Living in Riyadh [Part 1]

Alhamdulillaah telah seminggu lebih berada di Riyadh... Brrrhhh Dingiiiiiinn bangeeett... Yaiayalah, pan aku datengnya pas lagi musim dingin. Berada di rumah kaya sedang berada di dalam kulkas. Hehe... Makanan yang berada di luar jadi cepat keras dan membeku. Kalo ga cepat-cepat cuci piring, bisa beku minyak dan cabe bekas gorengan. Jangankan makanan, kita pun ikut beku dan kulit menjadi kering. Heuu...

Karena bawaan dingin, enakan 'dipeluk' selimut ketimbang ngeblog. Hihi... *Alesan*.
Udah sejak awal-awal berada di Riyadh pengen nulis segala sesuatu tentang Riyadh. Tapii, belum bersua kesempatan ajah. Heuu... Kan judulnya : Ibu Rumah Tangga sok sibuk. Hahay...

Mari bercerita tentang kehidupan Riyadh sependek pengamatanku selama seminggu ini. Ini dari sudut pandangku loh yaa. Hehe... Pertama cerita soal makanan dulu. Soalnya, makanan selalu paling menarik untuk diceritakan, hihi... Makanan khas Arab yang baru kucoba namanya Syawaya. Syawaya nya dibelikan suamiku tercinta pas pulang dari Masjid. Awalnya aku pikir itu box apaan, geudee buangeet untuk ukuran makanan. Ternyata satu porsi makanan Syawaya. Ma syaa Allah, itu satu porsi apa lima porsi sih? Geudeee banget porsinya. Ayamnya juga geudee banget. Kayanya setengah ayam deh. Ma syaa Allah, ampuuunn deh liat porsi sini yang geuudeee bangeeet. Porsi segitu cukup buat makan anak-anak penghuni wisma Hurriyah semasa aku kuliah dulu. Ya, cukup buat lima atau enam orang porsi cewek. Pernah juga kita makan burger. Kalo burger versi Indonesia sama sekali ga bikin aku kenyang. Hehehe... Tapi burger sini, di makan dalam keadaan sangat lapar, cuma habis dua pertiga nya. Gaswat kaan... Hehe...


Finally... Riyadh.... I'm Coming

Setelah menyelesaikan urusan beberes, akhirnya ngetem juga di depan laptop... Hihi... Tadinya mau tidur, soalnya di jam Indonesia ini sudah malam, hehe.... Tapi mungkin karena excited banget serasa mimpi berada di sini, di bumi Riyadh, akhirnya si mata masi melek deh. Ya sudah dari pada bengong, mending mulai deh mengetikan huruf demi huruf. Heuu...

Perjalanan ke Riyadh memang penuh cerita. Hehe... Serasa mimpi... Beberapa kali rejected bikin kami udah pasrah ajah. Memasrahkan segenap keputusan terbaik kepada-Nya. Seperti riak gelombang yang pasang surut. Sesaat begitu berharap dan sesaat kemudian kembali terhempas dengan berbagai kendala.
Mendarat di Riyadh ini terasa sangat wonderful... Ya, banyak hal yang akhirnya membuat kami mengerti bahwa memang lebih berasa manis sesuatu yang dicapai dengan perjuangan berat dari pada perjuangan yang biasa-biasa saja. Jika biasa saja, maka pencapaiannya mungkin terasa hambar dan akan memberikan rasa yang juga biasa biasa saja. Setidaknya, tidak se-excited yang disarakan ketika penuh perjuangan dalam pencapaiannya.

Ketika Chek-in di Bandara sempat deg-deg-an, soalnya petugas Chek-in dan petugas Imigrasi di Bandara heran banget melihat Visa aku yang tertulis "Not Permitted to Work." Biasanya kan TKI ke Arab buat kerja dan sepertinya aku dikira TKI gitu dengan Visa tertulis "Tidak Diijinkan Bekerja". Jadinya mereka bertanya-tanya, "Ngapain kamu ke Riyadh." Hehe. Setelah menjelaskan panjang dan lebar akhirnya aku diberikan boarding pass dan cap imigrasi. Alhamdulillaah...

Perjalanan menuju Riyadh di tempuh dalam waktu 14 jam lebih 50 menit. Nyaris 15 jam. Dari Soetta, pesawat bertolak terlebih dahulu ke Hongkong. Perjalanan menuju Hongkong ditempuh dalam waktu 4 jam 50 menit. Sebenarnya cuma 4 jam 10 menit, tapi karena terlambat terbang (arus lalu lintas di Soetta padat) dan landing di Bandara Internasional Hongkong juga padat akhirnya muter-muter dulu di udara sampai akhirnya landing dengan selamat. Alhamdulillaah...

Benda Hijau yang Menakjubkan

Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah...
Harapan yang ditunggu-tunggu pun akhirnya menjumpai nyatanya.
Rasanya menakjubkan sekali... melihat buku kecil hijau ini setelah melewati 8 bulan pengurusan.
Fiuufft 8 bulan! Bukan waktu yang singkat utk visa yang cuma 1 lembar.

Perjuangannya cukup berbelit-belit. Mulai dari change iqama, translet ini dan itu, cap dan stempel ini dan itu. Kalau dirangkai jadi sebuah cerita bakalan jadi kronologis yang puanjaaaang. Sungguh dalam 8 bulan ini, Harapan muncul, timbul tenggelam, di mana hari ini begitu berharap dan besoknya harapan tenggelam dan terpatahkan oleh rejection.

Hari ini, Melihat benda hijau bernama passport yang di dalamnya terdapat: VISA, ini rasanya sangat menakjubkan. Alhamdulillaah tsumma Alhamdulillaah... Terima kasih Allah...

Riyadh... I'm coming soon... in syaa Allah..

Rasanya udah ga sabaran pengen segera ketemu sang belahan jiwa.
See you soon Sayang, in syaa Allah...

Hari Ini Setahun yang Lalu

Tepat hari ini, setahun yang lalu di salah satu sudut Kota Depok, aku dipertemukan-Nya dengan seseorang. Rasanya, aku tidak pernah segugup itu sebelumnya. Tidak mampu mengangkat wajah dan lebih banyak menekuri ubin-ubin berwarna putih. Hanya hitungan detik saja bayangan seseorang itu terekam oleh retinaku... Setelahnya, kembali aku tatapi ubin seolah aku tengah menghitung benda persegi itu.

Satu tahun berlalu setelahnya... Begitu kencang waktu berlari. Dan aku tetap dengan doa yang sama; semoga sakinah mawaddah dan rahmah senantiasa hadir menaungi kami. Semoga dalam keberkahan-Nya selalu. Dan semoga kami kembali dipertemukan-Nya di tempat terbaik-Nya yang penuh kenikmatan
Dan itulah harapan tertinggi kami.

Melabuhkan Tujuan

Rasanya sudah agak lama tidak menyambangi blog. Kangen niih. Tapi, berhubung akses internet amat sangat terbatas (aku hanya menggunakan fasilitas warnet atau kalau mau gratis tinggal datang ke perpus pusat duduk manis di depan Mac dan mulai searching seperti yang aku lakukan saat ini dan mengetikkan posting ini, hehehe).

Sudah banyak berseliweran hal-hal yang mau dituliskan. Peristiwa yang bikin miris dan membuka mataku bahwa menyedihkan sekali sang 'pahlawan divisa' diperlakukan--menurutku--bukan seperti manusia. Kisah Margonda dengan wisata kuliner yang menyenangkan. Kayanya--masih menurutku--kuliner di Margonda memang super duper komplit dan variatif. Setidaknya, banyak dari kuliner-kuliner itu yang tidak kutemukan di kampungku. Kisah perjalanan ke Tangerang yang hepi. Kisah bocah kocak yang bawel tapi kemudian tiba-tiba anteng dipangku di kereta. Kisah tempat duduk prioritas yang diembat orang-orang tak berhak yang kemudian pura-pura tidur, lalu membiarkan elderly passenger, pregnant woman, woman with child dan passenger with handycapped berdiri dengan penuh perjuangan dan mempertahankan keseimbangan dengan susah payah. Dan buanyaaaakkk lagii. Sayangnya, ketika idenya mencuat ke permukaan, aku tidak punya akses untuk mengetikkannya di blog. Lha, giliran punya akses (seperti sekarang ini, duduk manis di depan Mac setelah berkelana kian kemari untuk menemukan komputer yang ada akses internetnya, hehe), malah idenya menguap entah ke mana langitnya (bukan rimbanya loh yaaa...).

Istiqdam : Alhamdulillaah Tsumma Alhamdulillaah

Setelah sekian lama kami menunggu si istiqdam dengan beberapa urusan yang amat sangat puanjaaang (sejak Mai 2013 lalu) dan persyaratan yang ga sedikit serta beberapa kali rejection, alhamdulillaah tepat hari ini, 5 Desember 2013 jam 17.00 (jam 13.00 waktu Riyadh) aku menerima kabar gembira dari suami dari daerah Dammam, Saudi, bahwasanya istiqdamnya approved! Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah... Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah.... Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah.... Rasanya bahagiaaaaaa sekaliiii... Sungguh ingin segera berjumpa dengan suami tercinta...

Semenjak tadi pagi, aku sungguh-sungguh sangat ingin mendengar berita itu. Seperti yang biasanya suamiku tercinta bilang, yang aku simpan baik-baik dalam hatiku, "hope for the best, prepare for the worst." Aku hari ini pun demikian. Setelah beberapa kali rejection, aku belajar untuk tidak terlalu menggantungkan harapan setinggi langit asa yang membuatku bisa saja jatuh ketika sang asa tak menjumpai wujud nyatanya. Aku belajar bagaimana berharap, bahwa nanti kemudian apapun hasilnya, pastilah itu ketetapan terbaik dari-Nya... Untuk kami, keluarga kecil kami...

Menerima kenyataan hari ini adalah satu bagian ketetapan yang indah dari-Nya dari segenap ketetapan-ketetapan indah lainnya yang Dia hadirkan wujun nyatanya dalam kehidupan ini. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan segala urusan selanjutnya, memudahkan perjalananku nantinya in syaa Allah, dan mengumpulkan kami dalam keberkahan-Nya. Aamiin... Allahumma aamiin yaa Rabb...

Really miss him so much... ;)

Akhirnya, Tukang Cirengnya Datang Juga

Rasanya sangat berbinar-binar sekali demi melihat sesiapa yang lewat di depan rumah kemarin sore. Yap, betul! Si tukang cireng yang sudah kutunggu-tunggu kedatangannya semenjak hampir dua tahun silam. Waah, segitunya nungguin tukang cireng? Wong sebenernya aku bisa saja mendapatkan cirengnya di Depok. Tapi, HARUS TUKANG CIRENG YANG ITU! Kenapa bisa begitu? Nah, kisah penantian panjang (hasyaaaahh lebay banget) "menunggu si tukang cireng" itu ada di sini. Sekali lagi ingin kutegaskan, bahwa aku bukanlah penggemar berat cireng. Tapi, ini tentang satu cireng yang masih abu-abu.

Program Kondom atau Program Nikah?

Setahun yang lalu aku presentasi bab HIV dan AIDS, simtomnya, penyebabnya, manifestasi klinisnya, farmakoterapinya, interpretasi data klinisnya, prosedur diagnostiknya... Berbeda dengan presentasi-presentasi sebelumnya, pas sesi itu ternyata sang profesor bawa buku tebel yang khusus bahas HIV/AIDS. Dan bisa dibayangkan apa yang terjadi? Aku 'dihajar' habis-habisan dengan berbagai pertanyaan. Fiuuufft... Padahal pas presentasi sebelumnya (dan juga sesudahnya), sang proesor tidak membawa buku apapun dan laptop ke ruang kuliah.

Pas selesai presentasi sang profesor bertanya kepada seluruh peserta kuliah, "Kalian tau hari ini peringatan apa?"
Aku sejujurnya sebelum kuliah juga nda ngeh kalo hari ketika aku presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Padahal ga dirancang juga presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan hari itu. Hanya berdasarkan lotting.