Buat Orang Tua yang Mau Ikut SNMPTN (ehh??)

Wah, tak terasa sudah memasuki jaman-jamannya senampeteen lagi. Dan tahukah kamu, Bloggie, masa-masa senampeteen adalah masa-masa yang sangat tidak aku suka. Sebab, senampeteen akan selalu mengingatkanku pada cita-cita yang tak pernah sampai. Hehe. Setiap kali senampeteen, kembali aku terusik dengan kisah tujuh tahun silam. Ketika sangat inginnya aku terdaftar sebagai mahasiswa arsitektur atau psikologi. Dan tentu saja, Menjadi mahasiswa FARMASI, adalah sesatu yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Bahkan, terlintas pun tidak! Dan jika waktu boleh diulang (dan ini adalah penyesalan paling konyol mungkin), sungguh, ingin aku lunaskan cita-cita yang tak pernah kesampaian itu. Jika bukan arsitektur, tak mengapa. Setidaknya psikologi nya. Heuu...

Tapi tujuh tahun sudah berlalu. Tetap saja waktu adalah satuan yang takkan pernah berjalan mundur. Tapi, mungkin aku masih menyisakan sebuah obsesi terpendam kali yah? Hehe... (ntar kalo aku punya duit, pengin sekali rasanya kuliah psikologi, hihihi...).
Bukannya mudah untuk menghadirkan cinta pada sesuatu yang sama sekali tak kita minati. (Apalagi aku termasuk orang yang sulit untuk jatuh cinta). Bahkan, ketika aku berhak meletakan gelar S.Farm sekalipun di belakang namaku, tetap saja aku merasa belum sepenuhnya jatuh cinta pada bidang ini. (Aku sadar dengan sesadar-sadarnya, menghadarkan cinta itu memang tak mudah!). Belajar farmasi ketika aku S1 hanya lebih kepada sebuah keharusan. Karena aku harus menjalaninya. Bukan karena aku meminatinya.

Aku mulai menyukai farmasi, justru ketika aku melaksanakan pendidikan profesi. (Sudahlah masuknya susah, udah masuk lalu kuliahnya susah, eehhh di dunia kerja juga susah! Susah untuk bisa menjadi berbeda ketika budaya (semisal tekab) itu masih mengakar dan membudaya. Masuknya susah, kuliahnya susah, lulusnya susah, di dunia kerja malah tak diakui. Sering dibilang, "Halaaaah, apoteker itu tak tahu apa-apa!". Ckckck... Miris, bukan?
Tapi, sekarang sih aku sudah cinta ama farmasi. Hemm, butuh 6 tahun untuk menghadirkan cinta. Banyak sedihnya sih, apalagi kalau sudah berkisah tentang sentimen keprofesian, ada yang ngerasa superior dan ngerasa inferior. Yaa, segalanya butuh pembenahan. Hehe. --> Yaa, kalo ndak mau jadi bagian dari perubahan, yo wes tho, siap-siap saja terombang-ambing. Udah gituh, farmasis Indonesia nda diakui di luar sana. Cuma 4 universitas yang lulusannya di akui bahkan juga di Malaysia sekalipun (ITB, UGM, UNAIR, dan satu lagi saia lupa, antara UI atau UNPAD). Jadi, kalau lulusan Unand macam saia, di Malaysia yaa jadi pengangguran karena nda diakui kefarmasiannya. Sedih nda tuuhhh?? Iyaaa, sediiiihhh dooong! (Jadiii, susah-susaaah kuliah dan pratikum (sampai kepala mau botak rasanyaa saking sibuknya, belom lagi risiko2 zat2 kimia laiinnya) untuk kemudian hanya ijazahnya tidak diakui di jaman AFTA begini, bukankah ini adalah hal yang sangat menyedihhkaaannn?? Iya, sejujurnya menyedihkan.
Tapi, yaa itulah, semestinya kita menjadi bagian dari perubahan itu. Meski yang namanya perubahan adalah suatu proses yang tidak sebentar, tapi setidaknya, kita mengambil bagian dari perubahan itu, sekecil apapun dan sesederhana papun kontribusi kita.
#Yeee,aku cinta farmasi! Ciee elaaahh...

Hemm, berhubung ini hari terakhir pendaftaran onlen senampeteen 2012, aku nak berbagi tips buat orang tua (loohhh, ko orang tuaa, bukan siswa yang lagi bingung milih jurusan???). Iyaa, kalau tips milih jurusan sih kayanya anak-anak udah pada kenyang tuuuhhh di bimbel-bimbel. Tapiii, tips buat orang tua yang bakalan mengarahkan anaknya kan masih jarang. Jadii, ini tentang orang tua pada anaknya. --> Macam sudah punya anak yang mau ikut SNMPTN saja kau ini Fathel! Hihi...

Yaa, diterima atau tidak, itu urusan para orang tua. Anggap saja bocah macam Fathel ini lagi berkicau, jadi sangat boleh diterima, dan tidak boleh tidak (lohhh??). Hihi...

Untuk para abak-abak dan amak-amak (bapak-bapak dan ibu-ibu) yang anaknya lagi mau SNMPTN dan masi kebingungan menentukan pilihan, maka :


#Jangan pernah menitipkan obsesimu pada anak!
 JIka engkau dulunya pernah bercita-cita jadi dokter tapi ndak jebol di UMPTN, maka, jangan pernah titipkan obsesi yang terpendam itu pada anakmu. Karena anakmu tak pernah sama denganmu. Mungkin dia punya minat yang lain. Jadi, jangan pernah wariskan obsesi itu padanya.
#Jika engkau dulunya adalah mahasiswa universitas bergengsi, macam Harvard University, Cambridge University atau Tokyo University (haha, memangnya Harvard, Cambridge dan Tokyo University masuknya lewat UMPTN apah?? hihihi. Yaa, intinya universitas besar laahh), maka jangan pula engkau haruskan anakmu mengikuti jejakmu untuk memasuki universitas besar itu. Karena boleh jadi, anakmu tidak memiliki kemampuan yang sama denganmu. Dan, mereka bisa saja frustasi. Apalagi mereka sedang jaman-jamannya ababil ehh labil begituu. Juga, jangan mentang-mentang engkau S3 atau Professor, lalu anakmu juga harus begitu. Tidaak. Anakmu tak sama denganmu!
#JIka anakmu ingin kuliah Jauh dari negerimu, maka jangan pernah halangi itu. Sebab itu, mungkin saja akan mematahkan sekian banyak dari semangatnya. Biarkan mereka memilih, sekolah apa yang terbaik untuk mereka.
#Jangan sekali-kali kau menganjurkan anak untuk memilih jurusan karena banyaknya peluang kerja di jurusan itu. Misal karena guru atau dokter, peluangnya lebih besar. Karena, belum tentu jurusan tersebut menjadi minat anak-anakmu. Percayalah, jika si anak memilih jurusan sesuai dengan apa yang mereka minati, maka insya Allah hasilnya lebih optimal. Karena mereka akan belajar dengan cinta, bukan dengan terpaksa. Jika mereka menjadi yang terbaik di bidang yang mereka minati itu, maka mereka mungkin tak perlu mencari kerja lagi, tapi pekerjaanlah yang akan mencari mereka.
#Bagi orang tua, engkau hanyalah mengarahkan, tapi bukan menekan apalagi memaksa sang anak untuk memilih pilihanmu. Karena mereka yang menjalani, bukan engkau. Tak berlebihan mungkin kisah-kisah mereka yang tak pengin jadi dokter, lalu dipaksa orang tua masuk kedokteran dan walhasil semua nilainya E padahal dia anak yang pintar? Ini sudah cukup untuk memberi kita pelajaran...


Demikianlah. DO'akan anakku juga lulus SNMPTN yaaaaa. --> Hahaha, ngaurrr kelas hiu! (bukan lagi kelas kakap, kelas ikan mas, apalagi kelas teri. Hihi...).
Ndak ding! Do'ain yang terbaik buat Adikku tersayang yaah yang insya Allah juga menjadi salah satu peserta SNMPTN 2012 ini. Do'akan Allah pilihkan jurusan yang terbaik buat dia. Hee... Pilihan 1 atau pilihan 2 sama saja, salah satu di antaranya semoga menjadi rezekinya. Do'akaan. Do'akaaaaan yaaahhh.... (Semakin banyak orang shalih yang mendo'akan, semoga semakin banyak peluang  diijabah oleh-Nya. Aaamiiin, allahumma aamiiin).

Kecewa

Kadar kekecewaan itu akan senantiasa berbanding lurus dengan tingkat pengharapan kita pada manusia. Semakin berharap, maka semakin besar kekecewaan yang akan kita tuai.
Pengharapan pada manusia, seperti bola salju yang siap pecah pada suatu ketika. Seperti bom waktu yang siap meledak pada suatu masa. Ketika pecah dan meledak itulah, artinya akumulasi kekecewaan itu mencapai titik jenuhnya.

Lantas, tak bolehkah kita berharap?
Siapa bilang?!
Harapan adalah bahan bakar untuk mengapai wujud nyata dari catatan asa itu sendiri, tapi dengan satu catatan : selama kita hanya berharap pada-Nya, pada Dzat yang pada-Nya segenap harap itu bersumber.

Satu hal terindah yang ingin aku ceritakan adalah, betapa indahnya ketika segalanya menjadi tawar adanya. Tanpa ada konfigurasi lagi. Cukuplah Dia saja yang akan menetapkan tentang bagaimana akhirnya. Tanpa ada harap pada manusia!
Meski kadang hal-hal ekstrem itu mesti ditempuh. Bukankah juga Rasulullaah dan para sahabat memberikan perumpamaan yang 'ekstrem' pada kita? (Extreme di sini bukan berarti ekslusif apalagi keras!). Seperti halnya sahabat yang telat sholat berjemaah, lalu meng-'iqob dirinya dengan mendermakan seluruh kekayaannya, sesuatu yang secara logika jaman kini amat sulit di terima. Sebab kita, masih jauh. Tapi, entry point yang sedang kumaksudkan di sini adalah, bahwa perumpamaan atau kisah yang dicontohkan RAsulullah dan para sahabat ada pada margin tertinggi.

Selalu saja, saat ini TAWAR itu lebih indah... Hingga pada masa yang dikehendaki-Nya, ketika 'tidak tawar' dan terkonfigurasi menjadi suatu keharusan.

Full Patch Room





Yaaaakk, ini FULL PATCH ROOM!
Bagi kamu yang sangat tidak menyukai keberantakan, maka memasuki kamar ini seperti memasuki "gudang" (semoga tak berlebihan disebut begitu), bikin mendadak vertigo, ahahaha. Di mana-mana tempelan. Dan--parahnya--aku sangat menikmati kamar yang begini. I named it "FULL PATCH ROOM".
Sedari dulu, tampak-tampaknya, aku memang menyukai tempelan dinding. Apalagi di jaman-jaman Ujian begini. Tempelan dinding itu sesuatu yang sangat membantu untuk mentransfernya ke otak. Dan, I like it so much!

Oh iyaaa, aku mau ujian.
Mohon do'anya yaah Bloggieee, biar aku bisa menjalankan ujian ke depan dengan sukses.
Allahumma aamiiin...

FULL PATCH ROOM, makasih udah nemenin aku (dan keberantakanku). hihihi...


#postingan GEJE part 2

Kepada : Bapak Fathelvi Mudaris





Ah tidaaaaaaaaaaakkk!
Jangankan dipanggil "bapak", dipanggil "ibuk" saja saat ini saia tak sudi.
Huwaaaaahhh, saia kan bukan bapak-bapak!!
Teganya-teganya-teganya-teganya-teganyaaaaa.....
Ini bukan kali pertama, mungkin sudah kali kesekiannya...
Huhuhu....

Tapi biarlah...
Semuanya mengajarkanku, untuk tidak menghukumi dan menghakimi sebuah KETIDAKTAHUAN.
Tiada berhak kita menghukumi sesuatu yang orang lain tiada tahu akan hal itu...
Bukan kah Allah saja tidak menghukumi dosa atas suatu perkara yang pelakunya tersebut tiada memiliki pengetahuan tentang itu?
Lantas, masihkah aku punya alasan untuk menghukumi ketidaktahuan mereka sementara aku juga adalah makhluk yang sama dhiofnya dengan sang pelaku itu?

Hehe, anggap saja ini sebuah lelucon, di tengah tingginya pressure. Bukankah kita memang perlu tertawa? hihi...


#Postingan GEJE Part 1 

Under High Pressure

Hayy Bloggieee, apa kabarmu, say? Maaf yaah Mei ini aku bener-bener nyuekin kamuuu. Postingannya cuma 5 doang. Itu pun kebanyakan curhatnyaaa. Hehe. Sebenarnyaaa, sungguh sangat banyak yang pengin aku ceritain. Amat sangat banyak sekaliiii... Tapiii, aku udah megap-megap banget niih ngerjain tugas. Bener-bener megap-megap. Kalo kaya sel nih yaa, kaya nya aku sudah terpapar stress oksidatif terus menerus, yang dikit lagi bisa mengalami apoptosis kali yaah. Hihi... (maap, aku pake istilah aneh-aneh lagiiii, soalnya masih terinfluence kuliahnya Adverse Drug Reaction, jadiii kaan karena potensial hemisferku itu memang dominan otak kanan, jadinya yaaa segala sesuatu yang di pelajarin oleh si otak kiri, si otak kanan ini bawaannya nimbruuung muluuu. Pokonya dia cemburu berat deh kalo udah di dominasi oleh si otak kiri. Makanya, suka banyak analog-analognya. Ini ulahnya si otak kanan niih. hehe....)

Well, dua minggu belakang bener-bener under pressure. Hari ini juga sebenarnya, soalnya besok masih harus bahas DRP (Drug-Related Problem) nya si Farmakoterapi dan dipresentasikan. Tapiii, berhubung hari ini aku plooooonk luar biasa setelah bersemedi dengan si ADR (Adverse Drug Reaction) selama 4 hari belakang. Bahkan, aku mesti begadang ampe jam 01.30 dini hari, demii si ADR. Makanya, aku pengin istirahat sejenak dan ngobrol sama kamu Bloggie. Kamu emang paling bisa bikin aku rehat deehhh.... Hehe.... Walaupun sebenarnya aku ini sudah 5 watt banget. Kurang tidur. Demi--sekali lagi--sia ADR tersayang ituuh. Hehe...

Jangan bilang "Tumben..." ya BLoggiee. Soalnya, aku sedang berusaha tidak acakadut lagi ngerjain tugas. Bener-bener seriusan. Nda kaya dulu, yang aku ituuu memang demen ngasal. Hehe. Sekarang sih sudah mulai insap. Ternyata, kalo dikerjain bener-bener, bikin kita jadi banyak belajar yaaa?? #syukurlah,sudahinsap.haha.
Tau nda? Jurnal yang aku koleksi untuk satu ADR niy ajah, nyaris mendekati seratus jurnal! Apalagi (yang bikin mata berbinar-binar ituuu), jurnal-jurnal bagus yang berbayar, bisa diakses secara gratis dari kampus karena dilanggan oleh kampus. Banyak bangeeeett deh yang seharusnya bayar bisa dapet gratis. Sciencedirect sekali pun. Asyiiiik. Alham-du-lillaah. Ini adalah hal yang sangat menyenangkaaaaaan. Tapi, dari sekian banyak jurnal, hanya sedikit yang memenuhi kriteria inklusinya, so....yang laen, kusimpan dulu ajah deh buat koleksi. Hee.... Soalnya lebih banyak memaparkan insidennya sih. Aku tuh pengin tau bukan hanya insidennya, tapi juga mekanisme nya. Makanya, mesti pilah-pilah banget...

Dulu, waktu S1, aku sih okeh-okeh ajah tuuh ngambil matakuliah di atas 20 SKS. Meski farmasi itu super duper sibuknya (kata orang-orang), nyatanya aku masih punya waktu buat wara-wiri sana sini. Hihi. Sekarang nih yaaa, 15 SKS saja sudah bikin super duper megap-megap. Jika boleh makan itu dijama' qashar, mungkin aku nge-jama' qashar ajah makan nya. Hihihi... Sebagai impikasinya, cucian numpuk, kamar berantakan penuh buku-buku dan jurnal-jurnal (bahkan nda sempat disapu, hahaha), nda sempet mandi,nda sempet sisiran (haha, nda ding! meskipun ala kadarnya tapi tetep dilaksanakan ko,hihihihi), serta pola makan yang super duper nda teratur karena nda sempat masak. Abisnyaaa, kalo nda masak sendiri, ndak seruuu. Makanan pada manis semua sih. Tidak cocok buat lidah Padang aseli kaya akuu. (Semoga bikin kurus  #salahniat. Hahaha...#naseeeebjadioranggemukan). Bahkan, aku pernah nyuekin HP sampai SMS-SMS nda di bales, telpon nda diangkat. Kalo cuma ketawa-ketiwi doang mah, aku menghindari banget untuk menelpon dan ngangkat telpon di saat underpressure begini. Tapi kalo lagi nda underpressure sih paling demen ditelpon. Uhuyy... Ada juga sih alasan lain mengapa nda bales SMS atw nelpon. Apa? Yak benar! Mahasiswapakir yang sering kehabisan pulsa. Haha...

Hehe, liburan panjang kemrin pd kemanaa?? Kebanyakan pada jalan-jalan. Aku?? Haha, tetep ngampus doong. Kampus sepiiii banget. Bahkan, kita sampai diusir pak Satpam saking demennya ngampus. "Neng, udah kelar belom belajarnya? Saya mau pulang niy jam 4." Trus, karena cape nungguin kita, satpamnya ngacir ajah. Hee... Akhirnya, kita bener-bener sampai maghrib di kampus yang sepi. Hhihihi...
#siapasuruhkuliahlagi!
Hemm, iya juga sihh. Tapi, aku seneng ko. Sekarang lagi punya hobby baru, yaitu belajar. (ahaha, belajar jd hobby? bukannya kewajiban yak?!). Jika da yang bersedia menggaji saia untuk tetep sekolah sampai S~ (tak terhingga), saia akan terima dengan senaaaang hatiiii....hahahah. Ada gak yaaaa!? Ada gak yaaa?! Hayooo acuuuung, ada yang bersedia?? Mumpung buka lowongan nih. Ahahahahahaa #gubrak,mulai error niih! hahaha....


udah dulu yaaah curhatnyaaaa....
aku mau bahas kasus dulu.
maaff ini hanya curhat belaka, ndak ada isinyaaa....nda ada hikmahnya jugaaa....
maap telah terjebak buat negbaca tulisan ini, maap telah mengambil waktu berharganyaa.
nyesel kaaan ngebacaaanya???


Rabithah Pagi Ini

Rabithah pagi ini, sungguh berhasil menghadirkan bulir-bulir bening, yang membasasi kerontangnya sang jiwa. Ini bukan forum adu intelektual, apalagi adu kefahaman. Tapi, tetap saja kemudian aku merasa sangat jauh ketinggalan dan mengalami kekalahan yang amat telak. Sangat jauh. Benar-benar sangat jauh! Jadi, ke mana saja aku selama ini? Apa saja yang telah kuperbuat dan telah kukontribusikan? Ah tidak. Bahkan nyaris tak ada!

Semakin lama, semakin kusadari akan ketertinggalan itu. Jangankan bisa berpikir jauh seperti mereka, bahkan aku perlu extra ikhtiar untuk bisa memahami bahasa mereka yang cerdas itu. Itu baru menyoal bahasa. Lalu, bagaimana dengan kontribusi? Pasti aku lebih jauh tertinggalnya. Sungguh... Iya, lagi=lagi aku memang perlu bertanya berulang-ulang pada diriku sendiri, ke mana sajakah selama ini? Atau, aku terlalu disibukkan dengan kepentingan diri sendiri, oleh permasalahan sendiri, lalu lupa dengan kerja-kerja besar yang dulu ada dalam sketsa asa? Astaghfirullah...

Sungguh, suatu saat, Islam pasti bangkit! Jika pun saat ini, kita masih berada di fase di mana banyaknya otoritas yang mendisirkreditkan diin ini, maka janji Allah itu adalah PASTI. Bahwa, akan ada masa di mana dunia akan merasakan kepemimpinan Islam yang rahmatan lil 'alamiin. Ya, ustadziyatul 'alaam. Ketika setiap orang merasakan betapa indahnya berada dalam naungan Islam. Masa itu, PASTI akan datang, dengan atau tanpa berkontribusinya kita di dalamnya.

Jadi, sekarang tergantung bagaimana diri kita, apakah ingin tergabung pada barisan panjang orang-orang yang memperjuangkan itu, atau hanya duduk-duduk santai, lalu hanya jadi komentator seperti halnya penonton sepak bola atas kerja-kerja besar yang tengah diperjuangkan? Percayalah, selama kita masih sendiri-sendiri, semua itu tak akan pernah terwujud. Ini adalah kerja besar kita bersama. Dengan atau tanpa adanya kita, dunia sesungguhnya sedang bergerak menuju tujuan besar itu. Maka, alangkah ruginya diri kita, bukan menjadi bagian dari orang-orang yang turut serta di dalamnya.

Mengenai hal ini, aku teringat kisah si mikroba. Mikroba patogen itu, hanya bisa menumbangkan diri kita, ketika jumlah mereka banyak, sudah membentuk jaringan di mana-mana, dan kemudian terorganisir dengan begitu rapihnya. Dan bayangkanlah, mereka yang sesungguhnya jauh lebih kecil dari tubuh kita sendiri (hanya beberapa mikron saja) ternyata mampu menumbangkan tubuh itu ketika dia mendestruksi secara besar-besaran dari dalam sana. Selama mikroba baik tak mampu bersaing melebihi jumlah mereka, melebihi jaringan  yang mereka sedang bangun maka, selama itu pula tubuh kita ini tumbang. Akan tetapi, ketika mikroba baik sudah menjadi penguasa, mikroba jahat itu tak akan mampu berbuat apa-apa. Jadi, inilah masa di mana kita semestinya menjadi antisense atas rencana besar yang mereka sedang rencanakan. Maka, sesederhana apapun itu, kita semestinya berkontribusi. (Ini terlebih sedang berbicara pada diri sendiri).

Buka mata, buka hati, lalu kepalkan tangan kita, dan menjadilah bagian dari orang-orang yang berkontribusi! Jika saja banyak orang-orang yang begitu bersungguh-sungguh hingga berlelah-lelah dalam upaya mendestruksi diin ini (dan nyatanya mereka sudah bermetastase hingga ke seluruh jaringan), maka semestinya kita lebih berlelah-lelah lagi dalam memperjuangkan diin yang mulia ini. Jika mereka punya deckingan dan power yang besar di balik semua makar itu, maka kita punya deckingan yang jauh lebih kuat. Maha Kuat. Maha Power. Maha Adidaya. Allah. Wamakaru wamakarallah wallaahu khoirul maakiriin...


Kalapa Dua, Cimanggis, Depok
Pagi yang cerah...

ndaksempatnulis

ketebalan buku > 10 cm

Waaahh, dalam tiga hari belakang, aku sebenarnya ada banyak hal yang aku share. The great experiance in stem cell laboratory, in CPhi Asian South East Expo, and others. Akan tetapi, case report sedang menunggu untuk "diobrak-abrik" karena sudah tiga hari aku tinggalkan. Hee... Dan setiap Drug Related Problem (Permasalahan terkait obat) pada case itu harus punya EBM (evidence based medicine).. Dan EBM itu mestilah didasari pada jurnal-jurnal ilmiah terupdate. Dan jurnal-jurnal itu tentulah butuh analisis mendalam. Dan ditambah lagi, case kali ini adalah komplikasi pasien pasca CABG, dengan hyperlipidemia, hipertensi, angina, diabetes dan gagal jantung (waahhh penyakitnya lengkap banget yaahh), ditambah lagi dia geriatri. So, he got more than seven drugs. Sepuluh macam obat malah. Dan ditambah lagi, fungsi ginjal sudah bermasalah dan edema parunya sudah berkembang pula menjadi pneumonia. Hemm...apa nda pusing tuuh ngebahas permasalahan terkait obatnya? Dan ditambah lagi, besok pagi sudah harus didiskusikan. Hwaaaa, Jadiii, so, sebagai komplikasi dari case report ini, I cannot share right now deeh. Heuu....
Walau sudah berniat untuk tidak meninggalkanmu, Bloggie, tapi maafff, kali ini aku bener ndak sempat...
Lain kali kita bercerita lagi yah, say?
Siipp?!

Hayoooo, semangat belajaaarrr
semangat bahas case repo(r)t!
^___^

Bocah-Bocah Tak Berdosa dan Ibu-Ibu Penyabar

Kemarin, alhamdulillah, aku berkesempatan untuk bisa mengunjungi poliklinik Psikiatri Anak dan Remaja di RSCM. Waahh, masya Allah, sebuah 'pemandangan' membuatku takjub. Takjub akan kegigihan luar biasa ibu-ibu yang Allah anugrahkan amanah anak-anak yang secara fisik tak bermasalah, akan tetapi mereka berbeda dengan anak-anak lainnya. Sungguh, hal ini membuatku benar-benar terenyuh. Sungguh, betapa besarnya jiwa para ibu yang diberikan ujian dengan keterbatasan yang anak-anak mereka miliki. Hanya ibu-ibu terpilih sajalah yang sanggup bersabar dengan ujian-ujian yang sedang Allah sandangkan di pundak mereka.

Secara langsung, aku bisa melihat anak-anak autisme, perkembangan terhambat, adhd, dan idiot, retardasi mental, yang sebelumnya hanya aku dapatkan di teorinya saja. Satu anak yang membuatku terkesan sekaligus terenyuh adalah bocah berkaos biru yang berasal dari Pondok Kopi. Bocah itu kira-kira 5 atau tahun. Belum bisa bicara. Tak mau menatap mata. Dan, mempunyai bahasa yang tidak dimengerti. Pandangannya kosong dan sayu. Sebentar-sebentar tertawa. Lalu, sebentar-sebentar menangis.
Ck..ck..ck..., masya Allah, sungguh, sang ibu pasti punya kesabaran luar biasa.

Jum'at Semangat!

Waahh, jum'at yang penuh semangaaatttt... Hari ini, aku ketemuuuu sama One of my Best Friends, Mariyen Abdi Esa (hehehe, baca : Mariyen Irvani). Hwaaahhhh, seneeeeng pisaaaaaannn. Meski tugas lagi numpuk-numpuknya, tapiiii, karena momen buat ketemu Yeyen memang adalah momen langka karena masing-masing sama-sama sibuk, maka, momen langka ini teramat sayang untuk dilewatkan. Alhamdulillaah, hari inilah momen yang tepat ituuu setelah dua tahun kurang satu bulan tak ketemu.
Dari Depok, naek KRL menuju Gambir dan kita ketemu di Monas. Untuk pertama kalinya kita ketemu sepaket. Hihi. Maksudnya, Yeyen dan Mas nya, Panji. Hemm... a great couple. Pokonya mereka mah pasangan yang serasiii banget dah. Hee... Setelahnya, kita bertiga (Aku, Yeyen dan Nany) ke puncak Monas (juga untuk pertama kalinya, hee), lalu ke Atrium di Senen. Waaah, benar-benar hari yang mebamhagiaaaakaannn. Sore-sore, mampir di Kemenkeu (kantornya suami Yeyen) dan seterusnya pulang lagi dengan setumpuk tugas yang telah menanti. Hee... Tak lupa, kami juga melibatkan one of our another best friend, Syafnida Gusti, via Telkoms*l yang menghantarkan suara via sinyal-sinyal sejarak Jakarta-Payakumbuh. Hihi...
Dan satu hal yang selalu ada dalam sebuah pertemuan setelah sekian lama berpisah. NOSTALGIA!
______________________________