Hemmm....sejujurnya....aku tidak suka membaca kecuali... (ntar deh kecualinya, hehe). Saat ada orang yang menuliskan hobbi membaca, trus ada yang protes, "Membaca itu bukan hobby kaliii, tapi kewajiban!" Lah, aku saja yang sedikitpun tak hobby membaca kecualii....(kecuali titik titik itu), tak pernah sedikitpun mewajibkan diri untuk membaca. Parah kan? Iye, paraaah bet lu Fatheeel!
Dulu waktu aku masih pediatri (hahaha, pediatri lagi! Okeh, menurut WHO, pediatri itu adalah anak usia 0-18 tahun. Okay?), aku memang doyan bacaaa. Di saat anak seumuran aku masih suka komik, aku malah doyan novel. Pake acara nangis-nangis segala kalo baca novel sedih. Hehehe. Itu aku dulu. Aku udah pernah ceritain di blog ini kan yah? Kayanya buku cerita di perpus SD ku yang terpelosok itu sudah habis kusikat. Hehehe. Itu dulu, sodara-sodara. Sekali lagi, D.U.L.U.
Sekarang, aku sudah jarang sangaaat membaca novel. Rasanya yah, ko mikir-mikir bangeeeett gituuuh mau baca novel. Hemm....sebenernya bukan karena tak doyan. Tapi menyoal waktu sekian jam yang akan kuhabiskan bersama si novel itu. Karena nda tahan penasaran, aku biasanya takkan beranjak dari depan televisi (ehhh...?) novel maksudnya, hingga ending ceritanya. Makanya suka mikir-mikir kalo mau baca novel. Kaga sempet soalnya (halaaaah, kaya yang sibuk ajaaahh kamuuu Fatheeel...hihihi).
Nah, saat ini aku memang tak suka baca KECUALI saat-saat sedang BUTUH! Ya, inilah pengecualian untuk ketidaksukaanku membaca buku. Aku akan sangat doyan membaca ketika aku sangat membutuhkannya, hatta berbahasa inggris sekalipun bukunya. (secara English ku yg pas-pasan begini. Hanya cukup buat ngebaca buku or jurnal doang. Kaga bisa nulis apalagi conversation. Hehehe). Jadi, mungkin lebih tepatnya aku merubah kerangka pikir, dari membaca buku yang statusnya WAJIB menjadi BUTUH. Hehehe...
Contohnya niih yaa, aku sih sudah liat-liat buku, semisal buku ICU sebelum aku masuk stase ICU. Tapi, aku kaga paham dan ngerasa nda butuh. Hehe... Dan buku ICU yang aku pinjem dari senior itu, jadinya malah kubolak-balik sahajaaa tanpa kuketahui maknanya. Kubaca sih sekilas, tapi aku tak tau mana sih entry point dari buku itu bab per bab. Lalu, kutinggalkan begitu saja. Tapi, ketika aku butuh jawaban dari segudang pertanyaan selama di stase ICU, maka buku ICU itupun bagaikan novel yang menarik karena buku itu menyediakan semua jawaban atas tanda tanyaku yang makin bikin dahi jadi berkerut. Hehehe.
Aku berkesimpulan, ketika kita membutuhkan suatu jawaban dari ketidaktahuan kita (terutama ilmu-ilmu yang membutuhkan otak kiri) dan itu artinya kita lagi butuh untuk membaca, maka ketika kita mendapatkan jawabannya dari suatu buku, maka rasanya sih lebih berkesan dan lebih banyak nempel. Ia menjadi sesuatu yang berharga, dan ibarat simpul saraf nih di sel-sel memory nih yaa, dia akan membentuk jalinan baru yang akan menjadi memory jangka panjang. Berbeda ketika kita membaca hanya sekedar mengisi waktu apalagi cuma buat keren-kerenan doang, maka ia mungkin hanyalah sekumpulan neurotransmitter di simpul saraf yang dalam waktu tak cukup 24 jam, kita sudah lupa akan hal itu.
Lalu?
Apakah dengan demikian kita akan malas membaca jika membaca hanyalah di saat yang membutuhkan?
Jawabannya TIDAK.
Kita pasti selalu punya pertanyaan dalam kehidupan ini atas keterbatasan kafaah diluar ilmu yang kita geluti. Hatta yang kita geluti sekalipun, mungkin hanya seperratus sekian saja yang baru kita tahu. Maka, pasti kita selalu butuh untuk membaca. Karena, pasti selalu ada pertanyaan.
Maka, menurutku, di saat kau menunggu bahkan hanya sekedar mengisi waktu saja, bacalah apa yang sedang kamu butuh...
Lantas membaca novel itu, dibutuhkan kah?
Ya, dibutuhkan juga sih. Siapa tahu kamu butuh solusi atas kejadian patah hati yang kamu alami dan jawaban itu ada di novel yang akan kamu baca? Haha, ko patah hati ya? Eittss...ini kan contoh doang mah. Hihi....
Lantas baca Al Qur'an itu kebutuhan apa kewajiban sih?
Aku yakin kamu tahu jawabannya. Karena wajib, atau karena butuh.
Okeehh.... Sekian cuap-cuap dari akuuuh. Karena aku lagi pekael yang mana menyita begitu banyak waktu tenaga fikiran dan uang, maka aku cukupkan sekian saja (memangnya apa hubungannya yah? hihihi).
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked