sayur yang ada di baqala. Tadinya aku espektasi harganya 10-15 riyal aja. Dan itu pun harusnya udah mahal. Karena kan isinya mostly sayuran aja. Di baqala aja lontong sayurnya harga 6 riyal udah ada telornya. Ini yang harga 26 riyal, malah ga ada telurnya 😅. Bahkan restaurant Malaysia yang ada di Makkah (tutup pas pandemi) yang secara harga sewa tempat kayaknya lebih mahal yang di Makkah ini karena lokasinya tepat di depan Masjid Al Haram, tapi harga makanannya lebih murah dibanding restaurant X tersebut. Kalau ada slogan "ada harga ada rupa", kalau yang ini lebih cocoknya "ada harga, ga ada rupa" kata suami.. hehehehe.

Ya, akhirnya kita cuma bisa geleng-geleng aja. Masaa ngasih harga koq kayak ga masuk akal gitu. Subhanallaah.

Alhamdulillaah 'ala kulli haal. Qadarullaaha ma shaa a fa'al. In shaa Allah jadi pelajaran buat kami.

🥣🥣🥣🥣🥣🥣

Pelajaran berharga;
Manusia sering kali menyukai "kebahagiaan yang disegerakan".
Ada yang beli, "diporotin" dengan harga selangit. Iya, awalnya dapat uang banyak dengan ngasih harga tinggi. Tapi, konsumen tidak akan mau datang lagi untuk kedua kalinya. Cukup sekali aja. Udah gitu, jangan lupa "the power of mouth". Cerita dari satu mulut ke mulut yang lain. Suatu produk bisa mencapai penjualan yang tinggi dengan power cerita mulut ke mulut ini. Jadi bukan ga mungkin juga suatu produk akan jatuh dengan power cerita mulut ke mulut ini jika ternyata ga sesuai dengan espektasi konsumen.

Aku jadi teringat sama seorang penjual sate gerobak. Sejak aku TK hingga kini, sate gerobaknya masih gitu-gitu aja. Tidak berubah yang berarti. Jadi ceritanya, dulu sate itu sempat mengalami masa jaya. Ketika satenya laku keras. Tapi, sayangnya penjualnya kurang dalam manajemen penjualan. Saat laku keras, penjual suka mendeskriditkan pembeli. Pembeli yang belinya dalam jumlah banyak, didahulukan meski datang belakangan. Sementara yang datang duluan, karena belinya dikit ga dilayani sama sekali. Nyelekit banget. Pas laku keras juga, mulai perlahan-lahan porsi dikurangi. Jadinya lama-lama konsumen akhirnya realize dan mulai meninggalkan sate gerobak tersebut. Apalagi mulai bermunculan gerobak sate lainnya. Aah, jika saja pelayanan konsumen diperhatikan. Adil dalam menjual, tidak mementingkan atau mendahulukan yang beli dalam jumlah banyak aja mungkin pembeli juga akan loyal. Belum tentu sekarang dia yang beli sedikit, besok akan beli sedikit juga. Jangan-jangan dia baru trial doang kan. Dan lagi, kalau kualitas tidak dipertahankan dan malah dikurangi, konsumen akhirnya jadi sebel kan. Jika saja penjual sate gerobak ini bisa mempertahankan kualitas dan bersikap baik sama konsumen, mungkin ia telah bisa mengembangkan bisnisnya dengan buka cabang di mana-mana. Tapi karena manajemennyanh buruk dan hanya ingin "kebahagiaan yang disegerakan", akhirnya begitu begitu aja kaan.

Ini jadi pelajaran buatku terutama. Apalagi jika suatu saat pengen bikin usaha misalnya. Aamiin 🤩🤩🤩

Gegara Kaki Kecoa

Suatu ketika aku ke baqala/mini market indonesia. Pengen beli bakso frozen. Lumayaan, anget-angetin pas mau masuk musim kan ya. Tapi, bakso yang biasa aku beli (merek sopo nyono) lagi kosong. Jadi terpaksa beli merek lain.

Naah, pas aku mau masak baksonya, kan aku potong-potong dulu tuh baksonya. Berhubung ukurannya lumayan besar. Pas aku mau motong salah satunya, kelihatan agak coklat mirip ranting gitu. Lalu, aku potonglah pas bagian coklatnya itu. Ya Rabb ... kageeet bangeet ternyata itu kaki kecoa 😱😱😱. Auto ... "hiiiy....!!" Dan akhirnya itu bakso sebungkus besar terpaksa dibuang. Mengsedih bangeet kaaan. ((Tapi ada yang lebih mengsedih sih.. yaituu.. pas udah selesai bikin tulisan di blog, tiba-tiba device mati dan postingannya ga tersimpan walau 1 katapun. Heuheuheu ...)).

Sejak itu ... rada "trauma" untuk beli bakso frozenan beserta turunannya (bakso tahu, dll). Dan muncullah tekad dalam hati bahwasannya aku harus bisa bikin bakso sendiri!

Meskipun bertekad saat itu, tapi tidak langsung eksekusi. Butuh effort yang lumayan bagi aku yang memang ga hobi masak ini untuk membuat sesuatu. Memasak bagiku goalsnya ga muluk-muluk. Yang penting suami dan anak-anak suka. Itu saja. Orang lain bisa jadi beda selera. Yang penting keluarga suka. Ada protein, karbohidrat dan sayuran.
(daging digiling menggunakan food processor)

Nah beberapa waktu lalu akhirnya jadi juga aku eksekusi baksonya. Alhamdulillaaah. Jika sebelumnya aku bikin bakso karena coba-coba saja semacam ekperimen gitu, kali ini bikinnya dengan tekad yang lebih kuat yaitu makanan homemade yang dibikin sendiri yang kita tau apa saja bahan yang dimasukkan dan in shaa Allah higienisnya lebih diperhatikan. Tekad ini ternyata jadi energi sendiri buat aku dengan pertolongan-Nya alhamdulillaah.
(adonan bakso yang siap direbus)

Alhamdulillah dari 400 gram daging topside jadi bakso lumayan banyak.
(bakso homemade ala aku hehehe)

Di segi rasa mungkin belum seperti bakso-bakso yang dijual kebanyakan. Tapii, alhamdulillaah rasanya sangat acceptable buat aku. Sampai bolak balik ngabisin beberapa pentol bakso. Hihi. Ini lagi laper apa gimana yaak 😆🤭. Sebagiannya lagi aku simpan sebagai bakso frozenan. Suami dan Anak-anak juga suka alhamdulillaaah. Karena prinsip aku memasaka adalah yang penting suami dan anak-anak suka alhamdulillah misi kali ini berhasil.

Aku beryukur tinggal di luar negeri di mana mendapatkan makanan indonesia tak semudah ketika berada di indonesia. Aku yang pada dasarnya memang bukan hobi masak jadi mau ga mau harus masak macem-macem (di luar makanan keluarga biasa yaa) kayak siomay, batagor, bakso, snack jajanan pasar kayak risoles, pastel, spring roll isi udang/ayam/etc,  cilok, kue-kue-an, homemade nugget, chicken katsu, sate padang, sate ayam bumbu jacang, soto dll. Jika di indonesia, jajanan kayak gini besar kemungkinan aku beli/order saja. Ga kepikiran buat bikin sendiri. Apalagi adanya teknologi gofood kan. Segalanya jadi lebih mudah. Tapi karena di sini ga bisa di-gofud-in, jadi harus masak sendiri. Di sisi yang lain ini pengalaman sangat berharga buat aku. Alhamdulillaaah...

(bakso ready untuk difrozen)

Kebaikan dan Teman-Teman Baik

Ma shaa Allah tabaarakallaah, suhu di Riyadh mencapai 5° C. Sebenarnya hampir sama dengan tahun sebelum-sebelumnya. Bahkan dulu sudah pernah merasakan hingga reel feel 0° C. Satu atau dua derjat celcius juga pernah. Tapi, musim dingin kali ini terasa sangat dingin bagiku. Bisa jadi karena di puncak musim dingin ini, dibarengi covid yang qadarullaah "mampir" di kami sekeluarga. Salah satu efeknya; chills, merasa dingin. Dan sepertinya kami juga merasakan ini. Rasanya tangan dan kaki seperti es. Air yang mengalir seperti air es. Tahun sebelumnya, rasanya aku tidak membutuhkan heater. Tapi tahun ini rasanya pengen selimutan aja di depan heater. Hehe.

Di puncak musim dingin ini, aku ingin menceritakan tentang kebaikan dan orang-orang baik. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Jadi, sebenernya kami tidak ingin share tentang kondisi covid yang kami alami ke teman-teman hanya dengan 1 alasan; kami tidak ingin merepotkan. Jadi, kami mengupayakan agar jangan sampai ada yang direpotkan. Kalau semisal ada pada titik di mana kami butuh bantuan, kami pasti akan meminta bantuan kepada teman-teman sesama Indonesia di sini. Tapi, alhamdulillaaah so far kami masih bisa mengupayakan sendiri, atas pertolongan-Nya.

Pagi tanggal 4 januari kemarin, salah satu teman kami mba Lia menelpon, mengkonfirmasi berita yang diterima kalau kami terkena covid. Aku membenarkan dan mengatakan alhamdulillaah kami semua baik-baik saja. Agak sedikit sesak tapi ga mengganggu alhamdulillaah. Mba Lia yang juga adalah seorang dokter, menanyakan apakah punya oxymeter. Aku mengatakan bahwa kami sedang memesannya. Malamnya mba Lia datang men-drop makanan 5 bungkus bakso yang enak banget ma shaa Allah, herbal PH7 ustadz Adi Hidayat, Black Garlic, Custus Hindi root, dan juga cup cake buat anak-anak. Mba Lia juga meminjamkan oxymeter sambil menunggu oxymeter kami datang. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Kami jadi terharu.

Banyak teman-teman yang menanyakan, "butuh apa, mau dibawain apa?, butuh dibantu belanja logistik ga?", selain mendo'akan. Ma shaa Allah. Terasa bangeet care nya teman-teman. Bantuan yang Allah kirimkan lewat mereka. Barakallaahu fiihim. Aku sebenarnya dido'akan saja sudah lebih dari cukup. Tapi, mereka memberikan lebih. Ma shaa Allah.
Tanggal 5 pagi, mba Linda mendrop satu dus besar makanan. Lontong sayur, bubur ayam 6 pcs, tahu, tempe, bayam, minyak goreng. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Pagi-pagi, diantarkan dari Nuzha. Bukan jarak yang dekat antara Nuzha dan Nahda dan mba Linda memiliki bayi. Tapi masih mengantarkan kepada kami support. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Terharu ...

Hari Jum'at, tanggal 6 sore, mba Yaya yang mengantarkan kami satu keranjang besar jeruk dan jagung rebus. Ma shaa Allah tabaarakallaaah. Aku yang kebetulan lagi pengen jagung rebus, ternyata Allah berikan melalui mba Yaya. Ma shaa Allah tabaarakallaah. Jarak dari Batha ke Nahda sangat jauh untuk ukuran kami. Sekitar 23-25 km dan melewati jalur yang rawan macet juga. Pasti butuh effort untuk sampai ke rumah kami. Yaa Rabb... lagi-lagi terharu rasanya.
Trus hari Ahad, 9 Januari, mba Tyas nge-WA, nganterin makanan berupa Ikan Tilapia (ikan mujair kalau di kita) paket lengkap dan Jeruk digantung di depan pintu gerbang rumah kami, ma shaa Allah tabaarakallaah ...
Ma shaa Allah ikannya enaak banget, endeeuuss ma shaa Allah. Bahkan Aafiya suka banget sama ikan dan sambelnya. Kalo emaknya yang bikinin sering ga dihabisin. Huhuhu
Jeruknya juga fresh from the trees. Jadi jeruk yang dibawain mba Tyas adalah jeruk yang memang dipetik dari batangnya, dari Hariq (di 200 km selatan Riyadh), dekat Howtat Bani Tamim.
Mereka teman-temanku, orang-orang baik, dengan segenap kebaikan mereka. Allahu yubarik fii him. Tak ada yang dapat aku ucapkan melainkan do'a kebaikan untuk mereka semua, semoga Allah membalas segenap kebaikan-kebaikan mereka tersebut di dunia dan di yaumil akhir kelak. Semoga Allah balas kebaikan itu dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan kebaikan tersebut menjadi pemberat timbangan kebajikan di yaumil mizan. Aamiin yaa Rabb.

Note to my self: selalulah berbuat kebaikan. Sekecil apapun itu. Sebagaimana engkau senang diberikan kebaikan wahai diriku, maka lakukan hal yang sama pula untuk orang lain, sahabat, teman-teman dan tetanggamu. Sungguh, engkau tak pernah tau, kebaikan apa yang akan memberatkan timbangan amalmu yang sebelah kanan. Jadi, tetaplah berbuat kebaikan, meski hanya hal kecil sekalipun.

Note to my self: Jangan pula engkau anggap remeh keburukan yang engkau lakukan, pada sesama manusia, meskipun itu menurutmu hal yang sepele dan kecil. Maka, berpikir-pikirlah, sebelum engkau berkata atau melakukan tindakan apapun. Bisa jadi hal yang engkau anggap kecil dan sepele, ternyata itu telah melukai dan dzalim kepada orang lain. Berhati-hatilah. Karena kedzalimanmu, sekecil apapun itu akan ada timbangannya kelak di hari akhir, dan engkau akan memberikan hak orang yang engkau dzalimi di pengadilan-Nya.

Being Part of 1746 New Cases Statistic

Qadarallaaha ma shaa a fa'al.
Apa yang ditetapkan Allah, pasti terjadi.
Semoga ujian ini menjadikan kami pribadi yang bersabar dan mengharap pengguguran dosa atas sakit yang Allah anugrahkan.
Statistik Covid-19 tanggal 3 Januari 2022 menunjukkan angka 1746 new cases. Dan kami sekeluarga (aku, suami, dan anak pertama kami yang ikutan tes swab PCR) menjadi bagian dari statistik ini.

Dalam dua pekan terakhir, lonjakan kasus covid semakin tinggi. Bahkan statistik dunia menunjukkan bahwa angka kejadian covid dalam beberapa hari terakhir ini berkali lipat lebih besar dari pada di gelombang-gelombang sebelumnya. (Sumber dari worldometer)
Di Saudi sendiri, cases yang sudah pernah mencapai hanya 24 kasus baru perhari, dalam waktu beberapa hari merokeet tinggi. Subhanallaah. Naiknya enggak perlahan tapi langsung drastis. Dari 800-an, ke 1000, loncat ke 1700 an.

Sebenarnya kami sudah merasakan gejala semenjak safar kemarin. Tapi, ketika sudah sampai di Riyadh dan mulai booking untuk tes covid, kami tidak mendapatkan ada slot yang available. Karena masih menganggap ini batuk pilek biasa, kami memutuskan untuk tidak swab di rumah sakit. Nunggu slot yang dari pemerintah available aja.

Seminggu adalah "masa kritis" nya. Masa kritis di sini bukan berarti critical cases secara medis. Tapi maksud masa "berat" nya covid ini dirasakan. Yaitu demam tinggi, nyeri tenggorokan, sakit kepala dan juga batuk serta pilek. Berat karena kami mengalaminya bersamaan. Kami tidak mengalami anosmia (hilangnya sensitifitas indra penciuman). Paling cuma indra pengecap yang sedikit berkurang dan itu pun hanya berlangsung 1-2 hari. Itu yang membuat aku berpikir awalnya ini kayaknya bukan covid. Tapi di sisi yang lain, aku mencurigai ini covid adalah karena demam/batpil/sore throat yang kami rasakan itu beda dengan demam-demam sebelumnya.

Demamnya serentak sekeluarga (kecuali uni Aasiya yang alhamdulillaah, ma shaa Allah tabaarakallaah tidak merasakan gejala apapun). Ini terasa berat karena selain diri kami sendiri yang demam, kami juga harus menghadapi 2 anak yang demam juga. Plus kerjaan kantor suami yang ga bisa ditinggal juga. Jadi, ini fase yang berat buat kami. Selain itu, sore-throat nya terasa lebih nyeri dan agak lama. Kalau meriang dan demam karena common-cold biasa, nyeri tenggorokannya biasanya sebentar saja dan reda dengan lemonade alhamdulillaah biidznillah. Tapi ini berlangsung agak lama dan lebih nyeri. Kakak Aafiya sempat mengalami demam yang sangat tinggi di malam hari. Suara berubah serak biasanya berlangsung hanya 1-2 hari tapi sudah seminggu lebih suara masih aja serak. Kami menghabiskan hampir 3 box paracetamol isi 18-20. Dan anak-anak menghabiskan hampir 4 botol paracetamol syrup. Bolak-balik sampai 3x order paracetamol dan cooling pad buat demam anak-anak.

Karena aku agak curiga covid (yang awalnya aku anggap aku lagi overthinking aja), aku juga order multivitamin (vitamin C dan zinc). Vitamin D kebetulan memang sudah available di rumah. Selain itu, aku yang selama ini hampir tak pernah membeli obat batuk karena aku tau ini batuk mostly self limiting tapi kali ini aku order obat batuk juga. Selama ini aku tak pernah beli obat batuk anak. Benar-benar tidak pernah sama sekali kalau untuk anak. Setiap batuk biasanya kami menggunakan nebulizer dengan normal saline 0,9% saja untuk meringankan dan melegakan tenggorokan dan batuk anak-anak. Tapi kali ini selain nebulizer, aku juga memberikan obat batuk ke mereka (kecuali uni).

Ketika hari jum'at lalu (30 desember), aku cek di app sehhaty ternyata ada slot available untuk covid test. Akhirnya aku booking untuk aku, suami dan anak pertama. Anak kedua dan ketiga tidak tersedia karena tes hanya dilakukan untuk usia 7 tahun ke atas (kalau di rumah sakit tersedia untuk semua usia). Kami tidak melakukan tes di RS melainkan di covid test centre di dekat Airport (yang terdekat dari rumah kami).

Ketika tes, kondisi kami sebenarnya alhamdulillaah sudah lebih baik. Sudah memasuki masa pemulihan. Masa-masa demam juga sudah lewat. Kakak yang biasanya tiap malam terlihat drop, alhamdulillah sudah lebih segar dan bisa ikut sekolah full juga (secara online). Tapi kami tes ini untuk konfirmasi saja apakah benaran covid atau bukan sehingga kami bisa mengambil keputusan untuk booking vaksin booster nantinya.

Tidak seperti tes sebelumnya yang ga ngantri panjang, bahkan kami pernah test (syarat untuk tes CBT CPNS kekekek), kami satu-satunya yang swab di pagi itu saking ga ada orang yang tes swab, berbanding terbalik dengan tes yang kami jalani pagi di 2 janurai 2022. Antrian panjang mobil orang-orang yang mau test mengular mungkin sekitar 2-3 km. Kami menghabiskan lebih dari 1 jam untuk antri menunggu tes. Testnya drive-thru jadi kayak macet panjaaang kelihatannya. Kemacetan ini bahkan sampai 5 km sebelum centre covid test di jalan Thumamah yang kami lewati. Harusnya kami dapat paling belakang di jalur paling kanan (paling pinggir) untuk berbelok ke kanan. Tapi kami tetap melaju di jalur tengah. Kami pikir jalur kanan itu bukan antrian test covid. Tapiii ternyata itu antrian untuk test covid dan kami sudah melewatinya. Sulit untuk u-turn dan balik lagi ke belakang. Macet dan antrian pasti tambah panjang. Terlebih ini adalah jalur 1 arah. Harus mencari u-turn yang cukup jauh. Alhamdulillaaah, ada bapak baik hati yang mempersilakan kami maju di depannya (pindah dari jalur tengah ke jalur kanan) sehingga kami dapat masuk ke "barisan kemacetan" dan jejeran mobil menuju covid centre tersebut. Ma shaa Allah bapaknya sangat baik. Kami mendo'akan semoga bapak tersebut mendapatkan kemudahan dalam hidupnya, dapat mendahului kami ketika tes, dan hasilnya negatif dan do'a baik lainnya.
Salah satu kebiasaan yang kami coba ajarkan kepada anak-anak (bukan bermaksud untuk merasa diri kami baik, hanya berbagi dan berharap ini menginspirasi dan memberi manfaat bagi siapa yang membacanya) adalah mendo'akan orang lain, meskipun orang tersebut tidak kenal dengan kita. Apalagi orang tersebut mau berbaik hati kepada kita. Mendo'akan orang yang mengalami masalah di pinggir jalan misalnya ketika kami melewati orang yang bermasalah dengan kendaraannya tersebut agar dimudahkan urusannya. Mungkin kami tak bisa membantu secara langsung (sebagaimana orang-orang di sini ma shaa Allah sangat banyak yang baik hati dengan mudahnya membantu orang lain yang mengalami masalah dengan kendaraannya), tapi setidaknya mendo'akan. Semoga kebiasaan ini juga dilaksanakan oleh anak-anak kelak. Kami berusaha menanamkan mindset bahwasannya ketika kita mendo'akan orang lain sesuatu yang baik, maka do'a baik itu sejatinya akan kembali ke diri kita sendiri karena malaikat mendo'akan yang sama untuk kita (sumber Hadits Nabi).

Back to story, alhamdulillaah kami masuk ke area covid centre dan kami sempat melihat bapak yang baik hati tadi sudah mendahului kami melakukan tes. Kami senaaang ternyata bapak itu lebih dahulu dari kami. Tes berjalan lancar. Petugasnya sangat gercep dan ramah. Ma shaa Allah.

Biasanya, hasil test keluar sorenya di SMS, app sehhaty dan tawakkalna sekaligus. Tapi ditunggu sampai malam pun hasilnya belum keluar juga. Mungkin karena yang test kali ini berkali lipat lebih banyak. Pagi besoknya (3 januari 2022) sekitar jam 8 baru keluar hasil testnya yang menunjukkan bahwa kami positif covid. Alhamdulillaah 'ala kulli haal.
Mungkin ini pula hikmahnya test covid itu fully booked ketika puncak-puncak "masa kritis" kami sehingga kami tidak bisa ikut tes. Bahwasannya jika kami mengetahui positif covid ketika masa kritis itu, mungkin bisa jadi overthinking banget, bisa menurunkan imunitas juga kaan ketika khawatir berlebih. Berbeda ketika kami mengetahuinya setelah melewati masa kritis. Sudah masa pemulihan. Secara psikis, lebih siap. Mudah-mudahan Allah memberikan speedy recovery untuk kami sekeluarga.

Status di tawakkalna app kami sudah berubah dari hijau ke cokelat (dari imune ke infected). Artinya, selama status tawakkalna kami cokelat, kami tidak bisa ke mana-mana. Tidak bisa masuk fasilitas umum mana pun. Alhamdulillaah, sebelumnya kami sudah stok bahan makanan dengan berbelanja online. In shaa Allah cukup untuk 14 hari sampai tawakkalna nya hijau lagi. Alhamdulillaah binni'mah.
Pasti ada hikmah atas segala sesuatu. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang tetap memuji-Nya di segala keadaan. Kami juga berharap ini menjadi penggugur dosa-dosa kami. Aamiin yaa Rabb.