Hemm... Setelah analisis dengan mendalam pake Guide to Iferential Statitical Test of Difference ala David P Zgarrick, PhD (hehe, yang ini mah bo'ongan. Ndak pake analisa statistik ini ko. Pake Guideline Pak David Z ini ntar ajah insya Allah pas thesis yang sebentar lagi, hehe), maka aku berkesimpulan, setidak-tidaknya, ada 3 (TIGA) warna rasa yang dirasakan seorang perempuan dengan 23+ (entah laki-laki yah? Aku tak tahu, karena pola sebaran data kali ini adalah di kalangan para perempuan, jadi, aku tak bisa memastikan ini juga terjadi pada laki-laki. Hehehe :D) ketika Sahabat dekatnya, atau juga teman-teman yang di kenal, dan apalagi jika temannya itu lebih muda satu, dua atau tiga tahun lebih, akan menempuh akad sakral itu : menikah! Pemaparan hasil 'survey' ini bukan atas dasar pandangan subjektif saia sebagai orang yang menuliskannya, melainkan dari banyak perempuan yang secara sadar atau tidak, mereka telah berpartisipasi dalam 'survey' kali ini. Hehe...
Baiklah, tanpa memperpanjang muqaddimah, mari kita kupas tuntas hasil 'survey', tentang Ada 3 Rasa yang sekurang-kurangnya dirasakan oleh seseorang terutama 23+ ketika mendapati berita sahabat terdekatnya, temen-temennya (satu sekolah, satu kampus, satu organisasi, bahkan satu jejaring maya mungkin, hee), dan juga teman-teman yang mungkin lebih muda barang setahun dua tahun, hingga tiga tahun lebih, akan menggenapkan setengah agama pada sebuah majlis akad yang sakral itu.
1. Rasa bahagia
Ya, setiap orang pasti berbahagia ketika mendengarkan berita bahagia. Ya bahagiaaa dong yaaahh... Sangat tidak sopan rasanya, jika bersedih atas kebahagiaan sahabat kita sendiri. Kecualii... yaa kecuali niih yaahh, kecuali jika dia sempat (atau malah terlanjur) mendekati sebuah lubang gelap pengharapan terhadap seseorang akan mengucapkan akad sakral itu di majlis sahabatnya itu. Kalo udah begini mah kaga ada bahagianyaaa, kendatipun sahabatnya dia sendiri...paling dekeeet malaahh! Kalo istilahnya temen-temen dulunya, "Manjamua banta", artinya Menjemur bantal. Karena udah basaaahh dengan air mata, menangis semalam suntuuk. Hihihi :D
Makanya, jangan deket-deket ama lubang dalam dan gelap yang bernama pengharapan, jika tak ingin merasakan sakitnya terjatuuh ke dalam lubang itu dan susahnya bangkit dari si lubang dan muncul kembali ke permukaan. Siiipp?? Cukuplah kisah-kisah patah berdarah-darah itu miliki segelintir orang. Mari petik hikmahnya saja. Hehehe...
2. Sedih
Loh?? Koq sediihh, kan ndak deket-deket sama jurang pengharapan?? Sedih antonim dari bahagia, tho?? Itu kan dua hal yang bertentangan! Hahaa, sabaaarr, jangan protes dulu yaahh.
Hmmm, coba selami dari hati terdalam, pasti ada rasa sedih di samping bahagia itu tadi. Kita dan sahabat Apalagi yang satu kos, satu wisma, saudara 'sepersusuan' (maksudnya sama-sama beli susu Ultr*milk barengan, atau malah minum satu botol berdua karena lagi bokek, wkwkwkwk :D), saudara "saparuik" seperiuk, yang sama-sama makan dari Magicom yang sama (bukan dari periuk sih yaah.. hihi) dan di talam yang sama, kini akan 'meninggalkan' kita. Tak bisa curhat kaya dulu, tak bisa ngalor ngidul kaya dulu, tak bisa bahkan hanya sekedar jalan-jalan berdua, tanpa idzin dari seseorang yang akan membersamai dia nantinya. Ndak bisa suka-suka ajaah ajakin ke mana-mana. Udah gituuuh, sahabat kita itu, besar kemungkinan akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk urusan keluarga barunya. Dan itu, serius, bikin sedih. Siapakah penggantimu setelah dirimu bersamanya? Hasyaaaahhh!
*cari ganti sendiri sono! Hihihi :D
3. Mupeng
Haha, iyaah mupeng. Pasti ada mupengnya, walaupun dari mulut bilangnya, "tenang sajaaa, ada yang terbaik nantinya buat kita, di waktu yang terbaik. Pangeran ber-escuda putiih itu akan dataang (ya iyalaahh, nunggu yang ber-escuda maahhh susyeeeehh, non! Nunggu sampe umur 40? Gak kaaaan?! Ahaha.... Survey membuktikan, rata-rata orang akan mapan di usia sekitar 40-an. Ini bukan survey saia. Saia cuma ngutip doang mah. Hehehe...)
Mupeng juga terbagi dua :
3a. Mupeng Asimtomatis
Haha, gayaa bangeet yah asimtomatis. Intinya, mupengnya sesaat doang. Sesaat setelah mendengar berita. Trus, dengan kesibukan, dengan target-target hidup, dengan banyak hal lain, ia akan terdegradasi begitu sajaaaa...
3b. Mupeng persistent
Naahh, kalo mupeng yang persistent ini niih yang susyeeehh. Pertanyaan yang menggentayangi benak adalah, "Deuuhh, saya kapaaan yaaahhh?" Hehehe...
Naah, kalo mupeng nya udah persistent, maka saatnya melancarkan aksi! Dengan cara yang syar'i tentunyaa. Di antaranya, do'a dan sholat hajat, minta Allah mudahkan. Trus, jangan lupa baikin diri, baikin ruhy. Tapi, jangan sampai salah niaat looh yaahh, baikin diri 'hanya' untuk itu saja. Baikin diri adalah include ke semua lini kehidupan kita, ukhrawi maupun duniawi. Hehe.
Tapi, di balik semua itu, setiap kita harus kembali pada satu hal, bahwa segalanya sudah Dia tetapkan untuk diri kita di lauhul mahfudz sana, jauh sebelum kita mengenali dunia, jauh sebelum kita mengenal A,B,C,D.... A, Ba, Ta, Tsa... Dan yang jelas, tak ada tulang rusuk yang tertukar. (Kalo ketukar sama belanjaan ibu-ibu sebelah yang ternyata isinya gajih, bukan tulang rusuk, tinggal bilang ama tukang daging nya ajaah. Tulang rusuk kan enak dibikin soup. Hehehe... :D Kidding!). Maksudnya, rizki kita takkan tertukar dengan orang lain, jadi tak perlulah kita khawatir akan hal itu. Apa yang Allah tetapkan menjadi milik kita, tak akan nyasar ke tempat orang lain, betapa pun jutaan orang menghalanginya dan membuat makar atas itu. Dan sesuatu yang bukan ketetapannya untuk menjadi milik kita, meski seluruh umat manusia mengupayakannya, tetap saja tak akan pernah menjadi milik kita...
Maka, alangkah lebih baiknya, hal yang perlu kita lakukan itu adalah memperbaiki diri kita terlebih dahulu (Nasihat buat diri sendiri niiih terutamaaa. Masih sering error soalnya. Astaghfirullaah.... Astaghfirullaah....) dan jangan lupaaaa, nyiapin diri juga buat penutup hari-hari kita yang sudah PASTI akan kita jalani.
Siiiipp?? :)
bener banget kayanya kaa...yang 23- atau 20+ kayanya juga gt :D
ReplyDelete@Tina : hehe iyaaahh Tiinaa... kayanya 20+ deh Tin.hehehe
ReplyDelete