Ibu-ibu, obat-obatan adalah sesuatu yang tentunya pernah ada di rumah kita, terlepas dari sering atau tidaknya kita menggunakannya. Hampir mustahil ada orang (apalagi ibu-ibu) yang tidak pernah melakukan runtutan check-up (yang paling sering untuk anak), kemudian menebus resep, membawa pulang obatnya, memberikan obat, dan terakhir menyimpannya. Mungkin rentetetan awal sudah kita lakukan dengan benar. Lalau bagaimana dengan urutan kegitan yang disebutkan terakhir di atas; menyimpan obat? Adalah hal yang biasa dan lumrah—sebagaimana kita menyimpan makanan dan minuman—kitapun menyimpan obat di lemari pendingin/kulkas. Tapi, benarkah yang demikian?
Sebelumnya, mari kita “intip” sedikit tentang bagaimana pembuatan obat. Obat di industri farmasi diproses sedemikian rupa dengan cara yang sangat higienis, aseptis dan melalui prosedur-prosedur yang memiliki stadardisasi tertentu. Pembuatan obat dilakukan dengan sangat hati-hati, baik itu dosis, zat yang pendukung, hingga penyimpanannya. Pada umumnya obat dirancang sedemikian rupa dan dibuat stabil pada suhu kamar atau temperatur ruangan., kecuali obat-obat tertentu (in syaa Allah kita bahas nanti yaa...).
Pada pembuatan obat, zat yang terkandung dalam tablet atau sirup yang kita tebus di apotik atau klinik, bukanlah semata terdiri dari satu zat aktif yang dijadikan obat saja. Semisal Amoxicillin sirup atau tablet. Di dalam Amoxicillin tidaklah semata terkandung zat Amoxicillin saja, tetapi ada zat pengisi, pengikat dan penghancur pada tablet, atau zat pelarut, pewarna, pemanis, mengawet pada sirup. Pembuatan obat-obatan ini didesain formulanya untuk stabil pada suhu ruangan. Sebagaimana saat kita memasak kemudian mencampur coconut milk powder santan, cabe dan rempah atau bahan makanan lain di dalam air, tidak serta merta segera larut. Pada suhu tertentulah semua bahan itu bisa tercampur dengan baik. Begitu halnya dengan obat, tidak mudah mencampurkan berbagai macam zat yang kelarutan yang berbeda (bahkan ada yang tidak larut air) dan dengan berbagai upaya dan formula, akhirnya zat-zat tersebut larut dan menjadi obat yang baik untuk membantu menyembuhkan kita.
Dengan desain yang sedemikian rupa, temperatur tentulah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kestabilan obat. Oleh sebab obat dirancang sesuai suhu ruangan, maka penyimpanan obat di suhu yang lebih panas (seperti di dekat pemanas, berdekatan dengan alat elektronik yang mengeluarkan panas) atau pada suhu yang lebih dingin (di kulkas) dapat mengganggu stabilitas obat. Jika stabilitas obat terganggu, maka sangat mungkin dapat mengurangi khasiat zat aktif. Gangguan stabilitas tersebutlah salah satu sebabnya, kadang ketika kita sudah minum obat dengan teratur, ternyata kita masih merasakan gejala. Obat pada umumnya sebaiknya tidak disimpan pada tempat-tempat yang extrem seperti terlalu panas atau terlalu dingin.
Nah, ada yang protes nih, “Ga boleh doong nyimpen obat di kulkas?” jawabannya, “ya boleh laah!”
Nah lho?
Hehe, jangan bingung dulu ya ibu-ibu. Obat-obat tertentu memang ada yang mesti disimpan di kulkas. Apa saja itu? Misalnya, insulin (obat untuk penderita diabetes), suppositoria (obat yang diberikan melalui anus), beberapa “produk biologi” seperti plasma, beberapa antibiotika untuk obat suntik. Untuk obat-obat yang diinstruksikan disimpan di kulkas, maka simpanlah pada suhu 2-8 ÂșC. Nah, ada juga obat-obatan yang mesti disimpan di freezer, maka mestilah disimpan di freezer yang memiliki “pemisah” dengan bahan makanan lain. Pemisah boleh menggunakan suatu kotak atau lainnya yang tertutup rapat, yang terpenting tidak bercampur dengan bahan makanan. Selain obat-obat dengan penyimpanannya memiliki instruksi khusus, maka menyimpan obat yang terbaik bukanlah di lemari pendingin/kulkas. Ingat, kita tadi udah bahas tentang stabilitas obat kan Bu ya?
Lalu, gimana dong cara menyimpan obat yang baik dan benar?
Yuuk, mari kita simak beberapa hal yang kudu kita perhatikan dalam penyimpanan obat :
#Pertama; SIMPANLAH OBAT DI TEMPAT KHUSUS.
Tempat khusus di sini bukan berarti kita mesti bela-belain bikin lemari gede atau etalase kayak di apotik itu loh, ibu-ibu. Tempat khusus dapat berupa satu kotak plastik (yang biasa ibu-ibu gunain buat bawa makanan), atau mau bikin lemari kecil sendiri juga bagus. Tempat khusus ini yaa khusus buat obat-obatan aja, ngga boleh diisikan benda lain selain obat, meskipun hanya permen doang, apalagi tahu isi, ngga boleh. Pisahkan antara obat-obatan yang berupa tablet dengan obat-obatan yang berupa sirup. Tempat penyimpanan obat tidak boleh “bergandengan” dengan penyimpanan barang-barang lainnya, misalnya di atas TV, di rak buku, atau di atas meja. Penyimpanannya mestilah di tempat yang tidak tercampur barang-barang lain, misal di salah satu pojok lemari yang memang sudah dikosongkan untuk obat.
#Kedua, INGAT! HARUS KERING!
Lokasi penyimpanan obat mestilah kering. Tempat yang lembab dapat mengundang pesta pora jamur yang dapat merusak obat-obatan.
#Ketiga, TERLINDUNG DARI CAHAYA MATAHARI LANGSUNG.
Meskipun matahari sehat untuk dede’ bayi sehingga ibu-ibu suka ngejemur bayinya (hehe, emang jemuran? *becanda*), tapi matahari tidaklah bersahabat dengan obat. Sinar UV yang dipancarkan matahari dapat mengganggu struktur obat dan dapat merubahnya sehingga tidak lagi berkhasiat.
#Keempat, JAUHKAN DARI JANGKAUAN ANAK-ANAK
Meskipun misalnya ibu-ibu menyimpan obat untuk diberikan kepada anak-anak tercinta, tapi tetap saja meletakkan obat ditempat yang terjangkau oleh anak-anak merupakan sesuatu yang membahayakan. Coba bayangkan, bagaimana jadinya jika obat KB misalnya bisa dikira permen telor cicak dan kemudian tertelan oleh anak-anak. Itu sangat membahayakan. Bagaimana jadinya jika sirup Paracetamol misalnya diminum sampai habis oleh anak-anak, dikira jus strowberry. hehe...
#Kelima, PERHATIKAN EXPIRE OBAT
Hal yang harus kita aware adalah expire obat! Obat yang sudah kadaluarsa sebaiknya segera berpindah ke tempat sampah. Obat-obatan sirup, jika sudah dibuka, hanya boleh digunakan selama 2 minggu*.
Demikian hal-hal yang harus kita perhatikan dalam penyimpanan obat. Semoga bermanfaat bagi ibu-ibu sekalian.
*Pada umumnya, namun ada kondisi pengkhususan untuk obat-obatan tertentu...
---------------------------
Ini pernah dimuat di buletin Annisa edisi Februari 2014...
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked