Yang Terekam dalam Jejak

Hari ke-11 Syawal. Apa kabar hati? Apa kabar semangat Ramadhan? Apakah masih menyala ataukah telah meredup?
Dan ingatlah, bahwa Allah yang engkau beribadah pada-Nya di Ramadhan juga adalah Rabb yang sama yang engkau beribadah pada-Nya di bulan syawal dan bulan-bulan lainnya (<-- Nasehat utk diri sendiri!!). Jadilah hamba Allah, bukan 'hamba Ramadhan' yang hanya beribadah ketika di Ramadhan saja (lagi-lagi nasihat untuk diri sendiri).
Hari ini, aku menginstall FB dan messenger lagi setelah sekiaaaan lamaa (entah berapa bulan yang lalu) tidak mengakses akun FB ku. Sebenarnya tidak ada terbersit niat sama sekali untuk install kembali FB karena memang sudah lama tidak keep in touch dengan sosmed satu ini. Apalagi messengernya! Tapi, ada kebutuhan untuk call dan silaturrahim karena di sini WA call di block oleh providernya. Jadi, mau ga mau akhirnya install juga.

Scrolling layar melihat teman-teman dan sahabat-sahabat yang muncul di timeline. Kebanyakan masih postingan terkait idul fitri 1444 H. Tetiba, ada keinginan untuk men-scrolling kembali messanger, melihat messages lama. Padahal tak ada kepikiran sebelumnya.

Setelah membaca beberapa pesan lawas, rasanya hati ini menjadi tertunduk malu. Gemes dengan tingkah sendiri dulunya. Betapa alay nya. Subhanallaah. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan kebodohan-kebodohan, di masa lampau tersebut. Masa masih jahil (sekarang pun masih sering mendzolimi diri sendiri dengan banyaknya dosa. Astaghfirullah), masa alay, masa yang jika boleh diulang, aku ingin perbaiki kembali. Sayangnya masa tak dapat diulang. Yang bisa dilakukan adalah MEMPERBAIKI YANG TERSISA dengan MEMOHON PERTOLONGAN ALLAH. Oleh sebab, tanpa pertolongan-Nya, sungguh kita takkan dapat melakukan kebaikan meskipun hanyalah setitik atom.

Ya Rabb ...
Membaca messej2 lama, ke-alay-an dan kebodohan di masa itu, rasanya sangat malu dan ingin menutup segera jendela browsing. Lalu, bagaimana ketika membaca catatan amal di akhirat kelak? Di mana segalanya tercatat tanpa membedakan perkara besar ataupun perkara kecil. Segalanya tercatat dengan sangat detil. Betapa malunya, ketika catatan itu dibuka tapi ternyata kejahilanlah yang muncul--nas alullahul 'aafiyah.

Wahai diriku. 
Mumpung masih ada kesempatan.
Mumpung masih berada di 'ruang ujian' bernama Ad Dunya, engkau masih ada kesempatab untuk meng-koreksi 'lembaran ujianmu' tersebut. Kelak, ketika waktu ujian habis, kertas jawaban diserahkan, tak ada lagi kesempatan! Dan engkau hanya bisa menyesalinya. Mumpung masih di atas tanah. Sebelum engkau dimasukkan ke bawah tanah.