#Seri PIO 2: Bolehkah Menyimpan Obat di Kulkas?
Sebelumnya, mari kita “intip” sedikit tentang bagaimana pembuatan obat. Obat di industri farmasi diproses sedemikian rupa dengan cara yang sangat higienis, aseptis dan melalui prosedur-prosedur yang memiliki stadardisasi tertentu. Pembuatan obat dilakukan dengan sangat hati-hati, baik itu dosis, zat yang pendukung, hingga penyimpanannya. Pada umumnya obat dirancang sedemikian rupa dan dibuat stabil pada suhu kamar atau temperatur ruangan., kecuali obat-obat tertentu (in syaa Allah kita bahas nanti yaa...).
#Seri PIO 1: Amankah Minum Obat Saat Hamil?
Dahulu kala, orang-orang tidak terlalu aware dengan efek samping obat pada janin. Hingga, suatu peristiwa menggemparkan telah terjadi. Pada tahun 1960-an, ada sebuah obat yang disebut Thalidomide. Obat ini indikasinya adalah untuk orang-orang yang mengalami susah tidur atau insomnia. Tapi, si Thalidomide ini ternyata juga bersifat anti mual muntah sehingga banyak diresepkan untuk mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil. Tapi, peristiwa mengejutkan terjadi! Ternyata banyak anak yang terlahir cacat, baik itu amelia (tidak punya kaki dan tangan), pokomelia (kaki dan tangan tidak lengkap) dan kecacatan organ lainnya. Ada sekitar lebih dari 10.000 anak yang mengalaminya. Setelah ditelisik, ternyata, kejadian itu terjadi pada anak-anak yang ibunya ketika hamil mengkonsumsi thalidomide untuk mengatasi mual dan muntah. Ini sungguh "kecelakaan" yang sangat menggemparkan dunia medis pada tahun itu.
Kisah Orang Kampung di RS Modern
Sebelum aku menginjakkan kaki di rumah sakit, aku pernah mengunjungi klinik terlebih dahulu (untuk medical test dalam rangka pembuatan Iqama/resident permit dan pregnancy test). Awalnya aku terheran-heran, yang namanya klinik, dalam bayanganku paling yaa ga segitunya lah yaa... Ga gede-gede amat. Tapi, ini klinik koq nyaris kayak rumah sakit. Hehe... *kayak katak dalam tempurung dah akuuh. Haha. Maklum, belum pernah ke luar negeri sebelumnya... Hihi...
Tapi kesimpulanku adalah, taraf kualitas kesehatan di sini jauh jauh jauh lebih baik dari pada di Indonesia.
Bahkan kata salah seorang petugas rumah sakit yang mengurusi alkes (yang kebetulan adalah orang Indonesia), di sini peralatan medis canggih dan ada alkes yang di Indonesia cuma punya satu alat dan amat langka, di sini di 1 rumah sakit aja punya beberapa. Ma syaa Allah...
The Luckiest Wife
=======ANTARA NIKMAT DAN SYAHAWAT
Bila seseorang mencari pasangan hidupnya dominan unsur syahawatnya, maka menikah baginya hanyalah kesengsaraan, bukan kenikmatan. Nikmatnya hanya beberapa menit dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu yang ada hanyalah penderitaan. Bila istri sudah hamil, kenikmatan mulai berkurang. Apalagi kalau hamilnya bermasalah. Setidaknya rasa mual, tidak suka dengan aroma tertentu, muntah-muntah tiap sebentar, tidak berselera dengan makanan tertentu dan berbagai permasalahan lainnya. Apalagi kalau sampai terbaring, harus istirahat, sering pendarahan dan lain-lain.
Maka suami akan berubah menjadi pelayan istri. Menyiapkan makanan sendiri, mengurus rumah, mencarikan alternatif makanan bagi istri yang lagi tidak berselera makan. Tak jarang ada suami yang harus menggendong istrinya dari kasur kesumur dan sebaliknya. Mengangkatnya ke mobil dan tiap sebentar harus pergi ke dokter. Kalau sekali-sekali mungkin masih bisa dikerjakan dengan senang, kalau hampir tiap hari seperti itu, tentulah itu beban yang berat.
Apalagi bagi sang istri. Kondisi hamil telah membuat perubahan-perubahan pisik, jiwa dan emosional. Berbagai kepayahan akan dia tanggung dalam jangka waktu yang panjang. Selama masa hamil sampai melahirkan, hingga tuntasnya masa menyusukan. Lebih kurang 3 tahun lamanya. Karenanya, para pengumbar syahawat tidak berminat untuk menikah, karena itu penderitaan. Kalaupun menikah, biasanya tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya diselipi dengan selingkuh dan sejenisnya.
Konspirasi oh Konspirasi Obat
Sekian lama waktu berlalu, akhirnya aku menyadari bahwa aku telah keliru. Banyak sumber yang kemudian membuatku menyakini bahwa, sebenarnya vaksinasi itu penting.
Baiklah, aku ga akan membahas lebih lanjut tentang vaksinasi di sini. Akan tetapi, mengenai sesuatu yang cukup "menggelitik". Hehe
========================
Ga sengaja terdampar pada sebuah diskusi (apa perdebatan yaa?) antara dua 'kubu' yaitu yang pro dengan vaksinasi dan pengobatan moderen (konvensional) dengan 'kubu' yang kontra vaksinasi dan pengobatan moderen.
Kalimat yang menarik adalah, "vaksinasi dan pengobatan modern itu tak lain hanyalah konspirasi AS belaka. Lebih baik kembali ke pengobatan herbal yang lebih aman, bebas dari efek samping." Atau, "pengobatan modern itu terlalu banyak zat kimianya yang menimbulkan efek samping. Lebih baik yang alami saja."
(Ini redaksionalnya berbeda, tapi intinya adalah sebagian orang yang menolak menggunakan obat modern menggunakan dalih bahwa itu konspirasi dan sebaiknya menggunakan obat herbal).
Sy mencoba sedikit berkomentar di sisi sebagai seorang pharmacist (meskipun sy masih memiliki sedikit pengetahuan dan memang masih harus banyak belajar).
Cara Mengurangi Mual Muntah Saat Hamil
a fresh lemonade :) |
*jd kangen ibuu...hehe...
Belasan Tahun Berlalu
Belasan tahun berlalu. Di mana aku tidak tahu, entah siapa yang telah memoles wajah lugu itu menjadi begitu terlihat "mengerikan" di mataku. Mungkin sebagian orang menganggap itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Tapi... tidak bagiku...
Itu sangatlah memprihatinkan.
Belasan tahun berlalu. Dulu semasa kecil bermain bersama. Sekian jeda tahun, seakan telah luput. Tak pernah bersua. Jika pun bersua, hanyalah sekejap mata. Tapi seperti kejadian ajaib. Setelah sekian lama jeda waktu terhitung tahun itu, wajah yang dulunya lugu, polos, tidak mengerti arti make over, apalagi pakaian minim, kini membuatku begitu terhenyak. Hanya secarik kain kekurangan bahan yang menutupi tubuh itu. Kerudung hanya formalitas. Sekali dipakai, lain kali berganti dengan gaya--yang katanya--sangat modis. Modis ya modis ala kebarat-baratan. Rok yang hanya 10 senti, baju tanpa lengan. Pernah pula tak sengaja... berjumpa potretnya tengah bersama seorang lelaki yang pasti bukanlah suaminya karen ia belum menikah. Dan posenya itu... sungguh memilukan...
Termanguku di sudut sepi. Alangkah mahalnya hidayah itu... alangkah mahalnya... Meski aku belumlah purna, belumlah bisa menjadi lebih baik... tapi hati ini tetap miris... Miris menyaksikan pemandangan dari kejauhan... tentang wajah lugu yang kini sudah tak kukenali lagi. Tak kukenali lagi, siapa dia, jauh... dan sungguh jauh... Dan mungkin... aku terlalu terlambat untuk menyadarinya... setelah sekian lama waktu berlalu.... setelah belasan tahun...
Semoga.... semoga... semoga hidayah senantiasa terlimpah atasku dan keluargaku... dan juga semoga hidayah menghampirinya... menarik secarik kain singkat... agar menutupi seluruh tubuhnya...menghapus seluruh aksesori warna warni di wajahnya...berganti wajah bersahaja, wajah teduh, wajah polos sebagaimana yang kujumpai belasan tahun silam...