Case Maghafir

"Satu-satunya penyesalan terberat dalam hidup saya adalah... karena saya memilih bukan sebab agama." Itu curhatan lirih wanita yang hampir 10 tahun beda usianya denganku itu. Aku tahu, bukan solusi yang dia minta dariku. Ia hanyalah memuarakan rasa. Memuarakan gundah. Dia hanya memintaku menyediakan dua kuping untuk mendengarkan keluh kesahnya. Itu saja.
Imbuhnya lagi, "Saat ini, yang saya inginkan adalah mencari ketenangan. Mencari tempat yang tenang. Saya sudah tak sanggup lagi jika harus menghadapi permasalahan rumah tangga yang begitu berat ini. Saya sudah tak sanggup lagi jika harus ditendang, ditampar sampai biru lebam. Saya sudah tak sanggup lagi jika tidak dinafkahi dan cuma mengandalkan gaji saya yang pas-pasan."

Aku cuma bisa menghela nafas. Tak banyak yang bisa kuberikan pada wanita itu, kecuali sepenggal kalimat, "Semangat Mba. Insha Allah mba sanggup hadapi ujian ini."
Kalimat itu kuucapkan dengan getir. Entah benar-benar menyumbangkan segenap spirit. Sepertinya justru aku yang terseret kesedihan wanita dengan wajah sendu dan sorot mata kosong itu.

Melegalkan Dosa

Sudah lama tak nge-blog yah? hehe.... Sebenarnya buanyaaak cerita yg pengin aku ceritain sama kamuuh Bloggieeee... Tapi, ada beberapa hal yang membuatnya tak terwujud. Hehe... Gakpapa sih yaah Bloggie... :)

Aku pengin cerita tentang kejadian ter-update yang cukup menggelitik. Ketika aku hendak mem-validasi quesionerku kemarin, aku mampir di sebuah rumah makan gituh. Lebih tepatnya, kantin ala anak muda gitulah, meskipun yang mampir juga banyak yang tua-tua. Hihi... :D. Nah, di saat itu datanglah segerombol anak muda, 3 perempuan dan 1 laki-laki. Masih 'bocah', masih berseragam putih abu-abu. Sepasang mengambil tempat di pojok, dan dua perempuan lainnya mengambil tempat di meja yang berbeda.

Nah, di sana ada seorang bapak-bapak sekitaran 30-an mendekati 40-an sepertinya mengenal pasangan itu. Lalu, keluarlah komentar yang sama sekali tidak diharapkan.
"Cewe ang tu yuang? Haa tu iyo tuh yuang, iyo mode tu!" (lebih kurang maksudnya begini : "itu pacar kamu yah? Wah bagus dah! Emang gitu tuh yg namanya anak muda).

Glek!
Astaghfirullaah...

Berguru pada Kesalahan

Baiklah. Ini sebenarnya waktu yang kasib. Tapi, nge-render Video animasi itu masya Allah... lamaaa sekaliii... Dulu, aku ngerender video buat presentasi itu sampai memakan waktu 5-7 jam. Tapi pake laptop odong-dodng sih yang sebenernya spesialiasinya bukan buat program desain. Nah, kalo nge-render kali ini dengan kualitas audio-visual paling prima, yaa seenggak-enggaknya memakan waktu sekitar 1-2-jam an lah. Tadinya mau nyiapin presentasi buat besok, alhamdulillaah ppt komisi kemarin masih bisa dipake. Jadi, Sembari laptopnya nge-render, yo wis, aye nge-blog dulu aaahh... :)

Eh, sebelumnya, ada yang tahu gak ya tentang dunia periklanan?
*nanyanya di blog (yang sepi pengunjung! <-- tapi ini bagus sekalii... hihi..., jadi curhatannya jadi easy. Halaaaaah!), mana ada sih yang nge-jawab, Fatheeel?? Hihi... :D
Rata-rata iklan itu berapa lama sih kalo di televisi? 10 detik? 20 Detik? Rata-rata 15 detik kali yah?!
*Tipi di kosan lagi rusak, sudah lama gak nonton soalnya. Heheuu....

Ah sudahlah...
Tampak-tampaknya, "iklanku" yang berdurasi 11 menit lebih dikit ini akan sangat bikin berlumut jika di-compare dengan iklan di televisi. Aku baru ajah iseng (belajar) bikin kartun-kartun-an buat animasiku. Seruuu juga ternyata, menemukan hal-hal "baru" dan bermain dunia imajinasi dua dimensi.  Jadi ketagihan! *Wah gawaaat niih, animated-addict! Hihi. Tampak-tampaknya aku memang orang spasial banget yah (ciri-ciri orang spasial : suka ngafalin jalan, demen ama gedung-gedung, seneng desain, dan suka menggambar. Tapi aku kurang bisa menggambar, ini salah satu kendalanya lagi dalam pengerjaan animasiku. Ya, seadanya saja lah. Untungnya, aku seneng fotografi walaupun belum bisa dikatakan mahir, masih amat sangat pemula. Tapi, alhamdulillaah cukup membantu. Berasa sekali, selalu saja ada kemudahan di setiap kesulitan). Tapi, ada kendala sih. Aku kemampuan musikalnya rendah. Aku memang sama sekali tak cerdas musik. Jadi, aku bingung memilih backsound nya niih.
Aku jadi inget Depapepe. Menurutku (dengan kecerdasan musik yang amat sangat rendah begini) itu cukup menarik. Akhirnya Depapepe jadi pilihan. Dan lagi, aku habis kehilangan 320 GB data karena hardisk external-ku mengalami kerusakan total dan tak satu pun service komputer bersedia memperbaikinya, jadinya semua file musik ikut lenyap bersama hardisk itu. Jadilah aku memanfaatkan apa yg ada sahaja. Alhamdulillaah, masih ada satu si Depapepe yg nyelip. Hehehe...

Aku mau cerita apa sih? Tuuuhh kaaan, paling demen deh si Fathel curcol di mukaddimah! Manjang-manjangin tulisan ajaaah! -_-"
Aku pengen cerita tentang animasiku. Eits... tapi bukan animasinya, melainkan pelajaran dari kisah pembuatan animasi kali ini.
Ni niih, kerjaan aye selama 5 hari ini :
flash capture

Saya Orang Sunda?? (part 2)

Heheheee... (belom mulai nulis udah "kehkehkeh...." duluan. :D
Sebenarnya aku sudah ceritakan tentang asas praduga kebanyakan orang-orang tentang aku yang lebih sering dikira orang sunda ketimbang Padang. Aku sudah pernah ceritakan ini dua tahun lalu kira-kira, di sini.

Kali ini aku pengen cerita lagi deeh.
Meskipun dalam deadline animasi, tapi si bloggie dilirik jugaak (cukup gak yah 5 hari ngerjain seabrek animasi flash itu? semoga cukup... asalkan bersedia memangkas waktu tidur. *ehh, tapi ko malah nge-blog sih Fathel? Yasudahlah. refreshing dulu boleh kan? sambil "nyontek" dan selancar nyari ide animasinya di internet. hehe...).