Aku Menyesal...

Waktu sudah berlalu sedemikian lama. Hampir seperempat abad sudah, aku tapaki bumi ini… Dari sekian banyak waktu dan kesempatan yang sudah terlewatkan, sesungguhnya menghadirkan begitu banyak penyesalan. Menyesal mengapa tidak begini dan tidak begitu dulunya. Ya, sungguh banyak sudah kesempatan…banyak sudah waktu yang terlewat dengan amat sangat percuma…. Bohong jika aku tak menyesal. Sebab aku tak pernah belajar untuk menyesal di awal. Jikalah pengandaian itu diperbolehkan, mungkin hari ini aku membutuhkan ratusan lembar kertas untuk menuliskan “Ah, andai saja aku dulu begini…” Selalu saja penyesalan itu datang kemudian. Mungkin memang begitulah sunnatullahnya sepenggal kata PENYESALAN itu bahwa ia tak pernah berada di awal bermula, melainkan selalu pada akhir, pada penghujung, pada sesuatu yang telah di sebut sebagai masa lalu… Ya, mungkin memang begitu adanya…

Tapiii, walau bagaimana pun, aku tentu tak pernah dapat menghukumi masa lalu. Segala yang telah berlalu, sungguh takkan pernah dapat kujemput kembali. Jika ada jet yang dapat menembusi lapisan stratosfier lalu meleset menuju luasnya semesta, maka itu semua menjadi mustahil jika tujuannya adalah masa lalu. Sebab, memanglah tak ada kendaraan yang dapat menujunya, meski pun teori waktu empat dimensi itu kemudian dapat ditemukan bukti kebenarannya… Ah, memang takkan pernah bisa…

Pun, tentang masa depan… Ia-nya juga adalah sesuatu yang tak terlukis secara nyata pada kanvas kehidupan… Sama seperti masa lalu, tak satu pun kendaraan dapat menujunya kecuali waktu-waktu itu sendiri yang mengantarkan kita padanya…, hingga pada satu tarikan nafas terakhir kita untuk menghirup oksigen. Setelahnya, mungkin oksigen tak lagi menjadi berarti….

Ah, semenyesal apapun aku, sesungguhnya aku hanya bisa memilih, untuk terus menyesali, ataukah memikirkan perbaikannya, agar tak terjadi lagi kesalahan yang sama di masa depan. Ya, memilih untuk menatapi dan menghadapi masa depan itu adalah lebih terhormat dari pada harus terus menyesal dan meratapi apa-apa yang telah lalu… Tiadalah segala sesuatunya, kecuali Allah sertakan hikmah dan pembelajaran yang begitu sarat makna di belakangnya. Sungguh, segala yang terjadi, tetaplah adalah sebaik-baiknya keadaan, asalkan kita bersedia memunguti pelajaran yang Allah titipkan pada setiap kejadian itu. Sebab kita harus yakin, bahwa takdir-Nya untuk diri kita adalah sebaik-baik takdir…

Tentang masa yang akan datang, tentang waktu yang akan kusongsong, mengapa harus mengkhawatirkannya? Jika baik menurut-Nya, PASTI akan Dia bukakan jalannya dan jika tak baik menurut-Nya, PASTI Dia akan ganti itu dengan sesuatu yang lebih baik… Bagaimana aku bisa mengatakan sesuatu itu buruk, sementara aku tak belumlah mengetahui segala kebaikan yang Allah sertakan dibelakangnya? Mengapa aku harus mendahulukannya dengan prasangka-prasangka keburukan dan estimasi-estimasi kerendahan sementara tabir di hari depan belumlah terkuak? Bukankah aku, manusia dhaif, memanglah terlalu dhaif untuk hanya mengatakan sesuatu itu baik atau buruk, sementara Dia, Sang Maha Pemilik Keputusan jauh lebih mengetahuinya?

Aah, diriku! Bukankah sebaik-sebaik hasil sebuah keputusan penting dalam hidupmu adalah setelah komunikasi paling intens dengan Rabb-mu? Dan bukankah, segala keputusan penting dalam hidupmu itu mesti ‘menyertakan’ dan ‘mengkomunikasikan’nya dengan Rabb-mu? Ahh, diriku… Ini tak cukup dengan letupan emosi sesaat saja. Ini tak cukup hanya dengan melibatkan perasaan dan pemikiranmu saja! Apapun itu, ada hal yang lebih penting dan utama dari sekedar itu semua saja… Rabb-mu…Ya, Rabb-mu, yang ditangan-Nya segala Keputusan…

Mannajah wahai dirikuu…!

Berhentilah Nge-Blog Sekarang Juga

Mulai tersadar untuk menghentikan ini, pasca diskusi di group Jarwil FLP....
Sentilan sederhana memang, bahkan mungkin si penyampainya ndak nyadar kalo lagi "nyentil" , tapi kemudian diriku jadi  ngerasa and baru tersadar--> selama ini tak sadar aka pingsan yak? hihi...#becanda...
Kata-kata sederhana itu adalah..."Maen di Blogspot banyak menghabiskan waktu, sering terlalaikan dari pekerjaan" (redaksional berbeda nih). Hehe... Jangan ketawain diriku yah Bloggie...

Oh iyaa, ada kata yang harus dilengkapi dari Judul Postingan di atas...
Seharusnya.... Berhentilah Nge-DESAIN Blog Sekarang Juga!

Ya...Ya....Ya....
Sepertinya memang harus berhenti Nge-Desain Blog sekarang juga jika tak ingin menghabiskan waktu...
Jika tak ingin kehilangan umur di depan lepi.... Heuu...

Ternyata, nge-Desain Blog itu...lebih addict dari pada Diazepam dan Alprazolam --> Heuu....paraaahh...
(Kalo morfinn dan heroin belom pernah nyoba dan insya Allah tidak akan pernah mau mencobanya kecuali dalam kondisi gawat medis, jadi belom tau addictnya kek mana. So, objek pembandingnya cukuplah Diazepam sahaja...hihi --> mulai ngaurr !!)
Jika sudah getol-getolnya maen CSS-an, maen jQuery, maen HTML-an agak suka lupa waktu...
Jadiii, HARUS dihentikan sekarang JUGAK!
--> Inilah mengapa saia senang sekali berstatus "pengangguran" (a.k.a. tak bekerja sesuai propesiku) dan selalu saja merasa kekurangan waktu dan tak pernah bosan 'menganggur', sebab, dunia perbloggingan ini terlihat begitu mengasyikkan dan memenuhi satu sisi di batok kepala #halah, apaan sih!#...
--> mungkin beginilah yang dikatakan bahwa dunia hanyalah senda gurau belaka... huwaaaahhh.... >.<

Ya....Ya....Ya....
Sebenarnya bukan bermaksud untuk meng-hentikan hobby, tapiii, ini menyoal waktu yang terlalu berharga untuk disiakan....
Meski desain blog juga adalah sebuah kanal dari hobby dan optimalisasi serta aktualisasi (sekalian ajah sosialisasi, politisi, petisi, farmasi...--> mulai GJ), tapiii, segala yang overdose menjadi buruk pada akhirnya....
Ya, cukuplah sampai di sini saja...

Lebih berharga waktu itu untuk hal-hal bermanfaat lainnya...
sebelum lebih jauh terlena, harus segera kembali ke dunia nyata....hehe


Ya, cukuplah sampai di sini saja...
Insya Allah esok, 'siklus hidup' harus berubah....
Yak, B-E-R-U-B-A-H
Karena Kamu Fathel, tak pernah tau, kapan dan di mana ending hidupmu! (--> tolong yang ini diingat-ingat yak Fathel!)
Jika banyak waktu yang kau habiskan di sini, Fathel..., sungguh betapa meruginya kau, Fathel...
Amat sangat merugi...


Hayuu, benahi hidupmu!
benahi hidupmu!
benahi hidupmu!


_____________________________________
*postingan ketika lagi galau....--> titik kulminatif....grafik kurva minimum...
  --> Hayooo, bangkit dan bersemangat lagi....
  --> Upgrade diri (ruhiy, fikry and jasady!)

Ketika Anak Bertanya

Ada kisah menarik ketika aku menemani si Kakak dan Si Dedek menjelang mereka tidur. Ini kali pertamanya aku begitu sulit untuk menjawab pertanyaan anak umur 7 dan 8 tahun itu. Ya, pertanyaan anak-anak...

"Tek Pi, kenapa kita tak bisa melihat Allah?"
"Di mana Allah itu berada, Tek Pi?"
"Allah itu kata Tek Pi tadi Maha Kuasa, bagaimana Maha kuasanya?"
dst...

Sejujurnya, menjawab pertanyaan ini bagiku cukup sulit. Sulit sekali memilih bahasa yang pas, agar mereka dapat memahaminya, dengan tepat dan benar. Bukan hanya sebuah jawaban asal-asal saja, agar mereka tak lagi bertanya balik...

Dahulu, aku tak begitu memperhatikan hal ini. Tapi belakangan, ini cukup menarik perhatianku. Tentang kepolosan dan keluguan anak-anak. Mereka tak mengenali apa itu rahasia, apakah itu adalah layak disampaikan ataukah belum...

Anak-anak akan menceritakan sejujur-jujurnya segala informasi yang mereka terima. Ini menyoal apa yang mereka serap nih yah, bukan penyikapan mereka atas sesuatu. Jika dalam hal penyikapan mereka yang misalnya mencoba membela diri untuk suatu kesalahan, maka kebohongan mereka akan nyata terlihat dari mata mereka. Kali ini, fokusnya adalah tentang informasi yang diserap, bukan feedback. Kita batasi di sini yah? ^_^

Yak, anak akan bercerita segala apa yang mereka serap, kepada siapa saja. Aku pernah mengalaminya. Suatu ketika, seorang anak mendapatkan informasi bahwa keluarga mereka akan membeli mobil, padahal rencana itu masih sangat jauh, dan orang tua mereka merahasiakannya pada orang lain. Tapi, kemudian dengan innocentnya sang anak bercerita, "Kak, ayah ibuku mau beli mobil lho. Tapi, tidak boleh dikasi tau dulu." Nah loh?! Bukankah si anak sedang mengasi tau sesuatu yang tidak boleh dikasi tau itu kepadaku? Iya kan yah? Iya. Mereka menceritakannya begitu saja. Ini bukan yang pertama. Pernah di lain waktu, aku mengajak seorang anak membeli makanan tanpa sepengatahuan ibunya. Maksudnya, kami minta ijin sama ibunya untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat, tapi bukan untuk membeli makanan sebagai tujuan utamanya. Di perjalanan kami singgah di sebuah minimarket. Lalu aku bilang sama dia, "Dek, jangan kasih tau bunda yak, kalo kita beli ini." (hihi, jangan ditiru yak!heuu...). Sesampainya di rumah, si bunda bertanya, "Nak, itu jajanan beli di mana? Pake duit siapa?" Si anak kontan menjawab, "Di belikan kakak itu bunda, tapi ndak boleh dikasi tau." Gubrak!!

Yah, begitulah polosnya anak-anak. Peristiwa ini memberikan pelajaran bagiku (semoga juga untukmu) bahwa kita HARUS BERHATI-HATI sekali dalam MEMBERIKAN SESUATU INFORMASI PADA ANAK. Jika informasinya baik, itu bukanlah masalah. Bagaimana jika itu adalah informasi yang tidak baik?

Hal ini juga terjadi pada case "menjawab pertanyaan anak"....
Jangan sampai jawaban pertanyaan itu adalah jawaban ngasal saja, agar mereka tak bertanya lagi. Justru yang diberikan itu adalah jawaban pertanyaan yang benar, dan tepat, sehingga tak terjadi kesalahan pemahaman pada mereka.... Pilihan kata yang dapat mereka mengerti, dan tidak menimbulkan pemahaman yang salah bagi mereka...

Allahu'alam....

Penitipan Obsesi

Akhir-akhir ini, aku lebih sering OL dibandingkan sebelumnya. Tapi, anehnya, justru nulisnya lagi mandeg. Heuu... Kabar-kabarnya, otakku tak bisa diajak berkompromi untuk dua konsenstrasi. Hehe. Kayak tombol ON-OFF gituh. Kalo sudah intens dan "ON" di ngedesain , pasti deh tombol "NULIS" nya jadi "OFF". Kalo intens dan  "ON" di nulis, tombol "NgeDESAIN" nya yang "OFF". Heuu... [Pembahasan yang agak sedikit ngaur].Abisnya, aku bingung jugak, bagemana yak istilahnya dan bagaimana membahasakannya. Hehe.

Ah iya, aku punya cerita. Ini tentang PENERIMAAN RAPORT. Yak, karena lagi musim-musimnya mau liburan yang dimulakan dengan pembagian raport kan yah.
Ya, jelas saja bukan aku yang menerima raport, karena aku bukan anak sekolahan lagi. Tapi, adek-adekku.

Entah karena aku adalah sosok yang "idealis", atau entah bagaimana, tapi yang jelas, aku begitu sulit untuk berdamai dengan sebuah "kekalahan", sebenarnya. Meski pada akhirnya aku juga begitu banyak berteman dengan kegagalan dan kekalahan. Hehe (kesiyaaaan...>.<)
[Agak] Sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak memperoleh capaian seperti yang kami semua harapkan. Jauh. Sangat jauh. Bahkan, ini semua tak pernah ada dalam kamusku selama ini. Hehe, idealis yak?! --> Agak sih. Heuu...

Kemudian, dari sinilah aku belajar (kalo dulu hanya dari teori saja), kali ini dari kisah nyata nya langsung, bahwa kita TAK BOLEH MENITIPKAN SEBUAH OBSESI BESAR pada ADIK/ANAK kita, sebesar apapun harapan kita agar mereka memperoleh yang terbaik. Sebab nilai kognitif bukan satu-satunya parameter kecerdasan. Sebab kita tak hidup di jaman yang sama dengan mereka. Sebab bakat dan minat kita berbeda dengan mereka. Sebab, menitipkan obsesi dan harapan besar itu jauh lebih membebankan (bahkan membunuh) mereka dari pada kesakitan yang nyata sekalipun. Sebab, membiarkan mereka bertumbuh dengan potensi mereka sendiri adalah lebih meng-eksplorasi segala potensi mereka dari pada memaksakan sesuatu yang sama sekali tak mereka minati. Dan, ada banyak sebab lainnya....

Sesungguhnya, ingin sekali aku berkata,
"Aduuuh, Dek... Koq cuma dapet segini sih? Seharusnya kamu belajar lebih giat lagi. Masa' sih cuma segini nih? Katanya anak unggulan..."
Tapi, kutahan kata-kata itu agar tak keluar... Sebab, kata-kata itu PASTI AKAN SANGAT MEMBUNUH...AKAN SANGAT MEMBEBANI MEREKA...dan PASTI AKAN MEMBUAT MEREKA BERTAMBAH TERPURUK...
Yang keluar, justru adalah sebuah apresiasi...
"Waah, masya Allah dek. Kaka yakin, kamu bisa lebih baik.... Sebab, yang Kaka tau, kamu adalah anak yang cerdas... Yang ini sudah baik, tapi....ke depan, insya Allah PAsti Bisa Lebih baik dari ini..."

Ayah dan Ibu juga, tak menghakimi mereka dengan berkata, "Aaah, rendah sekali! Mengapa sih begini?" Sebuah motivasi justru. Bahkan, tetap disalami dan diucapkan, "SELAMAT!", sembari diiringi dengan motivasi agar kesalahan-kesalahan dan kelalaian-kelalaian di hari kemarin tak terulang lagi di masa mendatang."
--> Dari sinilah aku belajar...
--> Sungguh, sebuah pelajaran berharga sekali bagiku, dan menjadi sebuah catatan tersendiri bagiku...hari ini... (maka, aku berharap, semoga engkau pun begitu....)

Ya, belajar untuk tidak menitipkan obsesi kita... Dan MENUMBUHKAN serta MENGEMBANGKAN mereka dengan MOTIVASI.... MOTIVASI untuk MENJADI LEBIH BAIK LAGI...

Allahu'alam...

#Hehe, barang kali, pemahamanku soal ini masihlah sangat dangkal... Jadi, jika engkau punya   pendapat yang berbeda, ataupun sebuah masukan yang membangun, aku dengan senang hati menerimanya dan sangat apreciate dengan hal itu....
#Semoga bermanfaat....

Aku Gagal, Tapi...

Dahulu, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, satu hal yang paling aku takuti adalah GAGAL menjadi peringkat pertama. Aku begitu takut, jika aku tak menduduki posisi itu. Dulu, ketika aku masih sangat kerdil dan begitu sempit memandang kegagalan itu. Tapi, semakin banyaknya aku berjumpa dengan realita, semakin menjejaki langkah, aku mulai harus menjumpai 'kegagalan' menurut kaca mata pemikiranku yang sederhana itu. Banyak sekali.

Aku yang 'paranoid' ketika gagal, justru Allah hadirkan berbagai macam kegagalan. Ya, aku banyak berjumpa dengan kegagalan, menyoal apapun itu. Bukan hanya prestasi akademis yang terbilang cukup prestisius itu, tapi juga kegagalan dalam potongan fragmen lainnya. Menyoal kehidupankah, menyoal hatikah, menyoal apapun itu.

Ya, berdamai dengan segala bentuk kegagalan. Inilah yang menjadi pilihan kemudian. Kemenanganku kali ini adalah ketika aku telah mampu berdamai dengan kegagalan demi kegagalan. Telah bisa tersenyum terhadap kegagalan-kegagalan yang menemani setiap episode perjuangan.

Hari ini...
Kembali aku gagal. Ya, gagal.
Tapi, sungguh, aku ingin berterima kasih pada kegagalan, sebab kegagalanlah yang mengantarkanku untuk terus mencoba. Untuk terus bangkit. Untuk menjulang lebih tinggi. Kegagalan memberiku 'nafas' untuk bangkit, dari segala keterpurukkan. Sesering apa kegagalan menghampiriku, maka itu artinya telah sering pula upaya yang telah dilakukan. Dan, setiap rangkaian proses itu (meski pada akhirnya menemui kegagalan jua), tetap saja meninggalkan begitu banyak pelajaran. Ya, setiap kali gagal, maka setiap kali itu pula, bertambah perbendaharaan pelajaran kehidupan. Itu jauh lebih berharga dari pada sebuah sukses yang cuma-cuma. Bukan terasa manis sebuah kesuksesan, jika tak pernah melewati serangkaian proses pahit. Sebab, manis akan terasa begitu berarti setelah kita rasakan pahit terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa mengatakan sesuatu itu manis sementara kita tak tahu bagaimana rasanya pahit?

Memilih untuk terus mencoba, untuk terus menerus berupaya, meski pun kemudian gagal adalah lebih terhormat dari pada memilih untuk undur diri hanya karena takut akan kegagalan. Memenangkan diri atas kegagalan baru kusadari ternyata adalah sebuah kemenangan, sebelum kita meraih kemenangan dan kesuksesan yang sesungguhnya.

Ya, aku memang gagal...bahkan sering gagal..., tapi, bukan berarti ini adalah akhir dari perjuangan. Karena bagiku hari ini, setiap kegagalan, selalu menyimpan hikmah luar biasa. Dari gagallah kita belajar untuk sukses....
Seribu kemenangan!
Sungguh, ingin kugenggam ia.
Jika bukan hari ini, tak mengapa....
Insya Allah, esok....
Biarkanlah dulu, proses-proses beraneka rasa itu yang kemudian menemaniku menuju 'seribu kemenangan' itu...insya Allah...

TETAP OPTIMIS DAN BERSEMANGAT!
TIDAK BOLEH MENYERAH!

____________________
sumber gambar di sini

Tas Fathel

Tas Fathel ^^ hihi....
Hari ini, otak kanan lagi “ngelunjak”. Hihi. Dari tadi, ndak mood teyuss buwat diajakin nulis. So, akhirnya, “Aha!” muncul sebuah ide di benak untuk ngebikin ini. Kalo dulu, waktu pratikum Teknologi Framasi yang mengharuskan kita bikin sediaan berbagai bentuk, diriku selalu kasi nama yang ada “Fathel”-nya atau “Thel”-nya, semisal : Fathemol syrup (untuk zat aktif Paracetamol), Sulfathel (untuk zat aktif sulfadiazine), Ambroxthel (untuk zat aktif Ambroxol), Camphatel Gel (untuk zat aktif Camphora) dan sederet nama lainnya. Ahaha. Kemarin, waktu bikin font, jugak dikasi nama “Fathel’s Handwriting”. Kali ini tak jauh beda. Namanya adalah “Tas Fathel”. Hihihi. (Dasaaaarrr, narsis ndak ketulungan. Ahahaha!). Tas ini berbahan dasar flannel. Seratus persen handmade. Insya Allah dapat memuat mukenah, alqur’an kecil, kamera poket, ponsel dan dojmpet, untuk bepergian santai alias piknik, alias cumat (cuci mata). Tapi, jangan coba-coba isi farmakope yaak, apalagi martindal! Pilihannya, kalo ga tasnya koyak, paling ringan yaah ndak muat. Hihi.

Kemarin, sempat jalan-jalan di sebuah pusat propesor jilbab dan stelan islami gitu. Naah, di sana jugak disediain souvenir-souvenir. Pandangan langsung tertuju pada rak souvenir berbahan flannel. Di sana disediakan kotak pinsil, kantong HP, pin, mainan kunci dengan bahan flannel. Tapii, mahal bet. Masya Allah, ternyata handmade itu kebanyakan mahal yak? Yak, wajar sih. Soalnya handmade itu butuh kejelian memakan waktu lebih banyak kali yaaaak? Masa’ kotak pinsil yang kecil ajaah, harganya bisa sampai 15ribu-an. Modelnya juga cukup sederhana, tapi harganya jauh lebih mahal dari sediaan (lho, koq sediaan yak? Emangnya obat? hihi), maksudnya model-model kluaran pabrik. Hmm…. Sebuah ide bisnis sebenarnya sih. Bagi yang punya kelapangan waktu. Hehe. Soalnya bisa menghabiskan banyak waktu jika dikerjakan dalam jumlah banyak.

Ide “Tas Fathel” ini muncul setelah melihat kotak pinsil dan kantong HP yang digantung pake tali kur. Maksudnya, tali tas kantong HP nya pake tali gantungannya adalah tali kur gituh. Hmm…, menarik juga kalo dibikin tas. Begitu yang muncul di benak. Hehe. Tapi, tentu dengan model dan ukuran serta desain yang jauh bedaa dong yaah. Ndak mungkin juga pake tali kur buat tali tasnya. Hehe.

Hmm…, kutuliskan ini, sebenarnya sebagai sebuah wacana saja. Soal produser, jangan khawatir dah, ada DANDELION handmade yang insya Allah punya gawe’an. Hehe. Tapiii, karena si ibu produsernya lagi sibuk di gudang (Gudang Farmasi maksudnya, bukan gudang sembarang gudang looh. Hihi), jadinyaa yaah, agak mandeg sih. Tak apalah. Setidaknya, bagi yang kemudian punya kesanggupan, tafadhol bergabung sahajaaa… (hidup berjamaah tentu lebih indah. Heee, ndak nyambung mode ON). Selain itu, kita juga bisa memperkerjakan para ibu-ibu IRT di sekitar rumah. Selain membuka lapangan kerja dan bisa ngebantu si ibu-ibu, kitanya juga ndak perlu ribet-ribet amat ikut terjun di produksi. Ya Gak?! Hee… (Baru wacana dari saia sahaja nih).

Hmm…pelajaran yang dapat kita petik kali ini, bahwa sesungguhnya hobbi dan kreatifitas sebenarnya bisa menghasilkan! (Tapii, aku ndak bakalan jual “Tas Fathel” ini koq. Haha, lagiaan siapaaa jugak yang mau beli. Hihi). Yaa, bisa menghasilkan. Apalagi jika punya jiwa me-menej yag oke punya (yang ini bukan gw bangetz, hihi). Yaa, tinggal tuangkan ide dan kreatifitas, trus menej orang bwt ngerjain. Wkwkw (macam gampang aje lah! Padahal, tak pun macam tuu. Hihi).

Hmm, udahan aaah…
Mari kembali ke laptop dan mulai lagi “mengejar target” yang sudah bertumpuk-tumpuk.
Hayuuu, Fatheeeel, Sumangaaaikkk!
SEMANGAT!
SEMANGAT!
SEMANGAT!
Jangan menyerah!

Berdamai dengan Ego dan Harga Diri

Laki-laki itu benar-benar membuatku takjub! Masya Allah. Keinginan besarnya untuk belajar membuatku merasa malu pada diriku sendiri. Iya, dia laki-laki yang mengenyahkan sesuatu yang disebut “harga diri dan ego laki-laki” demi sebuah tujuan mulianya, Al Qur’an.

Ia adalah bapak dari dua anak. Umurnya mungkin berada pada kisaran 40 tahun. Pengusaha sukses yang memiliki omset besar. Waah, luar biasa! Tapi—mungkin—semenjak kecil, orang tua si Bapak itu tak pernah mengajarkannya untuk membaca AL Qur’an, pada akhirnya ia sama sekali tak mengenal huruf hijaiyah. Sama sekali.

Suatu ketika, dia melihat seorang akhwat yang kebetulan menjadi pelanggan di counter makanan miliknya, kontan ia berkata,”Mbak, bisa saya minta tolong?”
“Ya, kenapa, Pak?”
“Tolong ajarin anak saya mengaji”
Si akhwat pada mulanya agak menolak, sebab ia sangat sibuk. Tapi, si bapak berulang kali meminta untuk mengajari anaknya mengaji, dan mengeluhkan bahwa ia sudah lama mencari guru yang akan mengajarinya mengaji, tapi tak pernah ada yang bisa. Akhirnya, akhwat tersebut memutuskan untuk menerima tawaran si Bapak, mengajari anaknya mengaji. Mengajarkan Al Qur’an adalah pekerjaan mulia, begitu pikir si akhwat.

Masya Allah, betapa terkejutnya akhwat tersebut ketika mengetahui bahwa satu keluarga itu BAPAK, Ibu dan Dua anaknya sama sekali tak bisa membaca Al Qur’an, bahkan sama sekali tak mengenali huruf hijaiyah.

Pharmacist di Masa Depan?

Di ruang tunggu Soetta, di suatu siang, sebuah senyumku menyapa seorang wanita paruh baya. Sepintas wanita itu terlihat begitu biasa-biasa saja. Namun, gesture-nya terlihat begitu elegant. Terlihat sangat berpendidikan. Singkat cerita, aku berkenalan dengan beliau. Mungkin karena aku memang punya hobbi BERKENALAN (a.k.a menambah sebanyak-banyaknya teman, hihi), akhirnya kusapalah si Ibu itu.
Tak dinyana, rupanya ia adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam. Sepertinya cukup terkenal di kotanya. Sebab aku bukanlah penduduk kotanya itu, dan bukan pula penggemar dokter spesialis penyakit dalam , maka aku tak mengenalinya (hehe, memangnya ada yak para penggemar Sp PD? Hmm…mungkin ada, kalau seorang Sp PD di umur 25 tahun, masih muda dan cantik. Wkwkwk…. Kacaw niih saia!).

Aku Kembali

Ahh, senang sekali rasanya bisa menghirup kembali udara Solok Selatan yang damai dan bebas Polusi, Bloggie. Hehe… Lebay! Ndak ding! Becanda. Hmm,,, ada banyak target yang harus dikejarkan pada waktu yang tersisa kali ini. Merger Buku “MYT” dengan “EDKK”, Nulis “ABPPH” (initial dari judul my next book, insya Allah). Alhamdulillah, kali ini benar-benar penuh spirit untuk mengerjakannya… Sebenarnya sudah dari kemarin-kemarin begitu ingin mengerjakan, tapiii, karena sangat jauh dari lepi, jadinya, baru ditulis manuscriptnya saja. hehe…

Bloggie, curhatt lagi yak!?
(isi blog aye kebanyakan curhatnya ajah kali yaah Bloggie? Ndak mutu-mutu amat. Hihi. Tapiii, tak apa lah! Biarin! Hehe)

Belakangan, semakin berasa dah Bloggie, bahwa ada satu bagian dari diri setiap manusia yang paling sensitive. Ya, sangat sensitive dan sangaaaaaaaaat mudah untuk dipengaruhi. Itulah hati. Ya, hati. Sedikit saja ada reaksi, maka kesetimbangan akan selalu bergeser…

Sepertinya yang harus dilakukan adalah : BERHATI-HATI dengan HATI! Agar kesetimbangannya tidak bergeser kiri. Ya, ini menyoal yazid wa yanqus kali yaah…

Oh iya Bloggie, font “Fathel’s Handwriting” sudah diperbarui lagi, karena kemarin masih belum komplit. Permasalahannya adalah ternyata tanda Quote yg dobel maupun single ndak terinstall, bullet juga ndak terinstal, asciicircum juga ndak terinstall… Padahal, beberapa tanda baca yang kusebut belakangan ini, adalah tanda-tanda baca yang penting yang sangat sering digunakan. Hee…

Untuk itu, bagi yang kepingin memperbaruinya lagi, tafadhol unduh di sini

Embun di Kanvas Kehidupan

Embun di kanvas kehidupan

Bloggie, alhamdulillaah, my next book sudah jadi. Judul bukunya, “Embun di Kanvas Kehidupan”. Hehe. Kali ini alhamdulillaah, 187 halaman word, Bloggie. Hampir sama banyak dengan buku “Memungut yang Terserak”. Hehe, maaf yah Bloggie, karena akhir-akhir ini diriku sedang intens di pembikinan font, trus juga desain, dan bikin buku “Embun di Kanvas Kehidupan”, jadinya kamu agak terbengkalai. Ini juga, desain covernya masih belum fiks. Soalnya, ini tekejar deadline ngerjainnya Bloggie. Heuu…Maafkan aku yah bloggie, kalo aku agak nyuekin kamu. Tentu dong, kamu maafkan yah Bloggie yah? Hee….

Seperti biasa, ini juga masih in progress. Belum tentu juga diterima penerbit. Tapi, yang penting ikhtiar dulu aja kali yah? Tak pernah menyerah dan tetap semangaaaattt!


Oh ya, Bloggie. Mungkin dalam beberapa hari ke depan, aku juga tak sempat mengunjungimu. Sebab, aku ingin melanglang buanaaaaa, Bloggie. Hehe. Jika Allah mengijinkan, jika masih berumur panjang, insya Allah aku akan pulang ke rumah mayaku ini dengan banyak kisah lainnya. Hee…

Semoga pilihan ini tidaklah salah, Bloggie. Aku berharap begitu. Dan semoga saja ini bukan sebuah pilihan pengecutku yah Bloggie. Do’akan aku. Do’akan aku. Sebab aku yakin, akan selalu ada takdir yang indah buat hamba-Nya, jadi, sedikitpun tak ada yang perlu dikhawatirkan kan Bloggie? Apapun itu! tak sedikitpun ada yang perlu disedihkan lagi kan Bloggie? Ya, air mata sih boleh saja ada, tapi, hati harus tetap tegar. Begitu kan Bloggie? Semoga, segala rencana kita, juga bersesuaian dengan rencana-Nya. Sungguh, segalanya akan indah pada waktunya. Dan tentu aku akan menikmati setiap jenak-jenaknya itu. Bahkan seburuk apapun menurut manusia, tapi jika itu yang terbaik menurut Allah, tentulah pilihan Allah tetaplah yang terbaik. Bukankah begitu Bloggie?

Bloggie, kenapa yah, akhir-akhir ini, aku sering berpikir tentang kematian? Entahlah Bloggie. Bukankah setiap saat kita mesti bersiap diri kan yah? Aahh, Bloggie, entah bagaimana ending hidup kita. Entah dengan cara bagai mana nantinya. Entah di mana, kita tak pernah tau. Semoga dengan cara terbaik, Bloggie. Semoga bukan dengan cara keburukan. Semogaa. Amiin, Allahumma amiiin.

Hari ini, masih tertatih-tatih mencoba menambali rombengan itu. tetap saja masih banyak rombengannya, Bloggie.

Harus bersemangaaaattt! Menghadapi perjalanan esok. Semoga senantiasa Allah jaga. Amiiin.

Dadah, Bloggie sayaaaang…

Ah iya, aku juga aplodkan Embun di Kanvas Kehidupan di 4share ku. Mana tau ada yang bersedia menjadi editornya. Tapi, siapa yang ingin membacanya atau dengan kerelaan hati meng-editnya, tafadhol SMS dulu aku yah (08566756732), soalnya di-security. Hee… Bagi yang berminat, tafadhol unduh di sini

Free Font “Fathel’s Handwriting”

Bermula dari desain-desain yang belakangan lagi getol-getolnya, aku lebih sering main di sofwer design. Nah, ketika memilih font, ada semacam keinginan di hati untuk bikin dengan tulisan tangan sendiri. (hehe, ke-PD-an ajah yak, tulisan tangannya bagus. Padahal, tulisanku juga gak terlalu bagus. Hee). Tapiii, kepingin ajah gitu, punya font sendiri.

Akhirnya, ideng-iseng nyari (di engkong gugel yang superr duperr pinterr yang menyediakan appaaaaah ajjaaah yang kita mau) software pembuat font dan Alhamdulillah KETEMU! Aha!
Alhamdulillaah… Dan perburuan itu pun dimulai. Hehe.

Akhirnya, dicoba bikin “NEW FONT” yang diriku kasih nama “FATHEL’S HANDWRITING”
Ahaahaa, namanya narsis banget yaaah? Hihi.
Alhamdulillaaah, Senaaaaaaaaaaaang! Senaaaaaaaaaaang! Akhirnya bisa bikin font sendiri dengan tulisan tangan sendiri...
Asyiik…. Asyiik… Alhamdulillaah…Alhamdulillaah…Senaaaang…
(hadeeeh, ekspresif niaan…hehe)

Berikut ini, adalah gambar jenis font “Fathel’s Handwriting” yg di "printscreen" dari MS. Words
hehe, ini hasilnyaaaaa...taraaaa...!!

Setelah Jaulah....

Keep Hamasah!

Assalaamu'alaykum, Bloggie....
Masi bersedia menampung curhatku kan yaah?
jawab Bloggie : "Massssiiih ko Fathel"
Asyiiik.....Asyiiiik....
^___^

Bloggie, setelah puas berjalan-jalan kian kemari, akhirnya 'pulang' ke blog sendiri...
Bawa oleh-oleh apa gak?
Humm...aku bawa oleh-oleh sih Bloggie...

Apa coba?
Hehe, oleh-olehnya adalah "SEMANGATTTT BARUU"
Masya Allah, ini oleh-oleh paling aye demen loh, Bloggie...

Semakin berkelana, semakin berasa kerdil...
Semakin berasa, bahwa diri ni nda ada apa-apanya...
Semakin berasa, ilmu masih sedikit...limit mendekati tak ada... :((
Semakin berasa, aye masih belum apa-apa, bukan siapa-siapa, bukan basa-basi
Bahwa masiiiih sangat jauh dari harapan (emang harapannya apah yah? hee... :D)
Nda dink! Maksudnya, masih banyak nyang mesti dicapai....
#semoga bukan  obesesif konvulsif yak? hee...#

Hmm,
Tapi, dengan "jaulah" yang begitulah, akhirnya, bisa "memunguti yang terserak"
mengambil pelajarannya....hikmahnya....semangatnya...
Yuhuuu, semangat berkaryaaaa.... ^^
*Ssttt....bloggie, diriku lagi ngedit the next book....insya Allah....
do'ain yaaak....
Abisnya, 'otak kanan' lagi ngelunjaaak, nda mau diajakin kompromi niih....
Dia kepingin desain mulu dari kemarin....sementara si otak kiri mesti mikirin edit...
Aiyyykk...pusing deh, si dua otak pada brantem...
Hehe...
#halah,apasih!#

Eheee, ngomong2, isi blog diriku ndak sekeren blog2 yang aku jaulahin itu, Bloggie...
hee.... ISinya banyak cerita alay ajah...
kalo blog temen2, banyakan serius, padat berisi, pake referensi pulak!
Saia? hadeuuuhh...abal-abal semua niih....
Yang curhatan lah, yang inilah yang itu lah.....
Kalo yang lain kan, pake kualifikasi (sekalian di lab QA, wkwk) dulu kalo mw ngaplod tulisannya....
hehe...

Tapii, tak apalah Bloggiee...
Nda mesti gitu juga yah Bloggiee...
Selow ajah kaliii...Be my self ajah dah!
Aku bahagia jadi aku apa adanya, walaupun bukan berarti harus berhenti sampai di sini...
Aku bahagia jadi aku apa adanya, tapi harus terus berinovasi....

#Aplod-an kali ini tak melewati Quality Assurance-nya Fathel Blog, Cuma posting yg kaga penting ajah...hihihi...#
#Sehabis iniiii, kembali berkutat dgn Huruff....Chaiyyoo...Hamasah....Keep Moveing Forward....Sumangaikkkkkk!#

Demikian curhatku kali ini Bloggie,
disudahi dengan lafadz Hamdalah...
Eitss.., juga do'a kafaratul majlis....
Salah dan janggal mohon di'afwankan yaah...

Wassalaamu'alaykum warohmatullaah wabarokaatuh...

Nilai NOL

Mari kita bercerita tentang flashback memory, beberapa tahun silam. Hee… Kejadian ini terjadi ketika aku baru saja kelas III SD di sebuah SD Negeri di kaki bukit anda. SD di pinggir bukit, di aliri sungai jernih, dan lapangan yang luas. SD di pelosok kampung. Ya, terpelosok memang, tapi asri. Hehe.

Aku kala itu, paling benci nilai 6 ke bawah. Mendapat nilai 6 ke bawah adalah aib besar bagi seorang Fathelvi Mudaris di umur 8 tahun itu. Haha, gayaaaaa cuy! Nah, ketika itu, kelasku sedang belajar matematika. Aku lupa persisnya apa pelajarannya. Yang kuingat adalah itu kali pertamanya aku mendapat nilai NOL untuk pelajaran matematika. Aku menangis sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin, pada mata pelajaran kesukaanku, aku bisa dapat NOL??? Sampai di rumah pun aku masih saja menangis sejadi-jadinya. Akhirnya, malamnya ngadu sama ayah, kalo nilai matematikaku dapat NOL. Huhu. Telusur punya telusur, rupanya tak satu pun jawabanku yang salah. Semua jawabannya benar. Hanya saja, aku menggunakan cara penyelesaian yang berbeda dengan yang diajarkan guru pada kurikulum yang seharusnya. Karena penyelesaian soal itu punya banyak cara. Ya, hanya karena metoda penyelesaian yang berbeda, lantas semua jawabanku jadi salah. Ini kali pertamanya aku begitu meranggas. Benar-benar meranggas dan kehilangan semangat. Hihi. Untung hanya sesaat saja, karena ayah tak pernah menyalahkan caraku. Aku tetap diapresiasi dan diacungi jempol, karena jawabanku tidaklah salah. Jadi, aku tetap berbesar hati. Hehe. Setelah belasan tahun berlalu, kusadari ternyata model mengajar seperti ini adalah promodel guru paling kejam dan paling membunuh bagi murid-muridnya. Sebab, ia tak pernah mengakui kreatifitas. Tak pernah menghargai inovasi. Tak pernah berdamai dengan pembaharuan. Tak bersedia melihat dari sisi yang berbeda. Semua anak harus ikut procedure yang monoton. Harus begini! Harus begitu! Jika tak begini, salah! Aah, betapa kejamnya!

Pada akhirnya, anak-anak didiknya tumbuh dengan kreatifitas yang mengerucut. Potensinya menjadi dorman. Dan, setiap kali mereka mencoba menciptakan hal-hal baru, selalu ada kekhawatiran pada diri mereka, “Aaahh, entar salah. Aah, kan ndak sesuai dengan yang seharusnya.”
Jika terus begini, lantas, kapan kita akan maju??
Jika saja Thomas Alfa Edison dihalangi untuk menciptakanhal-hal baru, tentu sampai hari ini kita masihlah berlampukan minyak damar, ataupun lampu cimporong. Hee… Jika Alexander Grahambell dipatahkan sang guru untuk menemukan hal-hal baru, barang kali kita akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyampaikan sebuah informasi. Harus melalui kurir, bukan kawat. Jika Nicolas-Joseph Cugnot tak mau berinovasi untuk menciptakan mobil pertama kalinya, tentulah kita hari ini masih naik keledai. Barang kali, Solok Selatan –Padang harus ditempuh dengan waktu lebih dari satu minggu. Itupun kalau keledainya tidak ngambek, tidak sakit atau lagi baik moodnya. (Hehe, memangnya keledai ada mood segala yak? Hihi). Jika saja Glen Knoll yang tergila-gila sama dunia editan foto itu tak berinovasi dengan punya kamar gelap khusus untuk foto editing yang menjadi cikal bakal adanya Photoshop, mungkin saia juga ndak akan tergila-gila sama dunia edit-mengedit foto (hihi, bukankah ada banyak program pengeditan lainnya? Hihih…)

Ya, tokoh-tokoh di atas, sudah cukup menjelaskan kepada kita, bahwa KREATIVITAS dan INOVASI lah yang kemudian membuat mereka dapat menemukan hal-hal baru. Jika saja mereka terikat dengan kredo, “HARUS BEGINI, TAK BOLEH BEGITU”, tentulah sampai saat ini, kita tak dapat hidup dengan banyak kemudahan seperti saat sekarang.

Dahulu, sosok Abbas bin Farnas, seorang muslim di tahun 1680 M, menjadi orang yang pertama kali mempelajari burung untuk dapat terbang. Dan dialah kemudian yang menjadi penggagas dan cikal bakal hadirnya pesawat terbang. Meski kala itu, setelah terbang, akhirnya beliau jatuh. Tapi, pemikiran inovatif yang berbeda dengan apa yang ada kala itu lah yang membuat sebuah temuan baru. Atau pemikir-pemikir hebat lainnya, Ibn Nafis Ath-thabib, Abu Bakar Ar RAzi, Daud AL Anthaki dan sederet nama lainnya. Mereka ada dan dikenal karena inovasi dan kreatifitas mereka.

Ini pelajaran berharga bagiku terutama, bahwa menghalangi kreatifitas dan inovasi adalah salah satu pembunuh berdarah dingin bagi seorang anak. Semoga, ke depan, dengan adanya kreativitas dan inovasilah, maka negeri ini perlahan akan bangkit. Sebab, mempertahankan apa yang ada (bahkan yang terbukti tidak layak untuk kita pertahankan) adalah pilihan terburuk dalam perkembangan dan membangun suatu masyarakat (dan juga bangsa).

___________________
sumber gambar di sini