Bahagia.
Setiap orang--siapapun itu--dalam kehidupannya pastilah menginginkan kebahagiaan. Ya, bahkan ada yang rela "membeli" kebahagiaan itu di berbagai tempat. "Saya membayar sekian, agar mendapat pelayanan sekian, oleh sebab itu, saya bahagia." Tapi benarkah demikian? Sayang sekali, ternyata anggapan bahwa bahagia itu linear dengan banyaknya uang yang dimiliki atau seberapa harus membayar kebahagiaan mungkin masih melekat di pikiran kita. Padahal, tidak selalu--bahkan lebih sering--kebahagiaan itu tak terukur dengan mata uang. Bahkan hal-hal sederhana sekalipun, justru lebih menghadirkan kebahagiaan. Sebab bahagia bukan soal uang, tapi ini soal hati.
Apakah seseorang berpenghasilan puluhan juta satu bulan, tinggal di istana mewah, apapun yang diingini tersedia, ada banyak pelayan-pelayan yang loyal, lantas kita menilai dia bahagia? Belum tentu! Dan apakah seseorang yang tinggal di rumah sederhana, lalu apapun tidak selalu available lantas dia tidak berbagaia. Belum tentu! Lagi-lagi, ini soal hati. Dan aku rasa, pernyataan yang aku sebutkan di atas adalah pernyataan klise. Aku yakin, kamu sekalian sebenarnya juga sudah tau dan--dengan sedikit agak memaksa--sependapat denganku. Hihi... Maksa bangeet yaahh. Kalo nda sepakat sih boleh ajah sih yaa, asalkan jangan suka memplintir fakta di halayak publik padahal mata penonton juga tidak buta dan tidak semua orang juga bisa dibodohi. Kadang, yang membodohi itu justru lebih terlihat bodoh. Entahlah... *Agak gerraaam sih melihat pemberitaan di media yang suka aneh-aneh. Aku sih sejujurnya tak berhak menjustifikasi begini, apalagi yang aku tahu informasinya cuma sepotong-sepotong. Tapi, maafkanlah...aku agak sedikit kecewa saja dengan pemberitaan di media yang sarat dengan unsur kepentingan entah untuk siapa. Apakah karena 2014 itu sebentar lagi? Entahlah. Tapi, aku sangat yakin bahwa kebenaran itu akan menunjukan diri dengan caranya sendiri.
*Ups, tadinya ngomongin bahagia, ko malah jalan-jalan ke topik media sih? Hehe... Okeh, back to topic lagi deh.
Banyak hal-hal sederhana yang justru menghadirkan kebahagiaan yang luar biasa. Dalam kehidupan suami-istri misalnya. Eheeeemm.... (silahkan ber-ehem riaa. Nda dilarang ko hihi :P). Kebahagiaan itu bukanlah saat si suami memberikan intan berlian, rumah mewah, mobil baru. Bukaan. Sama sekali bukan. Jika hanya sebatas itu, sungguh "terlalu murah" harganya sebuah kebahagiaan. Sebab, ketika tak ada intan berlian, tak ada mobil baru, tak ada rumah mewah, akan berarti tidak berbahagia kan yah?
Kebahagiaan itu, justru datang dari hal-hal yang mungkin kita nilai sederhana. Tapi di sanalah justru letak nilai kebahagiaan itu. Sederhana. Sederhana saja. Siapapun dapat melakukannya.
Sebuah senyuman misalnya. Itu sungguh mendatangkan kebahagiaan yang menentramkan jiwa-jiwa kita.
Sebuah perhatian misalnya, "Kamu belum tidur, Sayang?" itu adalah sebentuk bahasa kebahagiaan.
Sebuah wajah ceria dan sapaan, "Apa yang harus aku lakukan untukmu?" Itu--bagiku--adalah sebentuk kebahagiaan, meskipun sebenarnya kebersamaan dengannya--tanpa ia melakukan apapun--sudah lebih dari cukup.
Ada bahagia saat diperbaiki bacaan Al Qur'an. Ada bahagia saat muraja'ah bersama. Ada bahagia saat kita diingatkan, saat dia mengayomi, saat ada seseorang yang bersedia mendengarkan keluh kesah, menyemangati, men-support. Sungguh, itu adalah sederet daftar kebahagiaan. Sederhana bukan?
Bahkan sepotong roti di pagi kita, dan tiba-tiba ada seseorang yang menyuapkannya untuk kita, sungguh adalah kebahagiaan yang menurutku intangible jika harus dikonversikan ke dalam mata uang.
Sungguh, bahagia itu sederhana. Sebuah senyuman. Sebuah kecupan. Sebuah rangkulan. Sebuah bisikan kata-kata indah. Dan ada yang lebih membahagiakan dari itu. Bahwa kita, akan selalu berbahagia ketika membuat seseorang yang begitu ingin kita bahagiakan itu berbahagia. Siapapun itu. Entah suami/istri, orang tua, saudara, teman dan sebagainya. Karena hakikat mencintai sesungguhnya adalah pembahagiaan yang tanpa pamrih. Allahu'alam bish-shawab.
"Karena hakikat mencintai sesungguhnya adalah pembahagiaan yang tanpa pamrih", i quoted. Thanks my lovely Wife.
ReplyDeleteThanks my lovely Hubby :) <3
ReplyDelete