Dahulu, ketika aku masih SD di pelosok kampung kami nan asri itu, ada sebuah fenomena yang sangat menarik untuk kuceritakan kali ini (sebenarnya sedang full stressor karena besok insya Allah akan ujian dengan bahan setumpuk, tapii aku memutuskan untuk refreshing sejenak dulu. hehe...). Fenomena itu adalah tentang pesawat lewat...
Setiap kali ada deru pesawat terbang yang lewat di atas atap sekolah kami, kami punya kebiasaan untuk berbondong-bondong keluar kelas lalu menengadahkan wajah ke langit, melihat pesawat itu hingga lenyap dan tak lagi dapat terlihat oleh lapangan pandang. Setiap kali menatap pewawat lewat, kami selalu berbinar-binar sambil membayangkan "Kapan yah, aku bisa duduk di atas pesawat itu dan terbang mengelilingi dunia?". Mungkin bisa dimaklumi, kami yang didaerah margin ini memang tak satu pun yang pernah naik peswawat kala itu. Bahkan untuk ke Padang saja (yang notabene ibu kota propinsi, kota paling canggih bagi kami kala itu) adalah sesuatu yang amazing dan sangat jarang-jarang sekali, apalagi naik pesawat! Mungkin bisa dimaklumi juga bahwa rata-rata orang tua kami adalah petani, pedagang dan juga ada yang PNS...
Kebiasaan menengadah ke langit ketika pesawat lewat rupanya tak bisa lepas dariku. Setiuap kali mendengar deru pesawat lewat, aku secara refleks menengadah ke langit lalu menatapi pesawat itu... Ddan setiap kali aku menyadarinya, aku tak bisa menahan senyum, mengingat bahwa aku adalah anak kampung yang dulunya selalu sumringah ketika melihat pesawat lewat...
Sama seperti aku menatap sebuah mimpi...
Berkali-kali kandas...
Berkali-kali berjumpa kegagalan...
Kadang, ada masa di mana ia berada pada puncak grafik kosinus, ketika aku begitu bersemangat menaklukkan hidup dan begitu berlari mengejar mimpi. Namun, ada pula masa di mana aku berada di lembah grafik kosinus itu, bertemankan keterpurukan, kegagalan, dan ketiasabisaan lainnya.
Ya, karena kita memang tak berhak untuk MERASA LEBIH dari pada orang lain lantas memandang rendah orang lain. Yang kita punya justru adalah keterbatasan-keterbatasan. Tidak semua hal bisa kita lakukan. Tidak semua hal kita memiliki kapabilitas di sana. Hanya orang bodoh sajalah yang mengatakan dirinya pintar... Ya, karena hanya orang bodoh saja yang tak pernah menyadari keterbatasannya...
Sungguh, ketika kita bisa, itu bukan semata-mata atas kemampuan dan kepintaran diri kita saja. Tapi Allah-lah yang mengilhamkan ilmu itu kepada kita. Ya, karena Allah-lah yang memberikan rizki kepahaman dan menyisipkan hikmah ke relung hati kita... Dan ketika kita tak bisa, itu jua adalah karena keterbatasan kita..
Keterbatasan bukan berarti kita berhenti sampai di sini saja. Akan tetapi adalahs ebuah cara untuk mensyukuri ketika kita meng-optimalkan segala potensi yang Allah beri...
Hehe, postingan kali ini juga dalah sebuah postingan yang benar-benar tak sekuens dan tak pula memiliki hubungan antar paraghrafnya...hee....
Jadiii, mohon dimaklumi sahaja yah Bloggie.....
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked