Ramadhan 1435 H : So Different, So Amazing

Alhamdulillaah segenap syukur kehadirat Allah atas segala curahan nikmat dan rahmat-Nya, Dia sampaikan kami ke bulan yang penuh barokah ini. Alhamdulillaah...

Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. It's so different, and also Amazing! Ini puasa pertama yang aku lalui bersama suami jauuh di negeri rantau. Negeri dengan ribuan masjid. Negeri di mana peradaban Islam bermula. Itulah amazing yang pertama di Ramadhan kali ini, menjalaninya di tanah gurun bersama suami. Tahun lalu, Ramadhan masi kami lalui dengan LDR (hiks...). Alhamdulillaah... ini Ramadhan pertama bersama suami. :)

Ramadhan ini juga terasa sangat sangat sangat berbeda dan amazing karena dilalui pada musim panas (suhu sekitaran 42-45º C, dikabarkan mencapai puncaknya 53º C) dan siang yang lebih panjang dari malam. Malam terasa singkat dan ditambah pula waktu isya yang lambat dan waktu subuh yang cepat. Ma syaa Allah... perjuangan yang luar biasa... dan harus dilalui dengan penuh semangat!!!

Ramadhan ini sungguh berbeda dan amazing! Sebab ini Ramadhan pertama pula yang kulalui dalam kondisi hamil. Dengan kondisi panas dan waktu siang yang lebih lama dan dalam kondisi hamil, itu benar-benar amazing. Walaupun dokter berkata, "it's okay for you and your baby.", tapi tetap saja yang tau kondisi diri sendiri yaa kita sendiri. Butuh extra Semangaaaat dan mujahadah yang kuat... Semoga Allah memberikan kekuatan untuk menjalankannya. Aamiin yaa Allah...

Sederet Kombinasi Huruf-Angka

Sekitar 3 tahun lalu, ketika kartu ATM aku lecek dan sama sekali tidak bisa digunakan lagi, aku galauu dong yaah. Walaupun isinya tak seberapa, tapi kartu ATM itu sangatlah penting untuk menyambung hidup. Hehe... Mau ngantri di teller? Deuhh, membayangkannya saja sudah ga sanggup. *lebay!!!

Akhirnya, aku putuskan untuk menuju bank yang berlokasi di fakultas psikologi UI (yang terdekat dengan kosan kala itu). Biar gratisan, aku naik sepeda dari shelter FKM. Hehe... *info ndak penting!! Setengah ngos-ngosan aku ambil nomer antrian menuju costumer service. Ga lama menunggu, akhirnya aku keluhkanlah nasib yang menimpa kartu ATM ku itu yang bentuknya sudah sangat jauh dari elok. Informasi dari mba CS nya adalah bahwasannya kartu ATM hanya bisa direnewal di kantor pusat. Lokasinya di dekat kantor walikota Depok. Yo wis akhirnya aku ke sana deeh.. ke kantor pusatnya.
Naahh, alhamdulillaah aku mendapat kartu ATM yang baru dalam jangka lebih kurang 1 jam. Tapi, salah satu tawaran dari mba CS di kantor pusat adalah gimana kalo aku bikin i-banking juga? Waktu itu aku emang ga mikir, apa perlunya sih i-banking buat aku? Toh, duit di sana juga ndak seberapa... Ya kaaan? Tapi karena aku memang pada dasarnya memiliki rasa penasaran di atas rata-rata, ya sudah aku bikin deh akun i-banking atas dasar "penasaran". Heheehe...

Blunder

Akhir-akhir ini istilah "blunder" sedang menjamur yak? Seiring dengan menghangatnya susasana jelang pilpres. Tenaaang, brow! Aku ga akan ngomong soal Blunder Pilpres koq. Mungkin sudah banyak yang jenuh. :D

Blunder yang akan kuceritakan kali ini adalah blunder-blunderan. Lho? Mungkin setiap kita pernah mengalami yang namanya blunder. Melakukan kesalahan yang mungkin akan merugikan diri kita sendiri atau setidaknya membuat kita malu besar atas ke-blunder-an itu. Mungkin kesalahan itu sudah berlangsung lama, tapi masi membekas hingga sekarang. Setidaknya, setiap kali mengingatnya, membuat wajah kita bersemu merah menahan malu dan ingin cepat-cepat mengenyahkannya dari pikiran yang sempat terlintas.

Ahh, blunder. Kadang rasanya ingin sekali kita memaki diri sendiri atas kesalahan lalu--blunder--itu. "Mengapa aku bisa sebodooohh iniiii?"
Tapi yakinlah, kita melakukan suatu blunder, itu artinya kita adalah manusia. Bukan malaikat. Dan adalah sesuatu yang mustahil jika kita tidak pernah melakukan kesasalan. Karena itulah, Allah menyediakan fasilitas taubat. Sebab kita adalah manusia. Sebab manusia PASTI tak luput dari kesalahan. Dan Allah akan berbangga atas taubat hamba-Nya.

Percayalah, bahwa kesalahan--blunder--yang pernah kita lakukan tidak sepenuhnya buruk selama kita belajar dari kesalahan itu dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Parameternya bukanlah menjadi lebih baik dari orang lain, apalagi hanya merasa lebih baik! Parameternya adalah apakah kita menjadi lebih baik dari diri kita yang dulu.

Yuk ahh semangaaatt!!!

Innalillaah, Kecelakaan Lagi!

Hari ini, sepulang pengajian, kami menyaksikan pemandangan miris yang sebenarnya juga sudah sering disaksikan. Ketika masuk hi-way King Abdullah Road, kendaraan terlihat sangat padat merayap kayak Jakarta. Hehe... Dari pengumuman di layar yang melintangi jalan (apa yah namanya? Hehe... maap ga tau istilahnya apa), tertulis "Caution! Traffic accident." Ya, ada kecelakaan. Dan kecelakaan di hi-way (jalan toll) sangat berpotensi menimbulkan kemacetan puanjaaaaang...

Aku sedikit mengeluh. Biasanya macet begini bisa menghabiskan waktu. Untungnya kecelakaan terjadi tak jauh dari pintu hi-way, jadi selepas melewati mobil yang tabrakan, jalanan kembali normal. Alhamdulillaah...
Ada dua sedan yang sudah bonyok bagian depan dan belakangnya dengan posisi miring melintangi jalan. Pantasan saja jadi macet. Tak lama kemudian, kira-kira 500 meter setelahnya, ada lagi kecelakaan beruntun yang melibatkan sekitar 3 mobil. Innalillaah... Dan parahnya, sekitar 1 km setelahnya... ada kecelakaan beruntun lagi yang melibatkan sekitar 4 mobil. Innalillaahi... Total ada 3 kecelakaan dengan jarak yang berdekatan terjadi kecelakaan yang mungkin waktunya juga berdekatan. Innalillaah....

Sebenarnya, dari total perjalanan yang aku tempuh di Kota ini, sekitar 60-70% nya aku saksikan kecelakaan. Hampir saja kecelakaan menjadi pemandangan yang "biasa" disaksikan di sini. Jika tidak ada kamera pemantau dengan resolusi tinggi di penggiran jalan, maka menerobos lampu merah adalah pemandangan yang lumrah kita dapati. Sulit sekali mereka untuk mengalah. :'(
Kamera Termahal :))

#Seri PIO 3: Obat Paten atau Generik?

"Dokter, pokonya saya mau obatnya yang paten yaa Dok. Ga mau yg biasa-biasa aja gitu.. uhmm apa yaa namanya... oh iyaa generik." Permintaan ini mungkin cuma karangan saja. Akan tetapi, ini pernah kita jumpai di tengah-tengah masyarakat, bukan?

Edisi informasi obat kali ini, aku cuma pengen berbagi informasi terkait salah kaprahnya obat paten. Mungkin ada sebagian di antara kita yang salah menduga mengenai obat paten. Obat paten sering diartikan obat yang benar-benar pancen oyee, numero uno, paten dalam hal menyembuhkan. Oleh sebab, salah memahami inilah akhirnya kita terjebak pada pemikiran bahwa obat mahal = obat paten = lebih cepat menyembuhkan dan lebih baik adanya sehingga kita meminta dokter untuk meresepkan si obat paten.

Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai obat paten, mari kita telusuri sedikit mengenai kisah panjang perjalanan suatu obat sehingga boleh dipasarkan. Suatu bahan obat yang istilahnya dikenal dengan API (active pharmaceutical ingredients) alias bahan aktif yang diduga berkhasiat sebagai obat akan melewati perjalanan yang sangaaaatt panjang dan lamaa hingga menjadi obat yang ada dihadapan kita saat ini (dalam bentuk apapun baik tablet, sirup, obat suntik dll). Hal yang pertama yang dilihat adalah keamanannya... lalu khasiatnya pada hewan uji. Jangan lupa, ada deretan puanjaaaaaaang upaya untuk memurnikan si API yg pada mulanya terdiri dari berbagai macam zat aktif. Ada tahapan uji klinis. Ada tahapan formulasi. Ada pre dan post marketing surveylance. Pokonya kalo diceritakan, mungkin bisa sampai setebal novel bang Tere-liye. Hehe... Dan jangan dikira itu bisa selesai 1 bulan 2 bulan. Bisa sampai 10 tahun lebih, bo! Berapa biayanya? Pokonya biaya kampanye capres cawapres kalaah dah! Bisa sampai 200 juta USD bahkan lebih! (Kalo dirupiahkan berapa kira-kira itu yaa?)