Kesuksesan yang Sesungguhnya

Hari ini, tidak sengaja melihat salah satu postingan dari sesama alumni kampus yang sekarang sudah menjadi dosen. salah satu bidang yang aku pernah beririsan di sana (terlibat lebih dalam especially dalam TA dulunya). Tidak sengaja aja sebenarnya sih. Tapi, aku berhenti cukup lama di sana. Dan tiba-tiba saja terlintas "waah, aku ke mana aja selama ini? hampir-hampir segala yang sempat dipelajari dulunya 'menguap' semua semua. I have been there but not right now. apa ini? koq makin ga apdet dengan perkembangan terbaru di bidang ini?" Trus teringat juga tentang teman angkatan yang sekarang sudah meraih gelar professornya, ma shaa Allah. Honestly, segala jenis profesi (terutama di bidang kefarmasian--bidang yang aku pelajari di waktu kuliah) tidak ada yang begitu 'menarik' untuk aku perhatikan lebih dalam kecuali bidang "pendidikannya". Kata lainnya, aku mungkin tidak begitu melirik bidang farmasi rumah sakit, industri, apotek tapi yang menjadi perhatianku justru tentang dosen farmasinya hehe. Karena dulu pernah bercita-cita di bidang ini. Jadi, teman-teman yang berada di bidang ini cukup membuatku memperhatikannya dengan lebih di banding teman-teman yang bekerja di bidang yang lainnya. Tapi enggak stalking juga sih karena aku juga ga begitu aktif di sosmed. Ini yang sliweran aja yang ga sengaja "ketemu" di timeline. hehe.

Tapi.... satu hal. Bahwasannya, setiap jalan yang telah digariskan-Nya untuk seseorang, akan selalu memiliki "kabad" atau rintangannya masing-masing. Akan ada ujiannya masing-masing. Dan kemenangan yang sesungguhnya, bukanlah ketika meraih apa yang di cita-citakan untuk perkara dunia melainkan bagaimana nasib di akhirat kelak. Kemenangan yang sesungguhnya adalah apakah berhasil melewati sirath dengan selamat dan berujung pada surga. Itulah kemenangan yang sesungguhnya. Sedangkan apa yang ditempuh di dunia, bagaimana pun jalannya, hanyalah wasilah saja. Ya, hanyalah wasilah saja.

Seseorang, mungkin begitu gemilang di suatu bidang. Katakanlah seseorang bisa meraih gelar professor di usia yang relatif muda. Tapi, dia juga memiliki "kabad" nya. Sama seperti seseorang yang memilih untuk menghabiskan waktunya "hanya" di rumah saja, juga memiliki "kabad"nya. PR nya hanyalah, bagaimana ia mengisi hari-hari yang akan tercatat dalam record nya malaikat raqib dan atid, untuk kemudian berdiri di hadapan-Nya mempertanggungjawabkan segala yang ia lakukan semasa di dunia.

Jadi, kembali kepada "tujuan" kita berada di dunia ini buat apa. Percayalah, apa-apa yang tampak indah di dunia ini, hanyalah bagian dari gemerlap dan perhiasan dunia saja. Dan memang begitulah tabi'atnya dunia. Gemerlap, hijau dan menyilaukan. Bertabur wewangi dan warna-warni. Tapi fana. Pasti akan lenyap. Maka, hidayah dan pertolongan-Nya lah yang terpenting. Agar kita tidak tersesat. Agar kita tidak melenceng dari track yang seharusnya.

Banyak yang mengatakan "berada di rumah" saja itu adalah comfort zone. Dan aku juga merasa demikian. Comfort zone banget, alhamdulillaaah. Tapi, justru "comfort" ini adalah ujian tersendiri. Tentang bagaimana waktu-waktu yang telah diamanahkan-Nya apakah termanfaatkan dengan baik ataukah banyak terbuang sia-sia dengan kelalaian (apalagi dengan smart phone yang sangat mendistraksi)? Astaghfirullah... Ini adalah warning untuk diri sendiri sebenarnya.
Semoga Allah berikan aku, kamu dan kita semua hidayah untuk mempersiapkan diri dan perbekalan dan semoga kita memperoleh kemenangan yang sesungguhnya tersebut. Dan tiadalah keberhasilan yang sesungguhnya selain ketika kita telah menyebrangi sirath dan memasuki gerbang yang bernama Jannah.