Tapi tujuh tahun sudah berlalu. Tetap saja waktu adalah satuan yang takkan pernah berjalan mundur. Tapi, mungkin aku masih menyisakan sebuah obsesi terpendam kali yah? Hehe... (ntar kalo aku punya duit, pengin sekali rasanya kuliah psikologi, hihihi...).
Bukannya mudah untuk menghadirkan cinta pada sesuatu yang sama sekali tak kita minati. (Apalagi aku termasuk orang yang sulit untuk jatuh cinta). Bahkan, ketika aku berhak meletakan gelar S.Farm sekalipun di belakang namaku, tetap saja aku merasa belum sepenuhnya jatuh cinta pada bidang ini. (Aku sadar dengan sesadar-sadarnya, menghadarkan cinta itu memang tak mudah!). Belajar farmasi ketika aku S1 hanya lebih kepada sebuah keharusan. Karena aku harus menjalaninya. Bukan karena aku meminatinya.
Aku mulai menyukai farmasi, justru ketika aku melaksanakan pendidikan profesi. (Sudahlah masuknya susah, udah masuk lalu kuliahnya susah, eehhh di dunia kerja juga susah! Susah untuk bisa menjadi berbeda ketika budaya (semisal tekab) itu masih mengakar dan membudaya. Masuknya susah, kuliahnya susah, lulusnya susah, di dunia kerja malah tak diakui. Sering dibilang, "Halaaaah, apoteker itu tak tahu apa-apa!". Ckckck... Miris, bukan?
Tapi, sekarang sih aku sudah cinta ama farmasi. Hemm, butuh 6 tahun untuk menghadirkan cinta. Banyak sedihnya sih, apalagi kalau sudah berkisah tentang sentimen keprofesian, ada yang ngerasa superior dan ngerasa inferior. Yaa, segalanya butuh pembenahan. Hehe. --> Yaa, kalo ndak mau jadi bagian dari perubahan, yo wes tho, siap-siap saja terombang-ambing. Udah gituh, farmasis Indonesia nda diakui di luar sana. Cuma 4 universitas yang lulusannya di akui bahkan juga di Malaysia sekalipun (ITB, UGM, UNAIR, dan satu lagi saia lupa, antara UI atau UNPAD). Jadi, kalau lulusan Unand macam saia, di Malaysia yaa jadi pengangguran karena nda diakui kefarmasiannya. Sedih nda tuuhhh?? Iyaaa, sediiiihhh dooong! (Jadiii, susah-susaaah kuliah dan pratikum (sampai kepala mau botak rasanyaa saking sibuknya, belom lagi risiko2 zat2 kimia laiinnya) untuk kemudian hanya ijazahnya tidak diakui di jaman AFTA begini, bukankah ini adalah hal yang sangat menyedihhkaaannn?? Iya, sejujurnya menyedihkan.
Tapi, yaa itulah, semestinya kita menjadi bagian dari perubahan itu. Meski yang namanya perubahan adalah suatu proses yang tidak sebentar, tapi setidaknya, kita mengambil bagian dari perubahan itu, sekecil apapun dan sesederhana papun kontribusi kita.
#Yeee,aku cinta farmasi! Ciee elaaahh...
Hemm, berhubung ini hari terakhir pendaftaran onlen senampeteen 2012, aku nak berbagi tips buat orang tua (loohhh, ko orang tuaa, bukan siswa yang lagi bingung milih jurusan???). Iyaa, kalau tips milih jurusan sih kayanya anak-anak udah pada kenyang tuuuhhh di bimbel-bimbel. Tapiii, tips buat orang tua yang bakalan mengarahkan anaknya kan masih jarang. Jadii, ini tentang orang tua pada anaknya. --> Macam sudah punya anak yang mau ikut SNMPTN saja kau ini Fathel! Hihi...
Yaa, diterima atau tidak, itu urusan para orang tua. Anggap saja bocah macam Fathel ini lagi berkicau, jadi sangat boleh diterima, dan tidak boleh tidak (lohhh??). Hihi...
Untuk para abak-abak dan amak-amak (bapak-bapak dan ibu-ibu) yang anaknya lagi mau SNMPTN dan masi kebingungan menentukan pilihan, maka :
#Jangan pernah menitipkan obsesimu pada anak!
JIka engkau dulunya pernah bercita-cita jadi dokter tapi ndak jebol di UMPTN, maka, jangan pernah titipkan obsesi yang terpendam itu pada anakmu. Karena anakmu tak pernah sama denganmu. Mungkin dia punya minat yang lain. Jadi, jangan pernah wariskan obsesi itu padanya.
#Jika engkau dulunya adalah mahasiswa universitas bergengsi, macam Harvard University, Cambridge University atau Tokyo University (haha, memangnya Harvard, Cambridge dan Tokyo University masuknya lewat UMPTN apah?? hihihi. Yaa, intinya universitas besar laahh), maka jangan pula engkau haruskan anakmu mengikuti jejakmu untuk memasuki universitas besar itu. Karena boleh jadi, anakmu tidak memiliki kemampuan yang sama denganmu. Dan, mereka bisa saja frustasi. Apalagi mereka sedang jaman-jamannya ababil ehh labil begituu. Juga, jangan mentang-mentang engkau S3 atau Professor, lalu anakmu juga harus begitu. Tidaak. Anakmu tak sama denganmu!
#JIka anakmu ingin kuliah Jauh dari negerimu, maka jangan pernah halangi itu. Sebab itu, mungkin saja akan mematahkan sekian banyak dari semangatnya. Biarkan mereka memilih, sekolah apa yang terbaik untuk mereka.
#Jangan sekali-kali kau menganjurkan anak untuk memilih jurusan karena banyaknya peluang kerja di jurusan itu. Misal karena guru atau dokter, peluangnya lebih besar. Karena, belum tentu jurusan tersebut menjadi minat anak-anakmu. Percayalah, jika si anak memilih jurusan sesuai dengan apa yang mereka minati, maka insya Allah hasilnya lebih optimal. Karena mereka akan belajar dengan cinta, bukan dengan terpaksa. Jika mereka menjadi yang terbaik di bidang yang mereka minati itu, maka mereka mungkin tak perlu mencari kerja lagi, tapi pekerjaanlah yang akan mencari mereka.
#Bagi orang tua, engkau hanyalah mengarahkan, tapi bukan menekan apalagi memaksa sang anak untuk memilih pilihanmu. Karena mereka yang menjalani, bukan engkau. Tak berlebihan mungkin kisah-kisah mereka yang tak pengin jadi dokter, lalu dipaksa orang tua masuk kedokteran dan walhasil semua nilainya E padahal dia anak yang pintar? Ini sudah cukup untuk memberi kita pelajaran...
Demikianlah. DO'akan anakku juga lulus SNMPTN yaaaaa. --> Hahaha, ngaurrr kelas hiu! (bukan lagi kelas kakap, kelas ikan mas, apalagi kelas teri. Hihi...).
Ndak ding! Do'ain yang terbaik buat Adikku tersayang yaah yang insya Allah juga menjadi salah satu peserta SNMPTN 2012 ini. Do'akan Allah pilihkan jurusan yang terbaik buat dia. Hee... Pilihan 1 atau pilihan 2 sama saja, salah satu di antaranya semoga menjadi rezekinya. Do'akaan. Do'akaaaaan yaaahhh.... (Semakin banyak orang shalih yang mendo'akan, semoga semakin banyak peluang diijabah oleh-Nya. Aaamiiin, allahumma aamiiin).