Masa lalu menyeretku pada pusaran gelombang kehidupan yang kadang tak berkesudahan. Meski telah beranjak dari masa lalu, namun, serasa jiwa ini masih tertinggal di sana.
Sungguh, sangat ingin jiwa ini melenyapkannya. Setiap remah-remah yang tersisa. Membiarkannya tetap menjadi milik masa lalu, tanpa terusik.
Entah mengapa, aku lelah dengan semua ini. Jika boleh, sungguh aku ingin berlepas diri. Menutup pintunya, menyimpannya pada folder paling jauh yang takkan kulengok dengan sesering mungkin. Membiarkannya ter-hidden barangkali.
Baiklah,
Insya Allah dunia belum kiamat.
Masih panjang kerja yang harus kulakukan. Inilah saatnya berlalu dari masa lalu. Menyimpan rapat-rapat kenangan itu dan berharap semoga waktu akan mengikisnya. Luruh. Biarlah.
Aku memang benar-benar ingin menutup semua kisah itu. Biarkan ia menjadi gigir sunyi pada masa yang tak berkesudahan. Aku tak ingin mengingatinya, walau hanya sepenggal masa. Aku ingin pergi dari masa itu, meninggalkan semua yang sempat mengisi folder di hatiku. Meninggalkan semuanya!!
Masih ada fajar esok menyingsing insyaallah. Masih ada sinar mentari, kicauan burung dan desir dedaunan, insya Allah. Lalu, kenapa harus terpaku di sini? Pada potret buram. Pada maya. Pada penumbra. Bukankah akan lebih baik jika aku berlalu? Menatap jalan panjang…
Sebab, jika tidak ada granddesign bagi ujung perpisahan dengan kefanaan ini, maka semua akan menjadi sia-sia. Akan seperti apa gerbongku berhenti nantinya? Di stasiun yang tepat dengan selamat, ataukah di bibir jurang menganga? Sebab, merencanakan design itu jauh lebih utama dari pada terpaku pada masa lalu.
Keep hamasah!!!!
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked