Setahun yang lalu aku presentasi bab HIV dan AIDS, simtomnya, penyebabnya, manifestasi klinisnya, farmakoterapinya, interpretasi data klinisnya, prosedur diagnostiknya... Berbeda dengan presentasi-presentasi sebelumnya, pas sesi itu ternyata sang profesor bawa buku tebel yang khusus bahas HIV/AIDS. Dan bisa dibayangkan apa yang terjadi? Aku 'dihajar' habis-habisan dengan berbagai pertanyaan. Fiuuufft... Padahal pas presentasi sebelumnya (dan juga sesudahnya), sang proesor tidak membawa buku apapun dan laptop ke ruang kuliah.
Pas selesai presentasi sang profesor bertanya kepada seluruh peserta kuliah, "Kalian tau hari ini peringatan apa?"
Aku sejujurnya sebelum kuliah juga nda ngeh kalo hari ketika aku presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Padahal ga dirancang juga presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan hari itu. Hanya berdasarkan lotting.
Satu tahun kemudian, ternyata peringatan hari HIV/AIDS sedunia malah dibarengi dengan pekan kondom nasional di negeri ini. Alasannya, hal tersebut dilakukan untuk 'mengamankan' orang atau sekelompok orang yang beresiko tinggi terkena HIV/AIDS (atau maksudnya ini, orang yang beresiko tinggi berzina. Atau artinya, biar aman berzina gituh kali yaa? Wong kalo ga gonta-ganti pasangan dan pasangannya ga HIV, so pasti ga ada yang perlu dikhawatirkan kan? Hampir bisa dipastikan orang yang beresiko tinggi HIV adalah orang yang suka gonta ganti pasangan. Dan yang gonta ganti pasangan pastilah orang yang doyan berzina). Tak sedikit pihak yang menolak adanya pekan kondom nasional ini. Ya, mungkin kondom bermanfaat bagi pihak-pihak yang menggunakannya secara benar. Tapi apakah pembagian kondom dapat menjamin bahwa individu yang menerimanya menggunakannya pada jalur yang wajar?
Sejauh yang aku pelajari (yaa, masih sangat-sangat sedikit sih yang aku tau), HIV/AIDS memang menular via hubungan sex. Selain itu, transfusi darah dari seseorang yang terkenal HIV/AIDS serta penularan dari ibu ke anak yang dikandung jika si wanita hamil. Lantas, apa gunanya kondom untuk pencegahan HIV/AIDS jika perbaikan moral dan akhlak generasi bangsa tidak dilakukan? Itu sama saja dengan berupaya menghilangkan asap sementara apinya tidak dipadamkan. Bagaimana mungkin asap bisa diredakan jika api masih dibiarkan menyala? Selama api menyala, bisa dipastikan asap akan tetap muncul dari berbagai celah. Maka alangkah bijaknya jika semestinya perbaikan akhlak dan moral generasi lebih diutamakan dari pada cara instan seperti kondom yang justru berdampak lebih besar. Alih-alih menghilangkan asap, justru malah mempertebal asap.
Jadiii, dari pada program kondom gratis, mending program nikah gartis.
HALAL, LEGAL dan TIDAK MERUSAK GENERASI.
0 Comment:
Post a Comment
Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked