Ada kisah menarik ketika aku menemani si Kakak dan Si Dedek menjelang mereka tidur. Ini kali pertamanya aku begitu sulit untuk menjawab pertanyaan anak umur 7 dan 8 tahun itu. Ya, pertanyaan anak-anak...
"Tek Pi, kenapa kita tak bisa melihat Allah?"
"Di mana Allah itu berada, Tek Pi?"
"Allah itu kata Tek Pi tadi Maha Kuasa, bagaimana Maha kuasanya?"
dst...
Sejujurnya, menjawab pertanyaan ini bagiku cukup sulit. Sulit sekali memilih bahasa yang pas, agar mereka dapat memahaminya, dengan tepat dan benar. Bukan hanya sebuah jawaban asal-asal saja, agar mereka tak lagi bertanya balik...
Dahulu, aku tak begitu memperhatikan hal ini. Tapi belakangan, ini cukup menarik perhatianku. Tentang kepolosan dan keluguan anak-anak. Mereka tak mengenali apa itu rahasia, apakah itu adalah layak disampaikan ataukah belum...
Anak-anak akan menceritakan sejujur-jujurnya segala informasi yang mereka terima. Ini menyoal apa yang mereka serap nih yah, bukan penyikapan mereka atas sesuatu. Jika dalam hal penyikapan mereka yang misalnya mencoba membela diri untuk suatu kesalahan, maka kebohongan mereka akan nyata terlihat dari mata mereka. Kali ini, fokusnya adalah tentang informasi yang diserap, bukan feedback. Kita batasi di sini yah? ^_^
Yak, anak akan bercerita segala apa yang mereka serap, kepada siapa saja. Aku pernah mengalaminya. Suatu ketika, seorang anak mendapatkan informasi bahwa keluarga mereka akan membeli mobil, padahal rencana itu masih sangat jauh, dan orang tua mereka merahasiakannya pada orang lain. Tapi, kemudian dengan innocentnya sang anak bercerita, "Kak, ayah ibuku mau beli mobil lho. Tapi, tidak boleh dikasi tau dulu." Nah loh?! Bukankah si anak sedang mengasi tau sesuatu yang tidak boleh dikasi tau itu kepadaku? Iya kan yah? Iya. Mereka menceritakannya begitu saja. Ini bukan yang pertama. Pernah di lain waktu, aku mengajak seorang anak membeli makanan tanpa sepengatahuan ibunya. Maksudnya, kami minta ijin sama ibunya untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat, tapi bukan untuk membeli makanan sebagai tujuan utamanya. Di perjalanan kami singgah di sebuah minimarket. Lalu aku bilang sama dia, "Dek, jangan kasih tau bunda yak, kalo kita beli ini." (hihi, jangan ditiru yak!heuu...). Sesampainya di rumah, si bunda bertanya, "Nak, itu jajanan beli di mana? Pake duit siapa?" Si anak kontan menjawab, "Di belikan kakak itu bunda, tapi ndak boleh dikasi tau." Gubrak!!
Yah, begitulah polosnya anak-anak. Peristiwa ini memberikan pelajaran bagiku (semoga juga untukmu) bahwa kita HARUS BERHATI-HATI sekali dalam MEMBERIKAN SESUATU INFORMASI PADA ANAK. Jika informasinya baik, itu bukanlah masalah. Bagaimana jika itu adalah informasi yang tidak baik?
Hal ini juga terjadi pada case "menjawab pertanyaan anak"....
Jangan sampai jawaban pertanyaan itu adalah jawaban ngasal saja, agar mereka tak bertanya lagi. Justru yang diberikan itu adalah jawaban pertanyaan yang benar, dan tepat, sehingga tak terjadi kesalahan pemahaman pada mereka.... Pilihan kata yang dapat mereka mengerti, dan tidak menimbulkan pemahaman yang salah bagi mereka...
Allahu'alam....
bagi saya menjawab pertanyaan anak2 adalah hal yang sedikit lebih sulit, apalagi mereka yang masih polos.
ReplyDeletesaya sepakat sekali dengan anda untuk berhati-hati sekali memberikan informasi juga jawaban kepada anak-anak. mereka bagaikan lembaran-lembaran putih.
Postingan yang cukup menarik:-)
@ketikan jari : terima kasih yah... :)
ReplyDeleteyup..sepakat, memang lebih sulit ternyata... :)