Warisan yang Terpenggal

Ini soal nostalgia, teman.
Sungguh bagaimanapun, manusia takkan mungkin kembali terlempar ke pada masa lalu. Adalah sesuatu yang absurb untuk menjemput jejak. Namun, ada segenap memori yang masih lekang dalam bingkai kenangan. Sejenak kembali ke sana. Bukan! Bukan untuk melemahkan, melainkan menguatkan, insya Allah.

Maka, akupun ingin kembali mengurai kenangan itu untuk dipintal menjadi sebongkah semangat. Dahulu, dulu sekali, ketika pertama kali memasuki komunitas bernama wisma, ada banyak hal luar biasa yang telah diperbuat oleh sosok-sosok yang menurutku (dan menurut kami) juga luar biasa.

Dahulu, kebersamaan itu begitu manis. Sungguh sangat manis. Semua orang menamainya ukhuwwah yang memesona. Masih lekang diingatanku, kakak-kakak yang begitu loyal terhadap kami. Kakak-kakak yang begitu perhatian. Ukhuwah yang bukan main! Yang sampai mencucikan baju saudarinya. Padahal, yang kami tahu, kakak-kakak itu tak lebih longgar waktunya dari kami. Bahkan mereka jauh lebih sibuk. Itupun bukan seember, sampai dua-sampai tiga ember.

Setiap malam, ada saja yang inspeksi ke masing-masing kamar apakah ada yang tertidur begitu saja tanpa selimut. Jika ada, maka mereka menyelamatkan buku-buku yang berantakkan lalu membentangkan selimut untuk kami. Subhanallah…

Sering kali jua, ada saudari-saudari yang membantu menjemurkan pakaian, dan kemudian mengangkat kembali jemuran itu ketika sudah sore. Bahkan, malamnya, kain itu telah terlipat dengan rapi! Atau, kain-kain yang mau disetrika, ternyata sudah terstrika dengan rapi jika ketiduran di jadwal nyetrika. Hal-hal “kecil” lainnya adalah memasakkan nasi bagi yang piket. Membuatkan segelas susu untuk saudarinya. Aahhh…Subhanallah…

Juga, kakak-kakak yang diberikan kelebihan harta yg loyal, rela “nombokin” berbagai kekurangan logistic tanpa hitung-hitung. Sampai membantu & diam-diam membayarkan uang kuliah & uang wisma untuk saudarinya. Subhanallah…Masya Allah…

Dahulu, juga ada kakak-kakak yang menepuk pipi kami ketika mencuri-curi untuk tidur setelah subuh, membangun kami tengah malam. Memberikan perhatian yang lebih ketika salah satu di antara kami sakit. Atau sebuah senyuman, ketika masakan yang kami masak kurang gimanaaa..gituu (kalau tidak tega menyebutnya “TIDAK ENAK”).

Pada hari libur, jika tidak ada aktivitas di kampus, masanya untuk berkumpul, sama-sama membuat kolak, bubur kacang padi, nutrijel, ataupun susu kedelai lalu dinikmati bersama-sama. Jika saatnya puasa, yang piket masak membuatkan menu pabukoan juga. Sederhana saja, meski hanya the manis. Tapi, sungguh sangat manis.

Ahhh..sungguh, semua itu masa-masa yang manis. Masa-masa yang sbagian kami masih sempat merasakannya. Subhanallah…, manis.

Sekarang, perlahan semuanya mengalami distorsi. Meski sisa-sisa “warisan” kebaikan itu masih ada sebagian namun…ada hal yang kini berbeda. Pokoknya berbeda saja. Lalu, di mana do’a Rabithah yang kita lantunkan selalu? Apakah hanya sekedar rutinitas belaka?

Siapa yang salah sebenarnya? Yang salah adalah para pemenggal warisan itu. Yah…warisan kebiasaan baik, warisan kebaikan yang telah diturunkan oleh para pendahulul! Sekalilagi, warisan yang terpenggal. Siapa pelakunya? Kami! Kami yang tidak mewariskannya kepada adik-adik. Kami yang pernah merasakan bagaimana manisnya masa-masa itu yang tidak memberikan contoh yang baik. Bahkan diri kami lebih jauh lebih buruk.

Ah, saudara-saudariku…
Mari kita kembalikan warisan yang terpenggal itu. Insya Allah masih ada waktu untuk menjadikan wisma kita (wisma kami, wisma kamu semua, dan wisma kita semua)menjadi wisma yang ideal. Wisma yang berfungsi sebagai mesjid, sebagai madrasah, sebagai rumah sakit, sebagai bataliyon, dan sebagai benteng .

Kelak, insya Allah, akan kita dapati wisma kita adalah wisma yang sepertiga malamnya dipenuhi dengan jiwa-jiwa yang menangis yang melantunkan ayat-ayat-Nya. Lalu, siangnya yang penuh dengankebersamaan yang indah. Saling ta’awun, itsar dengan saudara-saudarinya. Masing-masing kita adalah solusi, sehingga tak ada lagi yang menjadi masalah. Jika hari ini kita miskin teladan, maka tekadkanlah masing-masing kita yang akan menjadi khudwah (ngutip isi penyampaian materi Da Hasdi dengan redaksi yang berbeda). Mari kita kembalikan kejayaan yang dahulu pernah ada.
Sepakat???



Syakuro, Home Sweet, Jumadil AKhir 1430 H
Ba’da Dauroh Wisma, sebuah acara yang benar2 menginspirasi dan mencetuskan semangat baru.


PS : Sekalian promosi sebenarnya untuk adik2 yg di asrama ataupun yg lagi siap2 mau SNMPTN dan menempatkan pilihannya di Unand limau manih tacinto. Yuuuu…k, rame2 masuk wisma. Syaratnya dua saja : pertama Islam, kedua : bersedia ikut semua ketentuan2 & peraturan yang ditetapkan oleh BPW (badan pengelola wisma). Peraturan yang insya Allah akan menjerumuskan kita ke jalan yang benar. Hi..hi…

Mau???

Yuk, masuk wisma!!!!

Innalillah…Kejadian itu di depan mataku!

Sepulang dari lab-ku, aku bersama teman-teman berjalan menelusuri fak. Pertanian dan di persimpangan dekat halte pertanian, salah satu angkot lewat. Kami menyetop angkot itu (berhubung sudah jam 6, bus kampus juga sudah langka). Baru satu menit duduk di atas angkot, tiba-tiba angkot bebelok patah. (aku ga’ tw istilahnya apa, yg jelas angkotnya belok tiba-tiba.

Dan seketika,

“Brak!”dari arah kanan, sepeda motor menabrak persis “pinggang” angkot. Kepala kedua orang pengendara motor langsung memecahkan kaca mikrolet itu. Bayangkan, kepala yg memecahkan kaca. Wuihh…

Innalillah…
Masih sempat terlihat, ada rambut yang tertinggal di pecahan kaca itu. Huff…, kami yg berada di angkot itu shock berat. Kebetulan tidak ada yg duduk persis didepan kaca mobil ketabrak, jadi yg berada di angkot Alhamdulillah selamat. Aku melihat dengan dengan jelas, bagaimana hamburan kaca itu. Satu kata : mengerikan! Dan peristiwa ini terjadi masih di tempat yang tak jauh berbeda dari kejadian-kejadian sebelumnya.

Dan yang lebih mengerikan lagi, pengendara motor itu adalah siswi kelas dua SMP dan satu anak kecil umuran 3-4 tahun. Huff…

Alhamdulillah, keduanya masih bisa diselamatkan dan dilarikan ke M. Djamil.

Aku jadi tercenung, ketika menyaksikan kejadian ini. Sungguh.
Sering kali, kita lupa, akan kematian yang datang begitu tiba-tiba. Hari ini masih bisa tertawa lepas, tenyata besok, telah berada di alam yang berbeda. Kehidupan dunia sering kali membuat kita lena. Sering kali, dalam rentetan agenda hidup, dalam sebuah master plan, kita merencanakan lima atau sepuluh tahun lagi akan menjadi apa. Pengusaha sukses, keluarga bahagia, kehidupan yang mapan, dan lain sebagainya, tapi lupa ‘merencanakan’ akan seperti apa ending kehidupan ini. Apakah sad ending atau happy ending. Apakah husnul khotimah atau suul khotimah. Memang, tiadalah salah membuat perencanaan-perencanaan strategis kehidupan ini, tapi,’ merencanakan’ ending kehidupan ini juga adalah sesuatu yang mesti. Dan, sesuatu itu adalah lebih PASTI dengan waktu yang takkan pernah dapat diprediksi.

Ending yang baik barangkali takkan bisa diraih begitu saja dengan sekejap mata. Perlu suatu habbit yang baik juga.

Semoga, kejadian demi kejadian ini, kembali mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini hanyalah sejenak saja. Sejenak, namun menentukan, akan seperti apa kehidupan abadi kita nantinya. Semoga Allah senantiasa tunjuki jalan kita.


Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Orang yang cerdas yaitu orang yang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal nanti sesudah mati. Dan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya menuruti hawa nafsunya tetapi ia mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.” (HR. At Turmudzy)

Dari Abu Hurairah ra., bahwasannya Rasulullah saw., bersabda : “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal ; apakah kamu menantikan kecuali kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia sejelek-jeleknya yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat itu adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat menakutkan.” (HR. At Tarmudzy)



Syakuro HOME SWEET, Jumadil akhir, 1430 H

AS SIDQU

(Pembahasan Tatsqif Jum'at di Mesjid Nurul Ilmi ba'da asyar, bersama ust Irsyad Syafar, LC)


Firman Allah dalam Qs. At- Taubah ayat 119 :
“Wahai orang-orang yg beriman! Bertaqwalah kepada Allah, dan bersamalah dnegan orang2 yg benar.”

Dalam Hadits shahih dikatakan :
dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya benar/ jujur itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surge; seseorang itu akan selalu bertindak benar / jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yg benar/jujur. Dan sungguh, dusta itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka; seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta. “ (HR. Bukhari & Muslim)

Assidqu artinya benar/jujur. Lawan dari As-Sidqu adalah Al Kadzib.
Hanya saja, pengertian As-Sidqu tidakcukup hanya dengan jujur seperti yg kita fahami selama ini. Missal salah satu universitas di Australia yg mahasiswanya selalu jujur dalam ujian. As-Sidqu melebihi dari hal ini saja (insya Allah aka nada penjelasannya nanti).

As-Sidqu adalah akhlaq yg mulia di sisi Allah, sehingga Allah menyuruh hamba-hamba-Nya yg beriman untuk memiliki sifat ini. Suruhan tersebut diawali dengan ketaqwaan (seperti pada Qs At-Taubah:119) di atas, yang menandakan kedudukan As-Sidqu ini sangat mulia & tinggi.

As-Sidqu ini adalah salah satu sifat Nabi mUhammad. Dengan kejujuran dan kebenaran nabi Muhammad, Beliau amat dipercaya. Seperti : Nabi Muhammad dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan pemuka Quraisy pada saat pengembalian hajar Aswad, lalu, Nabi Muhmmad juga dipercaya untuk menitipkan barang2 orang Quraisy, walaupun mereka tidak mengakui kenabian dan Kerasulan Nabi Muhammad. Sifat As-Sidqu ini juga pada saat Rasul mengumumkan da’wah secara terang2an . ketika beliau mengumpulkan semua penduduk Mekkah di sebuah bukit dan beliau menyatakan, “Bagaimana jika kuberi tahu bahwa di belakang bukit ini ada pasukan yang akan menyerang Mekkah,…dst…, (semua juga sudah pada tau dan pada Siroh bab ini kaaaan??)

Oleh karena itu, seorang aktivis da’wah harus memiliki sifat ini, dan menjadi salah satu poin penting dalam keberhasilan da’wah.

Kedudukan As-Sidqu ini sangat tinggi, sehingga disejajarkan dengan orang-orang yg Allah beri ni’mat , pada QS. An-Nisaa’ : 69. Yaitu :

“Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, maka ia akan bersama2 dgn orang2 yg ALLAH BERI NI’MAT ATAS MEREKA, yaitu , para nabi, PARA PENCINTA KEBENARAN, orang2 yg mati Syahid, dan orang2 yg shaleh. Mereka itu adalah sebaik-baik teman.”
Keempat golonga ini memiliki kedudukan yang sama di surga. Dan, As-Sidqu ini tidak terwakilkan hanya dengan jujur saja.

As-sidqu memiliki beberapa level :
1. As-sidqu ma’allah. Yaitu jujur kepada Allah. Sifat ini tidak dimiliki oleh orang kafir. Pada sebuah kisah telah diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang masuk Islam pada masa peruode Makkah. Dia juga ikut hijrah dan ikut berperang. Setelah berperang, ia mendapatkan ghanimah. Salah seorang sahabat mengantarkan ghanimah itu kepadanya. Ia berkata, “APa ini?” dijawa oleh utusan RAsul, “ini adalah ghanimah.” Ia mengambil ghnimah itu lalu pergi menghadap Rasul.
“Ya Rasulullah, apa ini?”
“Ini Ghanimah bagianmu yang saya bagikan untukmu.”
“Ya Rasul bukan untuk ini saya ikut berperang.”
“Lalu untuk apa?”
“Saya ikut engkau untuk mati syahid dengan panah menembus leher dan masuk surga.”
Pada peperangan berikutnya, ia memang Syahid dengan cara yg ia inginkan. Kata Rasulullah, “Orang ini telah membuktikan bahwa ia jujur kepada Allah sehingga Allah pun jujur kepadanya.”
Jadi As Sidqu ma’allah ini adalah melakukan ibadah hanya kepada Allah, jujur kepada Allah…

Keduduka As-Sidqu ma’allah dengan ikhlas :
Ikhlas itu , amalannya sama qualitas dan quantitasnya baik dihadapa orang ramai maupun sedang sendirian.

As-Sidqu ma’allah itu, amalannya ketika tidak dihadapan orang ramai, jauuuuuuuuh lebih baik ketimbang di hadapan orang ramai.

Derjat As-Sidqu tidak bisa diraih kcuali kalau seserang itu telah mencapai derjat ikhlas.

2. As-Sidqu ma’annafs:
Yaitu jujur pada diri sendiri. Orang-orang kafir juga tdk memiliki sifat ini. Bahkan orang Islam pun bayak juga yg ga’ punya sifat ini. Contoh, sudah tahu mengenai hokum halal atau harom, tetap saja dilanggar dan dilibas.

3. As-Sidqu ma’annaas.
Inilah yg dikatakan jujur dalam pengertian qta sehari-hari. Jujur sesame manusia. Orang-orang kafir pun sudah terbentuk habit, kebiasaan untuk jujur. Missal pas wakru ujian, tidak mencontek. Atau berkata benar kepada manusia lainnya.

Berubahnya qualitas & quantitas ibadah karena Alasan dunia, berarti tidak jujur kepada Allah. Makanya para salafushalih itu punya amalan shaleh rahasia yang akan jadi “dekingan” dihadapan Allah jika kita mengadapi posisi sulit. Ketika posisi sulit itu kita sebutkan kepada Allah amalan rahasia qta. Ingat kisah tiga orang yang terkurung dalam goa kan yah?? Kisah ini terdapat dalam hadits shahih dengan sanad Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab, ra., riawayat Bukhari dan Muslim.


SESI TANYA JAWAB :
1. Kalo’ qualitas shalat beda waktu di tempat kerja yg cendrung heterogen, dibanding shalat pada malam hari, apakah termasuk As-Sidqu ma’allah?
>> (‘afwan, diriku ketinggalan mendengarnya pas jwbn pertanyaan ini. Yg tertangkap itu justru bagian terakhir yg ustadz katakan yaitu sebaiknya memilih tempat kerja yg memungkinkan qta untuk leluasa beribadah.

2. Apakah film/acting termasuk bohong?
>> film ini masih khilafiyah dan polemic di kalangan ulama. Ada ulama yg keras melarang ada juga yang membolehkan asalkan memenuhi syarat, syarat yg cukup ketat, dan tidak melewati batas-batas syar’i.
Sebaiknya, kita ambil sikap yg hati-hati saja.
Akan tetapi, jika seseorang telah lembut htainya dengan Islam, maka, tidak diperlukan lagi film2 yg menggugah hati, karena ia sendiri sudah mengakar di hatinya.

3. Bagaimana sikap qta kalo’ berma;siat kepada Allah?
>> segera bertaubat! Lisan mengucapkan istighfar. Hati menyesali, dan secara fisik, menjauhi & meninggalkan maksiat tsb. Perbanyak melakukan kebaikan karena perbuatan jahat akan dihapuskan dengan perbuatan baik.

4. Apakah bohong untuk mengelabui musuh itu dibolehkan?
>> dibolehkan, bahkan dianjurkan. Kata Rasulullah, perang itu adalah siasah/startegi. Contohnya, ketika fathul makkah, rasul seolah2 menyuruh pasukan bergerak ke Utara, padahal letak kota Makkah di selatan,sehingga semua penduduk Makkah dalam keaadaaan terlena dan tidak menyadari.
Bohong dibolehkan untuk : pertama, mendamaikan 2 orang yg bersengketa. Kedua, bohong suami pada istri untuk membahagiakannya. Ketiga bohong untuk menyembunyikan orang yg sedang dizhilomi dan akan dibunuh.

5. Tauriyah/ambigu, bolehkah?
Tauriyah adalah bohong tapi jujur. Maksudnya di sini, lain makna yg disampaikan si penyamai dengan yg diterima pendengar. Contihnya, waktu Rasulullah bersama Abu Bakar dikejar kafir Quraisy dan hendak dibunuh, oarng2 yg kenal dgn Abu Bakar bertanya, “Siapa ini wahai Abu Bakar?” mereka menunjuk Nabi Muhammad. Ab Bakar menjawab, “ini penunjuk jalanku.” (orang2 Arab, ketika bepergian jauh, biasa memiliki penunjuk jalan). Maksud yg dipahami oleh yang bertanya, penunjuk jalan dip dg pasir. Maksud abu bakar, penunjuk jala ke surga. Tauriyah dibolehkan asalkan digunakan untuk kondisi ttntu. Karena sgt tipis bedanya dengan bohong.

6. Sikap qta terhadap orang yg menyampaikan kebenaran, tapi, menyakitkan. Bagaimana cara mengingatkannya? Kalau kita jujur kepadanya, maka itu akan menyakitinya.
>> sampaikan dengan cara baik-baik dan dengan nadyg tidak menggurui. Dengan nuansa bertanya, bykan menghakimi.

7. Pada saat ruku’, Rasulullah yang panjaaaaang sekali, apa yg dibaca?
>> Rasulullah bertasbih
8. Indicator amalan ikhlas itu apa?
>> amalan tersebut tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan orang lain.
Tafsiran Fudhail bin Iyad terhadap Qs. Mulk yang menyatakan “Ahsanul ‘amala” itu adalah amalan yg paling baik dan paling benar. Maksudnya di sini, adalah ikhlas dan caranya benar, sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Jika seseorang MENGERJAKAN amalan kerena orang lain, ini termasuk syirik. Jika ia MENINGGALKAN suatu amalan karena orang lain, ini termasuk riya.

9. Ketika kita memberikan sesuatu , lalu ditanya, “Ikhlas ga’ nih?”, sikap qta bagaimana?
>>ikhlas adalah urusan hati yang kadarnya tidak bisa kita tentukan.
10. Jika kita berada pada lingkungan yg heterogen, sehingga perlu “strategi” ttntu utk melakukan sesuatu, bagaimana?
>> kebohongan dalam keadaan darurat, dan kemashalatan ummat dibolehkan. Utamakan yg menyelamatkan mudaharat utk ummat dulu, ketimbang manfaat.
Jika utk kemshlatan pribadi saja, tetap saja jujur. Ini akan menjadi indicator keimanan seseorang.

11. Bagaimana jika bohong telah menjadi kebiasaan?
>>Kita harus berinteraksi secara ‘ilmu dulu (plaajari bagaimana mudahartnya bohong). Bohong ini “penyakit menular”, jadi hindari bergaul dengan orang2 yg suka bohong. Kebohongan pertama akan meminta kebohongan kedua untuk menutupi kebohongan pertama, dan seterusnya..seterusnya…, hingga, kadang2 si pembohong lupa, ketika ia menutupi kebohongan kesembilan dengan kebhongan kesepuluh, ter nyata membongkar kebohongan pertama.

12. Jika pad masa lalu kita pernah bohing pada seseorang, bagaimana sikap qta?
>> bohong adalah salah satu maksiat yang perlakuannnya sama terhadap maksiat lain, yaitu segera bertaubat dan kalau masih ada kontak denga orang g dibohongi, hendaklah minta maaf.

13. Kalau kita menyebut amalan rahasia kepada Allah ketika kesulitan, apakah tidak mengurangi balasannya di akhirat?
>> Allah maha Kaya dan maha penyayang. Hitung2an pahala bukan hitung2an logika matematis yang diberi lantas berkurang. Dia Maha Kaya. Yg terpenting adalah berhusnudzan pada Allah dikondisi apapun.

14. Kalau kita bilang “tidak tahu” kepada orang yang bertanya kepada kita padahal kita tahu jawabannya, akan tetapi kita khawatir jawaban itu akan menyakitkan, bagaimana?
>> ini juga salah satu indicator keimanan, apapun resikonya, kita insya Allah harus siap berkata jujur.

15. Dalam sebuah hadits dikatakan, jika bohong, akan dijauhkan dari Allah. Bagaimana dgn bohong utk alasan syar’i?
>> bohong yg alasannya syar’I, insya Allah tidak akan menjauhkan dari Allah

16. Beramal untuk hizb/kelompok apakah termasuk ikhlas atw As-sidqu?
>> tergantung kelompoknya dulu. Kalau hizb/partai/kelompoknya benar2 ingin menegakkan kebenaran, bisa saja mjd as-sidqu.

17. Tidak menyebutkan aib orang lain ketika kita menceritakan semua hal tentang seseorang, termasuk bohongkah?
>> menutup aib orang lain adalah sesuatu yang disyari’atkan.

18. Mengerjakan sesuatu amalan di depan orang agar orang ikut kepada amalan itu, bolehkan?
>> boleh. Karena ikhlas adalah amalan hati, tak peduli ada banyak orang maupun sendirian. Memang sudah saatnya amalan sholeh itu “diiklankan” sehingga menjadi opini public. Sekarang ini iklan jusrtu kebanyakan isinya adalah ma’siat. Yang mengajak orang ke neraka. Maka, iklan2 maksiat semestinya kita imbangi dengan iklan amalan sholeh. Tapi, kendati demikian, kita mesti tetap punya amalan rahasia juga.

19. Bohong ntuk bergurau, bolehkah?
>> dalam berguaru tetap tidak boleh bohong. Celakalah orang-orang yang dengan kebohongannya, membuat orang tertawa.
Contoh gurauan yang tidak bohong adalah ketika seorang nenek yg bertanya bisakah ia masuk surga dan kisah onta gemuk yang Rasul bilang anak onta.

20. Waktu ujian, ada yg bertanya jawaban soal, kita menjawab tidak tahu,(agar tidak curang dan bohong) padahal kita tahu, bagaimana?
>> kalau kita member tahu jawaban waktu ujian, berarti kita jujur kepada manusia tetapi bohong kepada Allah.
Hati-hati dengan “mencontek” dan bertanya waktu ujian. Ini adalah HARAM!!!!!!!!!!
Karena itu adalah sebuah KESAKSIAN PALSU.
Karena kita ujian, lalu mendapat nilai yg kemudian tertulis di ijazah. Ijazah adalah KESAKSIAN TERTULIS. Dan jika ijazah ini digunakan untuk melamar pekerjaan, dan kita diterima karena nilai2 hasil contekan itu, maka, ini akan menjadi darah daging, hingga seterusnya.

21. Bagaimana jika kita beramal mengharapkan surga, atau meninggalkan maksiat karena takut neraka???
Hal ini benar. Adalah pendapat yang SALAH ketika ada yg mengatakan “tidak boleh beramal karena mngeharapkan surge atau takut neraka. Kita beramal hanya karena Allah.” Sebab, merindukan surge dan ancaman neraka adalah sesuatu yang Allah dan rasul-Nya anjurkan, dan termaktub adalam Al Qur’an dan Sunnah

Untuk pembahasan ini, cukup sampai di sini. Semoga Allah menuntun kita semua menuju jalan-Nya yg lurus. Semoga bermanfaat.

Ah iya, sedikit berbagi, pembahasan tatsqif 3 minggu lalu mengenai music yg sempat kupertanyakan kepada banyak orang sebelumnya. ini di kajian fiqh. Masih khilafiyah dan pendapatnya sama-sama kuat. Ada yg membolehkan dan ada yg melarang. Dikembalikan kepada mudharat dan manfaatnya. Jika ada dua pendapat yg berbeda, maka cari yang paling kuat dalilnya. Jika sama-sama kuat, maka ambillah yg lebih ringan. Islam itu tidak pernah memberatkan.

Jika ada yg salah, semoga ada yg mengingatkan. Jazakumullahu khair. Wassalamu’alaykum warahmatullah.


Syakuro, home Sweet, Jumadil Akhir 1430 H