Gudang Abaya

Yang lagi hunting Abaya,
Silakan.. monggo... sok atuh... kunjungi:

www.gudangabaya.com Fanpage : gudang abaya Twitter : @GudangAbaya
Instagram : gudangabaya

Abaya Asli Saudi... imported from Saudi :)

Tersedia juga :
-pashmina
-niqob/cadar
-khimar 'Melangit'
Don't miss it!

Ceritera Gendongan Sling

Ngomong-ngomong soal gendongan, ada kejadian cukup unik yang aku temui di sini. Ketika hunting perlengkapan bayi dulunya, gendongan sling yang model slempangan gitu tidak (atau seenggaknya belom) kita temukan di seantero Riyadh. Jadi terpaksa kita import dari Indonesia.
Nah, pas jalan di IKEA tetiba ada orang Saudi nanya, "Maujud fii Su'udi au mafii?" Katanya ehh tanyanya ke Suamiku sambil nunjuk gendongan baby Aafiya. Suamiku jawab, "ana la a'rif. Mungkin mafi. Hadza min Indonesia"

Hehe... lebih kurang begini;
"Ada ga di Saudi? Ato ga ada?"
Jawabnya, "saya ga tau persislah. Mungkin ga ada.  Ini dari Indonesia"
Rupanya tertarik dia. Hehehe...

Lain cerita ketika di Hyperpanda, pas di kasir, si kasir terlihat sangat tertarik dengan gendongan bayi model sling ala Indonesia. Trus tergelitik juga dia buat nanya, "that's the baby?"
Ternyata banyak yang tertarik dengan model gendongan ala Indonesia. Hehehe... Asal muasalnya kan dari kain panjang (ada yg menyebutnya kain batik ada pula kain jarik) yang dibuat gendongan kan yaa... Trus dimodifikasi jadi model sling.

Jika di Indonesia sudah wajar dan sangat biasa melihat orang2 membawa bayi dengan gendongan, di sini gendongan model sling menjadi daya tarik tersendiri.
Nah lho... Indonesia kreatif kaaan? Hayuk patent kan... :D
Bangga guweh jadi orang indonesiaahhh.... tapi jangan tanyain guweh seberapa bangga guweh dengan presidennya yang sekarang. Spechless guweh. Hehehehe.... Bikin ga mud final exit ke indonesiaah... Heuuu...

Tentang 'Melingkar' di Negeri Gurun

Baiklah..
Mari bercerita yang ringan-ringan sahaja... Haha emang biasanya ceritanya berat apaah? -_-

Salah satu perbedaan mendasar (ehh salah tiga dink) agenda 'melingkar' (baca: Liqo) di negeri Riyadh ini dibandingkan liqo yang pernah aku tempuh di Indonesia sejak tahun 2004 lalu adalah:
1. Tempat
2. Konsumsi
3. Alasan Syar'i untuk ijin

Mareee kita jabarkan satu persatu.

Welcome Winter

Kalau ada lagu anak-anak yang bunyinya begini,
"Libur telah tiba.. libur telah tiba.. horee... horee.. hatikuu gembiraa...",
Maka bolehlah aku plesetin dikit yaa..
"Winter telah tiba... winter telah tiba... horee... horee... hatiku gembira..."
Hihihi...

I love winter so much...
Alhamdulillaah musim dingin datang jugaaa..
Dan in syaa Allah ini musim dingin kedua yang aku jalani di Riyadh sini. Ma syaa Allah... gak berasa, begitu cepat waktu berlalu. Musim dingin tahun lalu masih berdua... Musim dingin tahun ini alhamdulillaah sudah bertiga. Produk musim dingin. Hihihi... :D
*kidding

Universal Culture

Sudah lama ga posting di blog. Hehe.. maklum kesibukan newmom... Semua ibu baru pasti tau dan pasti pernah merasakannya. Tak perlulah dijabarkan panjang lebar kali tinggi (volume dooong...) Hehehe...

Adalah lumrah di kalangan masyarakat, jika ada seorang wanita yang melahirkan apalagi anak pertama dari wanita tersebut, maka mereka hampir dipastikan akan ditemani oleh ibunya atau minimal keluarga lah. Dulu aku kira itu cuma budaya yang ada di kampungku saja. Dan kemudian aku baru tau bahwa hampir di seluruh Indonesia hal tersebut sangatlah biasa.
Jika ada seorang wanita yang melahirkan di kampung/kota yang berbeda dengan sang ibu, pertanyaan yang hampir selalu muncul adalah : "ibu datang ga menemani?"

Setelah melintasi samudera ternyata... aku mendapati pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda negara. Sebutlah warga Filipina, perawat asisten DSOG-ku. Dia bertanya; "Did your mama accompany you here?"

What's Ur Nasionality, Madam?

Ketika di ruang rawat selama 5 hari, pertanyaan yang paling sering aku dengar dari para perawat (dan kadang juga dokter) adalah;
"What is your nasionality, Madam?"
Atau,
"Are you Philipine or Malaysia?"
Tentu dengan segera aku jawab, "I'm Indonesia". Proud to be Indonesian.
Pertanyaan susulan,
"Are you working here?"

Okeeh...
Pertama, aku agak rada geli gimana gituh yaa dipanggil "Madam".
Lebih lengkapnya begini, "Madam Fathelef" begitu mereka memanggilnya.
Madam?
Hahay... masi berasa jiwa anak mudanya yang sedikit keberatan dipanggil madam. Aku kan baru 17 tahun plus. Ciyeeehhh... Plusnya 10 tahun :P
Madam itu koq kesannya nyonya-nyonya usia empat puluhan yaak? Xixixixixi...
Sama seperti agak geli gimana gituh dipanggil "nyonya". Sekali lagi, aku kan masi anak mudaaa. Halaaaah..
#abaikan!
Lama-lama akhirnya terbiasa juga. Wes lah... Kapan lagi tho yaa dipanggil "Madam".
*ngakak mode ON :P

ASI Booster

Apa  ASI booster yang paling populer di Indonesia?
Hampir semua orang bilang rebusan daun Katuk. Sudah jadi rahasia umum dan hampir semua orang di berbagai belahan bumi Indonesia akan menjawab hal yang sama.

Nah, di Indonesia memang sangat mudah memperoleh daun katuk. Bertebaran di mana-mana. Mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional. Tapi, di Saudi daun katuk adalah barang langka. Setidaknya, sampai detik ini aku belum pernah menjumpai si daun katuk. Jadi gimanaaa iniiihh? Hehehe...

Pas silaturrahim idul adha di rumah salah seorang WNI di Riyadh (eh apa udah pindah kewarganegaraan yaa? :D) yaitu mba Dana yang sebelumnya tinggal di Vancouver, Canada, kita bercerita-cerita soal ASI karena banyak newborn baby dan para bumil, ehehehehe... Nah, mba Dana cerita kalau dulu di Toronto, tetangganya yang orang Korea menceritakan bahwa tradisi tradisional di Korea, jika ingin doping ASI mereka mengkonsumsi sop Rumput Laut kering. Dry seaweed soup. Dan setelah dicobakan ternyata alhamdulillaah sangat manjur untuk meningkatkan produksi ASI.

Pada hari pertama hingga ketiga, sangat sedikit ASI aku. Bahkan nyaris ga ada. Pumping di hari kedua pasca melahirkan malah ga sampai 1 ml... how sad...
Aku teringat akan cerita tentang dry seaweed. Akhirnya, di hari keempat, suami ke salah satu mini market Korea di area Olaya. Alhamdulillaah nemu dry seaweed nya. Alhamdulillaah...
Prosesi masaknya adalah terlebih dahulu direndam kira-kira 1 jam sampai mengembang lalu dimasak semacam soup gitu. Dry seewed nya cuma direbus dengan air dan garam saja.
Rasanya? Hihi.. to be honest memang ga seenak soup iga... :P
Tapi aku sudah bertekad untuk menghabiskannya.
Alhamdulillaah ternyata dry seaweed nya manjur... Produksi ASI meningkat. Alhamdulillaah... nemu juga pengganti daun katuk di sini...
:)

Bagi kamu yang butuh doping ASI, sepertinya sop dry seaweed layak dicoba...
^_^
Happy breastfeeding,
Happy motherhood
<3

A Miracle

Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah. Tiada kata yang patut terungkapkan selain segenap kesyukuran kehadirat-Nya atas segenap curahan nikmat dari-Nya. Begitu banyak nikmat-Nya tercurah tapi tetap saja manusia sering berkeluh kesah. Astaghfirullaah lii walakum...

Miracle...
What'a an amazing thing...
Sungguh sesuatu yang tak terdugakan. Mengharukan. Dan tak terlukiskan lewat rangkaian diksi.

Not Easy as You Guess

Jalan pagi (dan sekarang malam) sekitar lima keliling di taman belakang adalah rutinitas yang kami jalani dalam minggu-minggu terakhir ini. Dan kadang lima keliling terasa sangat jauh. Padahal kalo jalan di mall, berasa nda begitu capek yaaa? Hihihi... Ini adalah ledekan dari seseorang niih... :P

Untuk mengatasi yang terasa sangat jauh itu, kita membuat permainan-permainan yang kira-kira akan membuat rutinitas jalan lima keliling terasa dekat dan mengalihkan perhatian dari menghitung jumlah keliling. Hihi...

Permainan kali ini, idenya muncul dari suamiku tercinta yang dibuat sendiri. Bukan nyontek dari permainan yang sudah ada. Hehe... The power of creativity ini mah namanya. Proud of him. :)
Pada mulanya, permainannya terlihat sangat simple ketika pertama kali suamiku menjelaskan rules nya. Hanya menyambungkan kombinasi huruf dan angka tiap langkah yang kita tempuh. Pemain yang pertama menyebutkan angka 1 di langkah pertama. Lalu di langkah kedua dan ketiga pemain kedua menyebutkan huruf A dan angka 2. Selanjutkan kembali ke pemain pertama menyambungnya dengan angka 3 dan huruf B di langkah keempat dan kelima. Lanjut ke pemain kedua menyebutkan angka 4 dan huruf C. Begitu seterusnya. Rules awal kita hanya sampai huruf E. Setelah both of us saling memahami rules nya, permainan ANGKA, HURUF, dan LANGKAH pun dimulai.

Meski terlihat simpel, tapi nyatanya setelah dilakukan; tak sesimpel yang kita bayangkan. Kerap kita melakukan kesalahan. Bahkan setelah kita melewati satu keliling taman (satu keliling setelah kita hitung sekitaran 350-400 langkah. Hihi... niat banget yaak ngitung?? Ya bukaaan! Ini adalah permainan kita sebelumnya. Sebelum permainan yang aku ceritakan di sini. Hehe). Nah, ternyata setelah melewati sekian ratus langkah, permainan yang sebenarnya cuma butuh 10 langkah untuk 1 circle itu pun belum berhasil dengan perfect. Bahkan untuk 2 circle saja sekali pun.

Ternyata, kuncinya adalah konsentrasi penuh! Jika kita berkonsentrasi untuk melakukan permainan ini, maka in syaa Allah memang simpel. Tapi jika kurang berkonsentrasi, sesuatu yang terlihat begitu simpel dan sederhana, akan menjadi sulit, seberapa simpel pun kita memandangnya.

Permainan ini mengajarkan kita tentang arti pentingnya konsentrasi dan kesungguhan. Berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh. Bukan hanya soal permainan tapi juga soal banyak hal dalam hidup ini. Jangan pernah memandang remeh sesuatu yang terlihat simpel dan sederhana. Selama kita tidak berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh, yang simpel dan sederhana itu pun akan menjadi sulit.

:)

Sop (Tulang) Iga

No pict bukan berarti hoax yaa... ehehehe... berkebetulan pas menulis ini hape lagi lobet... jadinya aye kaga bisa moto-moto dah... Oh iyaa ini cuma sekedar cerita lepas sahajaa. Hihi... :D

Ceritanya ada tawaran menarik dari suamiku tercintaa nih. "Mau makan di luar ga? Sila pilih di mana ajaa..."
Asyiiiik...
Emang udah agak lama kita berdua ga makan di luar. Hehe... Apalagi sejak si restoran Rindu Alam tutup sementara karena mang mang nya pada mudik.

Nah... kalo saat ini kita sedang berada di Indonesia, tawaran makan ini akan sangaaaaaatt menggiurkan. Udah kebayang di pelupuk mata makanan semacam sate padang, kwetiau, bakmi, pecel ayam, bubur ayam, iga bakar, ayam kalasan, dan sederet makanan yang bikin ngiler lainnya. Kalo di sini... hiks... tidak banyak menu pilihan. Apalagi aku lagi anti ama menu-menu lokal, atau menu-menu negara lainnya. Kadang justru dari pada makan di luar lebih baik bikin sendiri... hehehe...

Makan Bajamba

Kapan yaa aku terakhir makan batalam alias bajamba? Hee...
Salah satu hal yang "menakjubkan" di wisma dulunya adalah makan batalam alias makan bajamba kalo pake istilah minangnya. Makan di satu "talam" bersama-sama (semacam nampan besar gitu).
Makan bajamba selalu terasa menyenangkan dan mengenyangkan. "Banyak Habih, Saketek Sampai", itu mottonya. Banyak ludes, sedikit cukup. Hehe...

Makan Bajamba di Wisma Hurriyah, 2009
Nah, ternyata makan bersama semacam ini juga ada di negeri Arab sini. Jika makan di resto tertentu yang menyediakan fasilitas lesehan gitu, sebagian ada juga yang menyediakan satu porsi makanan dengan nampan besar kayak 'talam' gitu. Tapi gak tau yaah itu porsi makan buat satu orang atau lebih. Abisnya porsi makan orang sini ampun-ampunan. Hihihi....

Nah, suatu ketika (karena kita punya nampan alias talam yang ukurannya besar sekitar 2x lipat ukuran piring biasa), tercetus ide untuk mengulangi episode makan bajamba. Kali ini bukan bersama akhwat sewisma melainkan bersama suami tercinta. Cuma berdua saja. Uhuuy... Dan ma syaa Allah, makan berasa lahaaaaaapppp pake banget. Alhamdulillaah...


Buat kamu yang lagi mencari trik-trik untuk beromantis-ria sama suami, ada baiknya trik 'makan bajamba' ini dicoba. Hemat. Ga perlu candle light dinner di resto mahal yang hasilnya belum tentu sebaik makan bajamba ini. Sangat berkualitas. Karena fully homemade. Selain meningkatkan kedekatan bersama pasangan, makan bajamba ini juga ternyata sangat men-trigger nafsu makan. Hehe. Apalagi untuk yang BB nya susah naik. Cucook banget dah buat akuuh yang lagi hamil jalan 8 bulan tapi berat badan baru naik 3 kg. Hehehehe...
wokeeeehh, let's try it at home... \(^__^)/

==========

Dari Wahsyi bin Harb r.a bahwa sahabat Rasulullah SAW berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi kami tidak kenyang", beliau bersabda: "Kemungkinan kalian makan berpisah (masing-masing)", mereka berkata : "Benar", beliau bersabda: "Makanlah kalian bersama atau kumpulkan makanan kalian dalam satu nampan, kemudian makanlah bersama, lalu ucapkanlah bismillah, niscaya makanan kalian akan diberkahi. (HR. Abu Daud) [Riyadhus-shalihin Hadits nomor 743 BAB MAKAN]

Aduuuhhh Gosssooong!?

Pagi menjelang siang di Rabu nan cerah yang mulai peralihan musim, dengan penuh semangat berjibaku di tempat area kekuasaan : dapur. Hehe....
Niat hati mau masak ayam dan tahu balado serta balacan kangkung. Jadinya entah apaa... -_-"
Nyeseek bangeeet hiks...

Suamiku tercinta paling suka kalo ayam gorengnya dengan cita rasa Padang banget. Hehe... Yang bumbunya resap gituuh. Nah, untuk bisa mencapai keresapan bumbu yang pas (hasyaaaahhh... bahasanyeee...), biasanya ada tahapannya. Ayam dibersihkan, bumbu dihaluskan. Lalu ayam dan bumbu dicampurkan hingga seluruh bagian terluar dari potongan ayam terlumuri bumbu. Kemudian didiamkan selama 6 jam. Hee... kadang kaga sempat juga sih nunggu sampai 6 jam... Minimal 1 jam dah. Tapi menurut pengalamanku, 6 jam waktu yang pas untuk meresapnya bumbu. Karena protein ayam (maupun daging kalo kamu masak daging) belum terdenaturasi dengan adanya pemanasan, maka memudahkan si bumbu untuk menelusup ke celah-celah daging. Ssttt... ini pengalamanku saja dan kesimpulannya hanya berdasar kepada sesuatu yang semi experimental. Hahaahaa... bahasa apaah iniiih...

Kisah Belajar 'Merakit' Web

Sebelum berhasil membuat web nya, to be honest aku sama sekali ga ngerti yang namanya dunia per-web-an. Aku ga ngerti itu apa gunanya hosting (trus ada local hosting pula yang bikin lebih bingung), hehe. Aku tau sih domain itu apa tapi sekedar tau doang. Dulu, malah ga ngerti tuh domain itu ama hosting bedanya apa? Wakakakakaka...

Menyoal Rizki dari Allah

Suatu malam, aku dan suami ke optik dan kemudian mampir di Tamimi Market. Sebenarnya tujuan utamanya cuma buat beli susu hi-calcium. Tapi kemudian aku ingat, bahwasannya stock telur di kulkas sudah habis. Akhirnya aku juga membeli satu tray telur isi 30 pcs. Nah, pas ngebawa telur menuju mobil, aku memegangi telur itu dengan dua tangan. Tapi pas nyampe di apartemen, entah kenapa aku cuma memegang telurnya dengan satu tangan (di tray telurnya ada semacam gantungan dari plastik yang memungkinkan untuk membawa telur dengan 1 tangan saja). Biasanya, aku selalu membawa telur dengan dua tangan. Tapi lain cerita malam itu. Apalagi jarak parkiran di basement dengan lantai dasar tidaklah jauh, jadi aku pikir tak mengapa.

Tiba-tiba,
"Braaak...."
Satu tray telur berguling ke lantai. Aku cuma bisa menatap telur-telur itu dengan speechless. Ada 30 butir telur yang berserakan di lantai dan sebagian besar dari mereka pecaaah mengeluarkan isinya. Hanya sekitar 7 telur yang bisa disealamatkan dan itu pun dalam kondisi retak yang harus sesegara mungkin diamankan untuk menghindari potensi inkubasi bakteri (karena telur adalah media pembiakan yang nyaman untuk bakteri pada suhu ruang).
telur
Speechless sih liat telur begitu banyaknya berserakan di lantai. Hiks...
Tapi, ada hikmah di balik semua itu. Ada pelajaran di balik semua itu.

Living in Riyadh Part 8: Romansa Taman



Kegiatan yang mulai rutin kami jalankan adalah jalan pagi ke taman kompleks yang ada di belakang apartemen. Riyadhoh. Rasanya begitu segar dan menyenangkan bisa mengunjungi taman ini (walaupun tidak setiap hari) sambil memperbanyak jalan kali, menikmati pemandangan hijau yang memang jarang adanya di sini, sambil pacaran juga, dan sambil menikmati kembali masa kecil yang sangat bahagia dengan main ayunan :P (seperti gambar di bawah ini :D)

Shopping Perlengkapan Bayi [Part 2]

Baiklah, ini lanjutan dari kisah shopping perlengkapan bayi yang sebelumnya. Dan berbelanja perlengkapan bayi ini memang serasa selalu menyenangkan yaaak... Hihihihi...

Ada setidaknya 3 item yang cukup menguras kantong dalam rangka persiapan perlengkapan bayi ini. Pertama dan kedua soal baby gear; (misalnya stroller & car seat), ketiga : asi pump (apalagi yang model swing eletric). Ya, ketiga item ini cukup gede biayanya dibanding item-item lainnya dan kalo ditotal akan menghabiskan sepertiga dari total semua perlengkapan.

Pada awalnya, ketiganya tidak ada dalam daftar list kami. Cuma ada di opsi "jika diperlukan" dan enggak wajib ada. Untuk ASI pump, karena berencana untuk ASIx jadi aku pikir tidak begitu dibutuhkan. Akan tetapi, setelah discuss2 informal dengan emak-emak kece se-gank hihihi... (thank's bu ibuu, atas segala masukannya untuk newbie seperti sayaah :D), sepertinya dibutuhkan karena ada beberapa kondisi yang mengharuskan kita memerah ASI. Jadinya, si ASI pump akhirnya dimasukkan ke list. Pilihan kami mengerucut ke dua model ASI pump; Avent atau Medela. Finally... we choose Medela. :))

Lain cerita dengan car seat. Sejujurnya, aku baru tau tentang car seat itu yaa di sini, di Riyadh ini. Hihihi... ketauan kampungannya :P
Abisnya, kendaraan di kampungku kan rata-rata ojek yaa... jadi sangat enggak butuh car seat. Seingatku, aku belum pernah nemu orang pake car seat di kampungku (apa aku yang gak aware yak?). Mungkin ada sih di kalangan menengah ke atas yang sering bolak-balik ke luar negeri. Tapi, orang model begini jaraaaang banget adanya. Langka bener dah. Dan lagian, penggunaan car seat belum digalakkan oleh pemerintah setempat, jadinya yaa... aku benar-benar nge-blank soal car seat ini.

Nah, pas nyampe di ibu kota Indonesia; Jakarta, ternyata angka kesadaran orang-orang untuk menggunakan car seat sudah jauuuuh lebih baik dibanding di kampungku. Penggunaan car seat sudah mulai banyak meskipun teteeep kayaknya masih buat kalangan menengah ke atas. Pastinya, mesti ada car nya dulu sebelum car seat nya kan yaa? Hee... Dan itulah letak masalahnya... mahasiswi macam aku mana punya car yang tetep warnanya, sama platnya tiap hari, dan disetirin sendiri. Itu bukan aku bangeeet dah. Hihi...
Aku yang memang car nya selalu gonta-ganti dengan warna-warni merah, kuning, biru, ungu (macam orang kaya ajeee, padahal gonta ganti angkot maksudnyeee... wkwkwkwk) alias pengguna kendaraan umum sejatii... teteeeep aja enggak aware dengan car seat meskipun sudah berdomisili di (pinggiran) ibu kota. Ya, bisa dimaklumi lah yaa tentunya. Hihihi...

Akhirnya, sampailah aku di negeri Riyadh di mana angka kesadaran penggunaan car seat di sini lebih tinggi dibanding negaraku sendiri, meskipun pemerintah sini belum begitu mewajibkan penggunaan car seat. Dan lagi, kebutuhan akan mobil di sini jauh lebih tinggi dibanding di Indonesia karena kendaraan umum jarang ada. Jika pun ada, itu adalah taxi dan cost yang kita keluarkan dengan menggunakan taxi jau lebih besar dibandingkan ngerental mobil atau beli mobil sendiri misalnya. Ditambah lagi minyak murah (kualitas pertamax harganya cuma Rp. 1.300) dan negara ini TANPA PAJAK.
Ternyataah eh ternyataah, di negara-negara eropah sana atau mamarika eh amrik, penggunaan car seat adalah sesuatu yang DIWAJIBKAN. Ini semata adalah demi keselamatan bayi dan anak dalam berkendara. Orang dewasa saja yang sudah stabil duduknya, tanpa seat belt bisa kelempar ke luar mobil pas kecelakaan atau setidaknya bisa terdongak atau terdorong ke depan dengan jidad nyium senderan belakang seat yang di depannya ketika rem mendadak setelah kecepatan tinggi (apalagi dengan jalan-jalan highway yang kecepatan mobil bisa mencapai 140 km/jam). Orang dewasa aja gitu, apalagi bayi dan anak-anak yang belum stabil duduknya, masi belajar duduk manis misalnya. Orang dewasa aja butuh seat belt, masak bayi cuma dibiarkan dalam gendongan yang pengamanannya sangat minim? Jadi, penggunaan car seat sesungguhnya adalah sangat penting demi keamanan si baby dan anak juga.
(Pas baca buku persiapan kehamilan dan melahirkan saduran amrik, ternyata mereka menempatkan car seat sebagai urutan pertama list kebutuhan bayi yang harus disiapkan dan lagi-lagi aku belum aware sebelumnya!).

So, car seat sebenarnya bukanlah soal keren-kerenan "ini lho, gue pake car seat", tapi semata demi keselamatan, in syaa Allah. Cateeeeeet...

Pembahasan terakhir, soal stroller.
Seberapa penting kah si stroller ini? Stroller juga sebenernya pada awalnya bukanlah termasuk salah satu list. Jika pun nantinya membutuhkan stroller, kami berencana membelinya ketika beby berusia di atas 4 bulan, in syaa Allah...
Ada yang mengatakan stroller adalah menyoal life style. Tapi bagiku, kebutuhannya adalah ketika jalan, ngejemur (emang jemuraaan?? hee...) bayinya atau belanja mingguan. Karena kondisi culture yang membuat mobilitas perempuan terbatas, membawa bayi ke taman setiap pagi untuk mendapatkan sinar matahari adalah salah satu solusinya. Di sini, butuhnya stroller tersebut. Posisi bayi akan lebih stabil dengan stroller apalagi jika baby nya tidur. Tapi not urgently as soon as possible sebenarnya. Nah, ketika pas kebetulan mampir di centerpoint liat stroller pada diskon (summer clearance) langsung deh blink blink dan mata lope-lope... Hehe... Jarang-jarang soalnya liat strollernya diskon yang lumayaaaan. Potongan harganya bisa sampai 900rb harganya. Mantaaaff kaaaaan... Untuk jenis troller yang agak mahalan dikit, potongan harganya sampe 1,2jt harganya. Haha, tapi over budget maah. :D
Finally we choose Graco Ultima Traveler System

Oh iya, masalah stroller, itu diserahkan ke pribadi masing-masing dan silakan diukur seberapa penting kebutuhannya. Siiip?

Satu lagi, jangan lupa survey dulu dan cari pengetahuan sebanyak-banyaknya mengenai stroller dan car seat ini, apalagi newbie kayak aku. Kadang pengen ketawa kalo mengingat-ingat tentang ketidaktahuanku mengenai jenis-jenis car seat. Pas liat, kayaknya bagus dan harganya sesuai, yaa udaah beli deh. Dan parahnya aku baru baca-baca lagi soal jenis-jenis car seat pas si car seatnya udah kebeli. Alhamdulillaah, enggak salah beli. Hee...

Berikut beberapa jenis car seat :

1. Carseat bayi (infant carseat) : Merupakan jenis carseat/kursi mobil yang dipakai untuk anak/bayi usia 0 – 12 bulan, model carseatnya seperti keranjang dan dapat menyangga punggung bayi agar tidak terlalu tegak seperti kursi mobil sewajarnya.
2. Carseat untuk toddler (Convertible & booster)
Carseat convertible, carseat jenis ini digunakan untuk anak usia o bulan sampai sampai 20 kg. Carseat ini dapat di bolak-balik untuk bayi newborn dapat menghadap belakang bangku supir dan saat usia 1 tahun dapat menghadap depan.
Booster, carseat ini digunakan untuk usia todler sekitar 3 tahun dimana anak masih terlalu kecil atau bahkan belum bisa menggunakan tali seatbelt sehingga carseat jenis penyangga ini dengan bagian atas yang agak tinggi yang membuat anak merasa sama tinggi di kendaraan dengan penumpang lainnya juga lebih nyaman.
Jenis carseat juga dijabarkan oleh ayahbunda.co.id yang dapat di lihat di sini
Oke sekian dulu tentang stroller dan carseat. Semoga bermanfaat yaa buat mommies sekalian. Dan lagi-lagi, mohon koreksinya... secara aku juga adalah newbie.. Hehe...

Shopping Perlengkapan Bayi [Part 1]

Dulu, toko perlengkapan bayi adalah sesuatu yang luput dari perhatianku. Yaiayalaah yaaa, ngapain jugak? Hihi...
Naah, toko semacam ini mulai menarik perhatianku adalah ketika mulai merasakan ada movement of the baby in my belly, alhamdulillaah...
Suatu ketika, pas masuk bulan kelima, si mothercare lagi diskon gede-gedean. Mata langsung lope-lope dong yaaah. Hihihi.. Ampe 80% geetuuh. Jarang-jarang banget (memang kalo pas deket-deket Ramadhan, hampir semua toko di Saudi mulai dari yang jualan es krim sampai yang jualan mobil pada diskon). Daaaaaaan, kalo udah liat diskon, biasanya perempuan kaga nahhaaan. Wakakakakaka *LoL.
Nah, tapi ke mothercare waktu itu cuma liat-liat doang, kaga belii... Niatnya sih pas udah jalan bulan 6-7 ajah baru mulai hunting perlengkapan bayi. Tahaan dulu... tahhaaaan... Walaupun keinginan untuk ngebeli sesegera mungkin menggoda juga. Haha...

Aku selalu excited setiap kali "mampir" ke baby shop atau mall yang menyediakan perlengkapan bayi. Kalo udah gini, pasti deh suamiku tercinta ber-ehem-ehem sambil menatapku dengan tertawa. Hihi... Apalagi aku yang ekspressif ini. Kalo excited yaa keliatan excited bangeeet gituuh... Tapi targetnya sih belanjanya ketika UK masuk 6 bulan dan di uk 7-8 bulan udah fix karena kalo udah gede perutnya, susah belanjanya kan yaa (apalagi akan banyak jalan dan banyak berdiri pas belanjanya). Lebih baik pas UK segitu dipersiapkan untuk persiapan fisik, olah raga yang pas, dan the most important things, persiapan ilmunya juga. :)

Melintasi Samudera

Baru-baru ini aku mendapati kabar bahwa aalah satu teman sekelasku semasa SMA dulunya berangkat ke US untuk melanjutkan studinya. Berarti bertambah lagi daftar teman-teman sekelas yang melanjutkan sekolah ke luar negeri setelah sebelumnya ada yang ke Jepang dan UK. Hehe, ga kebayang... 9 tahun yang lalu, lulus SMA dengan cupu-cupunya. Dan hari ini sudah "tersebar" melintasi samudera.
Aku sendiri, saat ini juga tengah berada di seberang samudera, jauh dari ranah kelahiran. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ma syaa Allah... hampir-hampir tak percaya terkadang bahwa aku punya passport dan visa secepat ini di mana sebelumnya belum pernah menginjakkan kaki keluar tanah indonesia. Hihi... *katro bener nih akuuh... :P

Aku belajar tentang mengejar impian. Banyak orang yang berlari mengejar impiannya. Dan aku, hari ini pun begitu. Aku tengah belajar mengeja mimpi yang 7 atau 8 tahun silam aku tuliskan di catatan harian. Impianku sangat sederhana; ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik. Itu cita-cita utama yang kutulis dulunya. Dulu, tidak pernah sebelumnya aku bayangkan akan mengeja mimpi itu di ranah yang begitu jauh, melintasi samudera. Ya, aku pun di sini sedang belajar. Belajar untuk mewujudkan mimpi itu.
Ternyata tak semudah pandangan mata. Tak semudah yang aku pikirkan. Menjadi "ibu rumah tangga yang baik", penggalan cita-cita yang kedengarannya sangat sederhana ini ternyata jauh lebih kompleks. Bahwa aku masih harus banyak belajar. Tentang bagaimana memenej. Tentang bagaimana menempatkan sesuatu. Ah, ternyata memang... aku masih dan masih harus terus belajar...
:)

Good Boy

Senin malam kami belanja kebutuhan kulkas (lho, kulkas?) Maksudnya bahan makanan alias logistik di Othaim Market. Ini pertama kalinya kami berbelanja di Othaim yang katanya pas hari senin buy 1 get 1 utk sayuran dan buahan. Sedikit mengecewakan karena yang buy 1 get 1 cuma item-item tertentu yang aku kaga minat. Hee...

Dan sangat crowded serta antrian penimbangan sayur dan buah serta kasir yang benar-benar mengular. Puanjaaaaang pake bangeet. Mana belanja si bapak yang antri dua baris di depan kami udah kayak segunung uhud (*lebay bingit). Melihat pemandangan yang bikin miris ini, kami bertekad tidak akan memilih pusat perbelanjaan yang satu ini sebagai tempat belanja rutin meskipun secara lokasi relatif dekat dengan apartemen (kecuali dengan amat sangat terpaksa).

Cinta dan Sepotong Kue

Cinta itu... tidaklah seperti sepotong kue..

Sepotong kue... akan semakin sedikit potongannya jika dibagi-bagi pada banyaknya orang yang menikmatinya. Besar kecilnya porsi kue adalah bergantung pada seberapa banyak orang yang harus dibagi. Ia nya adalah hukum yang berbanding lurus.

Tetapi cinta tidaklah demikian dan itulah ajaibnya Cinta. Porsinya sungguh sama sekali tidak bergantung pada jumlah orang yang akan dibagi. Cinta adalah sesuatu yang tak pernah habis dan sama sekali tidak berbanding lurus dengan banyaknya penerima. Sungguh, cinta itu pembagiannya unik dan tak pernah habis, berapapun jumlah yang dicinta.

Seorang anak yang dibesarkan oleh orang tuanya kemudian menikah, tidaklah serta merta membagi cinta sang anak tersebut. Kedua orang tuanya masih mendapat porsi cinta yang sama. Kini, cinta itu hanya bertambah... kepada orang yang menikahi/dinikahinya. Pun ketika setelah pernikahan itu menghadirkan anak, porsi cinta tetaplah tidak terbagi. Akan ada cinta yang baru lagi yang porsinya tak bisa dibilang terbagi atas cinta-cinta orang-orang sebelumnya. Lantas ketika anak kedua lahir, tidak pula akan membagi cinta sang kakaknya. Sebab, lagi, ada cinta baru dengan porsi yang sama. Itulah Cinta... Bahwa ia bukan seperti sepotong kue yang dibagi-bagi. Cinta adalah energi yang terus bertumbuh... dan tidak berkurang jumlah maupun porsinya dengan pertambahan orang yang dicintai.

Begitulah, setiap Cinta punya lokusnya. Dan setiap lokus punya porsinya. Akan tetapi koridornya tetap sama, bahwa lokus terbesar tetaplah cinta-Nya... yang menjadi prioritas utama...

Salam penuh Cinta...
#renungan cinta dan sepotong kue...
Di penghujung maghrib negeri sejuta masjid, Riyadh...
29.08.2014 19.36 pm.

Roti B0y dan Sweet Memory

Roti B0y first trial
Hmm.. nyebut merek niiy yee... hihihi...
Sejujurnya, roti b0y yang katanya lumayan terkenal ini tak pernah aku jumpai di kota Padang tercintah kujaga dan kubela... hasyaaaahh... \jadinya aku pada mulanya ga begitu interest.
Pertama kali berjumpa roti b0y kala itu adalah di Margonda City lebih tepatnya di dekat giant. Aroma apaah iniihh, koq menggugah selera sekaliiii? Apalagi kalo lapeeerr... OOhh r0ti b0y ternyataaah... (dibayar berapaah nih akuuh buat ngiklanin? wkwkwkwk).

Meskipun aromanya begitu menggugah selera, tetapi ternyataah harganya sangat tak menggugah dompet. Masak iyaa, 1 pc nya sama dengan sebungkus nasi Padang. Mahasiswa macam akuu tentulah memilih nasi Padang ketimbang 1 pc roti yang belum tentu mengenyangkan. Ihihihi... Dan lagian, kalo masak sendiri, dengan segitu harga, bisa buat 2-3x makan tuuh. Hemaaaatt... Wkwkwkw... Maklumlaaah, kalo berstatus mahasiswa, kajian logis matematis menyoal harga adalah pertimbangan utama dan kajian pertama sebelum membeli sesuatu. Kaga tega ajeee kan sama orang tua, yang udah susah-susah nyekolahin tapi koq cuma dihabisin dengan sekedar roti doang harus dihargai segitu rupa. Mungkin beda jika udah kerja, terserah duitnya mau dibeliin apa. Ga perlu mikirin konversi harga 1 pc roti dengan sebungkus nasi padang. Ya gak? hehe...

Nah, suatu ketika pas lagi hanimun (asyiiiik)... tiba-tiba cowo akuuh beliin r0ti b0y. Waah, harus diakui, rasanya enaak ternyataaaah. Pantas buat dinobatkan sebagai roti favorit. Hihihi... Sebenarnya siih yang favorit momennya yaaa, roti nya sih kaga segitunya laaah, hehehe...

Nah, ketika di Riyadh, ketemu roti b0y, alamaaaak... harganya lebih dari 3x lipat harga di indonesiaah. Dan ketika ada tawaran yang sangat menggiurkan untuk cooking class bersama Mba Aiz, tentu saja aku sangat bersemangaaaaatt untuk mengikutinya sambil kita ber-hahah-hihihi bareng-bareng. Jarang-jarang lho emak-emak bisa pada ngumpul begini. Maklum, mobilitas amat sangat terbatas dan harus ditemani suami ke mana-mana. Hehe...

Dan, bismillaah...ini first trial roti b0y alaa akuuh setelah kuking klas... hehehe..
lumayaaan dari pada manyuun... :P :P :P
alhamdulillaah...

Living on Riyadh part 7: Memilih Fashion

Salah satu hal yang cukup menyenangkan berdomisili di Saudi adalah menyoal memilih fashion. Kenapa menyenangkan? Karena so simple and sama sekali ga rempong.

Rasanya udah lama ga nyeletuk ama diri sendiri di depan lemari, "hari ini pakai baju warna apa yaah?" Ketika bersiap hendak bepergian (bukan karena pilihannya banyak loh yaa... hanya saja pasti punya lebih dari satu kan yaa? Hee...

Aku termasuk orang yang memang tidak terlalu pinter memadupadankan warna. Makanya sering "tabrak lari" tuh... hihihi... Jilbabnya warna apa, bajunya warna apa dan rok nya entah warna apa. Istilah cakepnya di kalangan teman-teman semasa kuliah dulu adalah "toko berjalan" saking warna-warninya. Hahaha... Kadang baju yang available warna biru tapi jilbab yang available warnanya koq kuning. Rok yang tersedia ehh warna cokelat. Dan parahnya... kaos kaki yang udah dicuci cuma yang warna ungu dan manset warna pink. Kalau lagi buru-buru, mungkin cuek aja tuh yaaa... mengenakan semua itu secara bersamaan hihihi.. Tapi betapa sungguh tak enaknya dipandang mata... wkwkwkwk. Atau paling enggak, harus buru-buru nyetrika dulu. 
#ketauan jarang nyetrika yang rapelan... hehehe...

Nah, sangat-sangat beruntung sekali di Saudi aku tidak mengalamj hal tersebut. Karena 'wajib' mengenakan abaya yang warnanya cuma satu yaitu hitam. Aswad faqoth kata orang Saudinyee... Hehe... Karena selalu hitam memang, pastinya matching selalu karena ga pake warna lain. Dan hal ini amat sangat memudahkan berfashion untukku. Tak perlu pusing memadupadankan warna, tak perlu punya banyak baju karena keluar rumah juga ga sering-sering amat (kecuali utk keperluan tertentu yang kadang memang mengharuskan sering..hee). 

Takaran Ujian

Ya begitulah...
Kadang kita lupa bersyukur atas segenap nikmat-Nya.
Dan kadang pula "sentilan kecil" dari Allah-lah yang justru mengembalikan kesadaran kita tentang kesementaraan dunia. Tentang arti bersabar dan tawakkal kepada-Nya.

Ujian.
Ya ujian.
Pastilah sebatas kemampuan hamba-Nya semata.

Setiap orang pasti diberikan ujian di mana kadarnya sudah ditakar sesuai kemampuannya. Jadi, ujian-ujian itu, pastilah sesuatu yang SANGGUP untuk dipikul. Pasti takkan melebihi walau hanya sebesar biji zarrah. Yang lebih pasti adalah... bahwa segala sesuatu ADA HIKMAH yang menyertainya. Segala kesulitan, ada kemudahan yang membersamainya...

Semoga ujian menjadikan kita lebih dekat dengan-Nya, dan menjadikan penyadaran buat diri kita... untuk senatiasa meluruskan niat, memperbaiki segala amalan, meningkatkan kualitas dan kuantitasnya serta memperbanyak munajah dengan penuh kekhusyu'an kepada-Nya.

=====
Terima kasih, Cinta...
Saat ujian menerpa, semoga kita semakin berdekapan lebih erat, saling menguatkan.
Terima kasih, Cinta...
atas segenap supportnya...
I know, I'm the luckiest wife in the world... Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah...

The Month of Sharing

Salah satu pemandangan yang sangat menakjubkan di bulan Ramadhan di Masjidil Haram adalah... pada saat menjelang berbuka puasa. Inilah the month of sharing di mana ratusan (mungkin sampai lebih dari seribu orang) berlomba-lomba memberi... baik itu kurma, air minum, teh, dan berbagai menu ta'jil lainnya. Dari makanan berat hingga hal sederhana seperti mengambilkan air zam-zam untuk minum, menyediakan tissue dan sufrah, hingga memberesi sampahnya. Benar-benar perlombaan kebaikan yang mengagumkan di mana orang-orang berlomba-lomba menawarkan kebaikannya... Yang memberi kadang justru berterima kasih karena yang diberi bersedia mengambil pemberiannya... Ma Syaa Allah...

*just a short sharing
*no pict bukan berarti hoax :P

No "Warung" Available

Setelah hari sebelumnya (hari ke-8 Ramadhan) aku "kalap" masak berbagai jenis makanan yang diidamkan sejak lama, di hari ke-9 nya, hari ini... sebaliknya... aku diserang rasa malas memasak yang amat sangat. Akhirnya aku dan suami memutuskan untuk berbuka dan makan di luar saja. Yes! Ngedate sambil buka berdua di luar! Kedengarannya romantis banget yah? Hihihi... emang siih.. :P

Akhirnya sekitar jam 5.30 pm kita berangkat menuju Khurais Mall. Sebenarnya opsi utama ke warung Indonesia, tapi pada tutup di bulan Ramadhan ini. Pada mudik ke indonesiaah. Jadinya kita akhirnya memutuskan ke resto khas China di Khu-mall dan menu yang dituju adalah Peking. Selain itu, kita berdua juga pengen beli donat karena aku yang lagi kepengen banget donat. Hehe...  Pas nyampe di Khu-mall... parkiran terlihat sangat sepi dibanding biasanya. Daaaaan... tarraaa... food court nya gelap euy... belum pada buka! Padahal sejam lebih dikit lagi saatnya berbuka.

Sambil pulang kita liat-liat kiri kanan kali aja ada resto yang buka. Ehh ga taunya, nihil! Belum pada buka. Mampir di House of Donut dan Dairy Queen prince Amir Bandar jadi sia-sia aja karena kita nda mendapatkan apapun. Hiks...

Kalap Nih :D

Sate Padang Ala Akuuu :))
Menu Ramadhan hari ke-8 bener-bener komplit. Entah ini karena apa yah, kalap atau gimana, tetiba ngidam yang belum terpenuhi ingin segera dituntaskan hajatnya. Sesegara mungkin! Jadilah sejak jam 2 sampai jam 10 malam (jeda berbuka, shalat ashar, maghrib, isya dan tarawih) aku berjibaku di dapur. Hehe... niat banget yak? Padahal malam begitu singkat (jam 2 udah bangun lagi untuk sahur) sehingga tak mungkin menghabiskannya semua dalam waktu semalam.

Dua jenis ngidam yang belum terpenuhi adalah kue bawang ala ibuku dan sate padang. Mungkin efek sate padang ga ada di bazar pemilu kemarin jadinya kangennya makin menjadi-jadi. Hari ke-8 Ramadhan... pengen banget deh semuanya dan harus bikin saat itu juga! ^--^

First Trial : Onde-Onde

Onde-Onde ala Akuuuu :))
Puasa plus hamil kadang membuat ngidam menjadi kuadrat alias dua kali lipat. Hehe...
Kemarin, tetiba pengen banget yang namanya "Onde-Onde" (baca : klepon).
Jika dulu ketika kepengen, cukup ambil kunci motor,tancap gas ke pasar. Tak cukup setengah jam, sebungkus onde-onde hangat pun siap disantap (ehh... masi puasa yak? Pas buka maksudnya. Hehe...).
Sekarang tentu sangat sangat sangat tidak mungkin mempraktekkan hal yang sama. Mau cari di mana itu onde-onde? Hanya momen-momen tertentu saja ada bazar makanan indonesia. Itu pun belum tentu si onde-ondenya ikutan bazar. Paling pas pilpres misalnya atau kalau ada komunitas tertentu yang ngadain acara. Yah, alhamdulillaah... pada akhirnya memang tidak punya pilihan lain selain : bikin sendiri. Ya... alhamdulillaah... kalau tidak begini, aku rasanya tidak akan pernah belajar bikin onde-onde sendiri. :)

Salah satu hal yang disyukuri dengan kondisi yang membuat "inspirasi dalam keterpaksaan" ini adalah bahwa mau ga mau, kita jadi harus banyak belajar untuk berkreasi. Terpaksa harus jika memang ingin!
Dulu, ahh mana mungkin aku kepikiran mau bikin sendiri yang namanya bakwan, martabak, klepon, soto, lotek, daaaaaan banyak lagi. Boro-boro, masak yang penting-penting aja kaga. Apalagi cemilan. Mumpung masi bisa beli, kenapa harus bikin? <-- males banget yak? Ahaha...

Bangsaku Bangsa Pembantu?

Sebagai salah satu ekspatriat yang berada di negeri gurun, Saudi, saya punya pengalaman menarik sekaligus memilukan soal anggapan masyarakat lokal terhadap bangsa Indonesia. Suatu ketika di toilet rumah sakit, saya berjumpa dengan seorang wanita yang sepertinya adalah penduduk asli Saudi. Wanita itu mengajak bercakap-cakap. Dia bertanya, "Philipino?" Maksudnya "orang Philiphine?" Saya Jawab, "Ana Indonesi." Maksudnya saya orang Indonesia. Tapi, percakapan selanjutnya sungguh saya tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Saya coba bertanya apa maksudnya dengan bahasa Inggris, gantian dia yang tidak mengerti. Dan akhirnya--karena kesulitan berbahasa verbal oleh sebab kita saling tidak mengerti--wanita itu kemudian menggunakan bahasa 'pantomim', melakukan gerakan tertentu agar saya memahami maksudnya. Wanita itu menirukan gerakan membersihkan westafel. Kemudian saya menyadari maksudnya adalah, "Apakah kamu pekerja domestik (pembantu)?" atau "Apakah kamu bisa mencarikan saya pembantu?"

Kejadian serupa tidak hanya terjadi kali itu. Tapi di banyak kesempatan lainnya, di pusat perbelanjaan, di perumahan, begitu melihat wajah kami (saya dan suami) yang Indonesia banget, hal yang paling sering mereka tanyakan adalah apakah saya pembantu atau mereka tengah mencari seorang pembantu dan minta tolong dicarikan pembantu. Dan kejadian ini tidak terjadi sekali dua kali, tapi cukup sering.


Kenyataan ini membuat saya menjadi sangat sedih. Saya sedih bukan karena dibilang pekerja domestik (pembantu). Bukan! Sama sekali bukan. Saya juga tidak mengatakan bahwa saya lebih baik dari pembantu karena kemuliaan seseorang bukanlah terletak pada jenis profesinya, melainkan ketakwaannya. Saya sedih karena ternyata pandangan penduduk lokal sini terhadap Indonesiaku tercinta terlalu merendahkan (bukan merendahkan profesi pekerja domestik tapi mereka menganggap Indonesia hanyalah bangsa pembantu, bangsa babu). Walaupun seperti yang saya bilang sebelumnya, derajat seseorang adalah berdasar taqwa bukan profesi, akan tetapi anggapan yang sudah jamak di masyarakat sini itu tetap saja sangat menyakitkan bagiku bahwa : ekspatriat yang datang dari Indonesia itu, profesinya adalah pembantu. Walaupun sebenarnya di Saudi juga banyak ekspatriat yang bekerja di sektor formal, akan tetapi pekerja di bidang domestik tetap jauh lebih banyak. Sehingga, anggapan itu sepertinya sudah "mendarah daging". Menyedihkan, bukan?





Siapa yang rela, bangsanya dinilai serendah itu? Saya sungguh tidak rela. Bagaimana solusinya? Ah, memang ini adalah urusan pemerintah yang memiliki wewenang. Akan tetapi, sebagai salah satu rakyat yang mencintai negerinya, Indonesia, setidaknya ada tiga hal yang ingin saya suarakan (meskipun saat ini saya tidak tahu apakah suara saya akan didengar atau tidak). Saya menyuarakan ini sebab semata kecintaan saya pada negeri Indonesia.
Pertama, jika memang pekerja sektor domestik tetap dipertahankan, harus ada ketegasan dari pemerintah baik secara eksternal dalam bentuk kerjasama bilateral antar kedua negara maupun internal dengan melakukan regulasi yang mumpuni dan menindak tegas calo-calo buruh migran yang nakal. Harus ada penjaminan keamanan, kesehatan dan kejelasan soal gaji serta dokumen yang resmi (tanpa melewati calo-calo). Jangan sampai ada yang masuk lewat "pintu belakang" yang nantinya akan merugikan TKI sendiri. Ketegasan pemerintah di sini benar-benar sangat diperlukan.

Kedua, moratorium pengiriman pekerja sektor domestik ke negeri gurun ini sebaiknya memang tetap dipertahankan. Sungguh, alangkah lebih baiknya, pekerja yang dikirim adalah pekerja yang memang memiliki skills atau pekerja-pekerja di sektor formal, agar bangsa ini tidak selalu di cap sebagai bangsa pembantu. Percayalah, adanya kesan bahwa bangsa ini adalah 'bangsa pembantu' bukan muncul begitu saja. Tak mungkin ada asap tanpa api. Pasti karena mereka melihat begitulah fakta yang ada di lapangan. Apalagi kebijakan di negara ini jauh berbeda dengan negara kita sendiri. Banyak dari kebijakan itu yang menyulitkan pekerja-pekerja sektor domestik. Pada tahun 2013 lalu, ribuan TKI overstay dipulangkan ke Indonesia karena tidak memiliki dokumen yang lengkap. Lalu, setelah rentetan masalah tersebut, apakah kita akan kembali mengirimkan pekerja domestik lalu kembali akan dihadapkan pada masalah yang sama?


Ketiga, penyediaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja yang lebih besar di negeri sendiri, Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, terkadang kita tidak punya pilihan di negeri sendiri dan kesempatan bekerja di negeri orang terlihat sangat menggiurkan, maka pilihan kita jatuh pada opsi kedua dengan segala konsekuensinya. Hal ini mungkin dapat direduksi jika di negeri sendiri tersedia lapangan kerja yang memadai. Lagi-lagi tugas pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tapi bukan berarti kita harus menyalahkan pemerintah, melainkan menyokong pemerintah untuk melakukan yang terbaik bagi rakyatnya. Semoga pemimpin dan pemerintah yang nantinya terpilih adalah pemimpin terbaik yang benar-benar berjuang dan mengayomi rakyatnya (termasuk salah satunya masalah tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri).


Mungkin ketiga solusi itu terdengar sangat klise. Akan tetapi, jika semuanya benar-benar terwujud, saya yakin menjadi sedikit jalan keluar bagi pekerja-pekerja sektor domestik, in syaa Allah...


Ramadhan 1435 H : So Different, So Amazing

Alhamdulillaah segenap syukur kehadirat Allah atas segala curahan nikmat dan rahmat-Nya, Dia sampaikan kami ke bulan yang penuh barokah ini. Alhamdulillaah...

Ramadhan kali ini terasa sangat berbeda dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. It's so different, and also Amazing! Ini puasa pertama yang aku lalui bersama suami jauuh di negeri rantau. Negeri dengan ribuan masjid. Negeri di mana peradaban Islam bermula. Itulah amazing yang pertama di Ramadhan kali ini, menjalaninya di tanah gurun bersama suami. Tahun lalu, Ramadhan masi kami lalui dengan LDR (hiks...). Alhamdulillaah... ini Ramadhan pertama bersama suami. :)

Ramadhan ini juga terasa sangat sangat sangat berbeda dan amazing karena dilalui pada musim panas (suhu sekitaran 42-45º C, dikabarkan mencapai puncaknya 53º C) dan siang yang lebih panjang dari malam. Malam terasa singkat dan ditambah pula waktu isya yang lambat dan waktu subuh yang cepat. Ma syaa Allah... perjuangan yang luar biasa... dan harus dilalui dengan penuh semangat!!!

Ramadhan ini sungguh berbeda dan amazing! Sebab ini Ramadhan pertama pula yang kulalui dalam kondisi hamil. Dengan kondisi panas dan waktu siang yang lebih lama dan dalam kondisi hamil, itu benar-benar amazing. Walaupun dokter berkata, "it's okay for you and your baby.", tapi tetap saja yang tau kondisi diri sendiri yaa kita sendiri. Butuh extra Semangaaaat dan mujahadah yang kuat... Semoga Allah memberikan kekuatan untuk menjalankannya. Aamiin yaa Allah...

Sederet Kombinasi Huruf-Angka

Sekitar 3 tahun lalu, ketika kartu ATM aku lecek dan sama sekali tidak bisa digunakan lagi, aku galauu dong yaah. Walaupun isinya tak seberapa, tapi kartu ATM itu sangatlah penting untuk menyambung hidup. Hehe... Mau ngantri di teller? Deuhh, membayangkannya saja sudah ga sanggup. *lebay!!!

Akhirnya, aku putuskan untuk menuju bank yang berlokasi di fakultas psikologi UI (yang terdekat dengan kosan kala itu). Biar gratisan, aku naik sepeda dari shelter FKM. Hehe... *info ndak penting!! Setengah ngos-ngosan aku ambil nomer antrian menuju costumer service. Ga lama menunggu, akhirnya aku keluhkanlah nasib yang menimpa kartu ATM ku itu yang bentuknya sudah sangat jauh dari elok. Informasi dari mba CS nya adalah bahwasannya kartu ATM hanya bisa direnewal di kantor pusat. Lokasinya di dekat kantor walikota Depok. Yo wis akhirnya aku ke sana deeh.. ke kantor pusatnya.
Naahh, alhamdulillaah aku mendapat kartu ATM yang baru dalam jangka lebih kurang 1 jam. Tapi, salah satu tawaran dari mba CS di kantor pusat adalah gimana kalo aku bikin i-banking juga? Waktu itu aku emang ga mikir, apa perlunya sih i-banking buat aku? Toh, duit di sana juga ndak seberapa... Ya kaaan? Tapi karena aku memang pada dasarnya memiliki rasa penasaran di atas rata-rata, ya sudah aku bikin deh akun i-banking atas dasar "penasaran". Heheehe...

Blunder

Akhir-akhir ini istilah "blunder" sedang menjamur yak? Seiring dengan menghangatnya susasana jelang pilpres. Tenaaang, brow! Aku ga akan ngomong soal Blunder Pilpres koq. Mungkin sudah banyak yang jenuh. :D

Blunder yang akan kuceritakan kali ini adalah blunder-blunderan. Lho? Mungkin setiap kita pernah mengalami yang namanya blunder. Melakukan kesalahan yang mungkin akan merugikan diri kita sendiri atau setidaknya membuat kita malu besar atas ke-blunder-an itu. Mungkin kesalahan itu sudah berlangsung lama, tapi masi membekas hingga sekarang. Setidaknya, setiap kali mengingatnya, membuat wajah kita bersemu merah menahan malu dan ingin cepat-cepat mengenyahkannya dari pikiran yang sempat terlintas.

Ahh, blunder. Kadang rasanya ingin sekali kita memaki diri sendiri atas kesalahan lalu--blunder--itu. "Mengapa aku bisa sebodooohh iniiii?"
Tapi yakinlah, kita melakukan suatu blunder, itu artinya kita adalah manusia. Bukan malaikat. Dan adalah sesuatu yang mustahil jika kita tidak pernah melakukan kesasalan. Karena itulah, Allah menyediakan fasilitas taubat. Sebab kita adalah manusia. Sebab manusia PASTI tak luput dari kesalahan. Dan Allah akan berbangga atas taubat hamba-Nya.

Percayalah, bahwa kesalahan--blunder--yang pernah kita lakukan tidak sepenuhnya buruk selama kita belajar dari kesalahan itu dan berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Parameternya bukanlah menjadi lebih baik dari orang lain, apalagi hanya merasa lebih baik! Parameternya adalah apakah kita menjadi lebih baik dari diri kita yang dulu.

Yuk ahh semangaaatt!!!

Innalillaah, Kecelakaan Lagi!

Hari ini, sepulang pengajian, kami menyaksikan pemandangan miris yang sebenarnya juga sudah sering disaksikan. Ketika masuk hi-way King Abdullah Road, kendaraan terlihat sangat padat merayap kayak Jakarta. Hehe... Dari pengumuman di layar yang melintangi jalan (apa yah namanya? Hehe... maap ga tau istilahnya apa), tertulis "Caution! Traffic accident." Ya, ada kecelakaan. Dan kecelakaan di hi-way (jalan toll) sangat berpotensi menimbulkan kemacetan puanjaaaaang...

Aku sedikit mengeluh. Biasanya macet begini bisa menghabiskan waktu. Untungnya kecelakaan terjadi tak jauh dari pintu hi-way, jadi selepas melewati mobil yang tabrakan, jalanan kembali normal. Alhamdulillaah...
Ada dua sedan yang sudah bonyok bagian depan dan belakangnya dengan posisi miring melintangi jalan. Pantasan saja jadi macet. Tak lama kemudian, kira-kira 500 meter setelahnya, ada lagi kecelakaan beruntun yang melibatkan sekitar 3 mobil. Innalillaah... Dan parahnya, sekitar 1 km setelahnya... ada kecelakaan beruntun lagi yang melibatkan sekitar 4 mobil. Innalillaahi... Total ada 3 kecelakaan dengan jarak yang berdekatan terjadi kecelakaan yang mungkin waktunya juga berdekatan. Innalillaah....

Sebenarnya, dari total perjalanan yang aku tempuh di Kota ini, sekitar 60-70% nya aku saksikan kecelakaan. Hampir saja kecelakaan menjadi pemandangan yang "biasa" disaksikan di sini. Jika tidak ada kamera pemantau dengan resolusi tinggi di penggiran jalan, maka menerobos lampu merah adalah pemandangan yang lumrah kita dapati. Sulit sekali mereka untuk mengalah. :'(
Kamera Termahal :))

#Seri PIO 3: Obat Paten atau Generik?

"Dokter, pokonya saya mau obatnya yang paten yaa Dok. Ga mau yg biasa-biasa aja gitu.. uhmm apa yaa namanya... oh iyaa generik." Permintaan ini mungkin cuma karangan saja. Akan tetapi, ini pernah kita jumpai di tengah-tengah masyarakat, bukan?

Edisi informasi obat kali ini, aku cuma pengen berbagi informasi terkait salah kaprahnya obat paten. Mungkin ada sebagian di antara kita yang salah menduga mengenai obat paten. Obat paten sering diartikan obat yang benar-benar pancen oyee, numero uno, paten dalam hal menyembuhkan. Oleh sebab, salah memahami inilah akhirnya kita terjebak pada pemikiran bahwa obat mahal = obat paten = lebih cepat menyembuhkan dan lebih baik adanya sehingga kita meminta dokter untuk meresepkan si obat paten.

Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai obat paten, mari kita telusuri sedikit mengenai kisah panjang perjalanan suatu obat sehingga boleh dipasarkan. Suatu bahan obat yang istilahnya dikenal dengan API (active pharmaceutical ingredients) alias bahan aktif yang diduga berkhasiat sebagai obat akan melewati perjalanan yang sangaaaatt panjang dan lamaa hingga menjadi obat yang ada dihadapan kita saat ini (dalam bentuk apapun baik tablet, sirup, obat suntik dll). Hal yang pertama yang dilihat adalah keamanannya... lalu khasiatnya pada hewan uji. Jangan lupa, ada deretan puanjaaaaaaang upaya untuk memurnikan si API yg pada mulanya terdiri dari berbagai macam zat aktif. Ada tahapan uji klinis. Ada tahapan formulasi. Ada pre dan post marketing surveylance. Pokonya kalo diceritakan, mungkin bisa sampai setebal novel bang Tere-liye. Hehe... Dan jangan dikira itu bisa selesai 1 bulan 2 bulan. Bisa sampai 10 tahun lebih, bo! Berapa biayanya? Pokonya biaya kampanye capres cawapres kalaah dah! Bisa sampai 200 juta USD bahkan lebih! (Kalo dirupiahkan berapa kira-kira itu yaa?)

#Seri PIO 2: Bolehkah Menyimpan Obat di Kulkas?

Ibu-ibu, obat-obatan adalah sesuatu yang tentunya pernah ada di rumah kita, terlepas dari sering atau tidaknya kita menggunakannya. Hampir mustahil ada orang (apalagi ibu-ibu) yang tidak pernah melakukan runtutan check-up (yang paling sering untuk anak), kemudian menebus resep, membawa pulang obatnya, memberikan obat, dan terakhir menyimpannya. Mungkin rentetetan awal sudah kita lakukan dengan benar. Lalau bagaimana dengan urutan kegitan yang disebutkan terakhir di atas; menyimpan obat? Adalah hal yang biasa dan lumrah—sebagaimana kita menyimpan makanan dan minuman—kitapun menyimpan obat di lemari pendingin/kulkas. Tapi, benarkah yang demikian?

Sebelumnya, mari kita “intip” sedikit tentang bagaimana pembuatan obat. Obat di industri farmasi diproses sedemikian rupa dengan cara yang sangat higienis, aseptis dan melalui prosedur-prosedur yang memiliki stadardisasi tertentu. Pembuatan obat dilakukan dengan sangat hati-hati, baik itu dosis, zat yang pendukung, hingga penyimpanannya. Pada umumnya obat dirancang sedemikian rupa dan dibuat stabil pada suhu kamar atau temperatur ruangan., kecuali obat-obat tertentu (in syaa Allah kita bahas nanti yaa...).

#Seri PIO 1: Amankah Minum Obat Saat Hamil?

Ada kalanya ketika hamil, kita mengalami kondisi tertentu dan mesti mengkonsumsi obat-obat tertentu. Akan tetapi, terkadang, ada keraguan dalam hati, "Ini obat, aman ga yaa kalo saya minum? Si dede bayi dalam perut nanti kenapa-napa ga yaa?" Mungkin pertanyaan ini muncul di benak kita. Baiklah, mari kita sedikit bercerita.

Dahulu kala, orang-orang tidak terlalu aware dengan efek samping obat pada janin. Hingga, suatu peristiwa menggemparkan telah terjadi. Pada tahun 1960-an, ada sebuah obat yang disebut Thalidomide. Obat ini indikasinya adalah untuk orang-orang yang mengalami susah tidur atau insomnia. Tapi, si Thalidomide ini ternyata juga bersifat anti mual muntah sehingga banyak diresepkan untuk mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil. Tapi, peristiwa mengejutkan terjadi! Ternyata banyak anak yang terlahir cacat, baik itu amelia (tidak punya kaki dan tangan), pokomelia (kaki dan tangan tidak lengkap) dan kecacatan organ lainnya. Ada sekitar lebih dari 10.000 anak yang mengalaminya. Setelah ditelisik, ternyata, kejadian itu terjadi pada anak-anak yang ibunya ketika hamil mengkonsumsi thalidomide untuk mengatasi mual dan muntah. Ini sungguh "kecelakaan" yang sangat menggemparkan dunia medis pada tahun itu.

Kisah Orang Kampung di RS Modern

Hehe, mungkin kedengaran agak sedikit "kampungan", tapi aku tetap ingin menceritakan sesuatu yang memang sudah lama ingin aku ceritakan (dan karena terhalang oleh kondisi, baru sekarang aku punya kesempatan untuk menceritakannya). Ini tentang rumah sakit dan fasilitasnya. Bagiku ini amazing mengingat aku berasal dari kampung (wong ndeso) di mana rumah sakit yang available satu-satunya hanyalah rumah sakit umum daerah dengan fasilitas seadanya. Begitu berada di RS ini, aku merasa segala sesuatunya amazing. Sistem yang sangat bagus.

Sebelum aku menginjakkan kaki di rumah sakit, aku pernah mengunjungi klinik terlebih dahulu (untuk medical test dalam rangka pembuatan Iqama/resident permit dan pregnancy test). Awalnya aku terheran-heran, yang namanya klinik, dalam bayanganku paling yaa ga segitunya lah yaa... Ga gede-gede amat. Tapi, ini klinik koq nyaris kayak rumah sakit. Hehe... *kayak katak dalam tempurung dah akuuh. Haha. Maklum, belum pernah ke luar negeri sebelumnya... Hihi...
Tapi kesimpulanku adalah, taraf kualitas kesehatan di sini jauh jauh jauh lebih baik dari pada di Indonesia.
Bahkan kata salah seorang petugas rumah sakit yang mengurusi alkes (yang kebetulan adalah orang Indonesia), di sini peralatan medis canggih dan ada alkes yang di Indonesia cuma punya satu alat dan amat langka, di sini di 1 rumah sakit aja punya beberapa. Ma syaa Allah...

The Luckiest Wife

=======ANTARA NIKMAT DAN SYAHAWAT
Bila seseorang mencari pasangan hidupnya dominan unsur syahawatnya, maka menikah baginya hanyalah kesengsaraan, bukan kenikmatan. Nikmatnya hanya beberapa menit dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu yang ada hanyalah penderitaan. Bila istri sudah hamil, kenikmatan mulai berkurang. Apalagi kalau hamilnya bermasalah. Setidaknya rasa mual, tidak suka dengan aroma tertentu, muntah-muntah tiap sebentar, tidak berselera dengan makanan tertentu dan berbagai permasalahan lainnya. Apalagi kalau sampai terbaring, harus istirahat, sering pendarahan dan lain-lain.

Maka suami akan berubah menjadi pelayan istri. Menyiapkan makanan sendiri, mengurus rumah, mencarikan alternatif makanan bagi istri yang lagi tidak berselera makan. Tak jarang ada suami yang harus menggendong istrinya dari kasur kesumur dan sebaliknya. Mengangkatnya ke mobil dan tiap sebentar harus pergi ke dokter. Kalau sekali-sekali mungkin masih bisa dikerjakan dengan senang, kalau hampir tiap hari seperti itu, tentulah itu beban yang berat.

Apalagi bagi sang istri. Kondisi hamil telah membuat perubahan-perubahan pisik, jiwa dan emosional. Berbagai kepayahan akan dia tanggung dalam jangka waktu yang panjang. Selama masa hamil sampai melahirkan, hingga tuntasnya masa menyusukan. Lebih kurang 3 tahun lamanya. Karenanya, para pengumbar syahawat tidak berminat untuk menikah, karena itu penderitaan. Kalaupun menikah, biasanya tidak bertahan lama. Kalaupun bertahan lama, biasanya diselipi dengan selingkuh dan sejenisnya.

Konspirasi oh Konspirasi Obat

Hmm... sejujurnya dulu aku termasuk orang yang Antivaksin. Hehe... Ga fully anti sih. Alasannya sederhana, itu adalah karena salah satu dosen favoritku dulu adalah seorang anvaks. Karena beliau adalah dosen yang menurutku sangat cerdas, inspiratif dan dengan beberan panjang data ilmiah yang disajikan, beliau mulai "menysusupkan" tentang ketidakamanan vaksin lewat materi kuliah. Jika sumbernya bukan dari seorang clinical pharmacist yang pernah bekerja di perusahaan obat (yang notabene mengetahui seluk beluk dunia produksi obat), tentu aku takkan mudah percaya. Bahkan, aku juga ikut "mengkampanyekan" penolakan penggunaan vaksin ini. (Deuuh... Semoga ga banyak yang tersesatkan olehku yaa.)
Sekian lama waktu berlalu, akhirnya aku menyadari bahwa aku telah keliru. Banyak sumber yang kemudian membuatku menyakini bahwa, sebenarnya vaksinasi itu penting.

Baiklah, aku ga akan membahas lebih lanjut tentang vaksinasi di sini. Akan tetapi, mengenai sesuatu yang cukup "menggelitik". Hehe
========================

Ga sengaja terdampar pada sebuah diskusi (apa perdebatan yaa?) antara dua 'kubu' yaitu yang pro dengan vaksinasi dan pengobatan moderen (konvensional) dengan 'kubu' yang kontra vaksinasi dan pengobatan moderen.

Kalimat yang menarik adalah, "vaksinasi dan pengobatan modern itu tak lain hanyalah konspirasi AS belaka. Lebih baik kembali ke pengobatan herbal yang lebih aman, bebas dari efek samping." Atau, "pengobatan modern itu terlalu banyak zat kimianya yang menimbulkan efek samping. Lebih baik yang alami saja."
(Ini redaksionalnya berbeda, tapi intinya adalah sebagian orang yang menolak menggunakan obat modern menggunakan dalih bahwa itu konspirasi dan sebaiknya menggunakan obat herbal).

Sy mencoba sedikit berkomentar di sisi sebagai seorang pharmacist (meskipun sy masih memiliki sedikit pengetahuan dan memang masih harus banyak belajar).

Cara Mengurangi Mual Muntah Saat Hamil

a fresh lemonade :)
Sebagian besar wanita hamil (terutama di trimester pertama) merasakan apa itu yang disebut nausea vomiting. Mual dan muntah. Aku salah satunya. Melewati trimester pertama kehamilan terasa cukup berat bagiku. Mual dan muntah berat. Badan terasa lemas dan dalam waktu sebentar saja(skitar 3 minggu-an), aku mengalami severe lost weight. Sampai 10 kg. Tak sesuap pun makanan berkarbohidrat berhasil menuju lambung. Jika pun ada, sebentar kemudian dikeluarkan lagi dengan cara yang sama sekali tidak enak: muntah.

Aku dan suami sampai bingung, makanan apa yaa yang kira-kira bisa kumakan. Meskipun aku tau, suamiku akan mengabulkan apa saja makanan yang kuminta (terima kasih, Cinta), aku tidak menunjukkan minat sama sekali untuk makan. Dulu rendang begitu menggiurkan..., namun tetiba ingin sekali menutup hidung menciumi aroma rendang. Apapun makanannya--yang khas Padang saja-- ga minat, apalagi citarasa Arab, India dan Pakistan (yang sangat berhasil menstimulasi vomiting). Terasa berat sekali perjuangan seorang ibu...
*jd kangen ibuu...hehe...

Belasan Tahun Berlalu

Belasan tahun berlalu. Di mana aku tidak tahu, entah siapa yang telah memoles wajah lugu itu menjadi begitu terlihat "mengerikan" di mataku. Mungkin sebagian orang menganggap itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Tapi... tidak bagiku...
Itu sangatlah memprihatinkan.

Belasan tahun berlalu. Dulu semasa kecil bermain bersama. Sekian jeda tahun, seakan telah luput. Tak pernah bersua. Jika pun bersua, hanyalah sekejap mata. Tapi seperti kejadian ajaib. Setelah sekian lama jeda waktu terhitung tahun itu, wajah yang dulunya lugu, polos, tidak mengerti arti make over, apalagi pakaian minim, kini membuatku begitu terhenyak. Hanya secarik kain kekurangan bahan yang menutupi tubuh itu. Kerudung hanya formalitas. Sekali dipakai, lain kali berganti dengan gaya--yang katanya--sangat modis. Modis ya modis ala kebarat-baratan. Rok yang hanya 10 senti, baju tanpa lengan. Pernah pula tak sengaja... berjumpa potretnya tengah bersama seorang lelaki yang pasti bukanlah suaminya karen ia belum menikah. Dan posenya itu... sungguh memilukan...

Termanguku di sudut sepi. Alangkah mahalnya hidayah itu... alangkah mahalnya... Meski aku belumlah purna, belumlah bisa menjadi lebih baik... tapi hati ini tetap miris... Miris menyaksikan pemandangan dari kejauhan... tentang wajah lugu yang kini sudah tak kukenali lagi. Tak kukenali lagi, siapa dia, jauh... dan sungguh jauh... Dan mungkin... aku terlalu terlambat untuk menyadarinya... setelah sekian lama waktu berlalu.... setelah belasan tahun...

Semoga.... semoga... semoga hidayah senantiasa terlimpah atasku dan keluargaku... dan juga semoga hidayah menghampirinya... menarik secarik kain singkat... agar menutupi seluruh tubuhnya...menghapus seluruh aksesori warna warni di wajahnya...berganti wajah bersahaja, wajah teduh, wajah polos sebagaimana yang kujumpai belasan tahun silam...

Membeli Kemenangan

"Membeli Kemenangan" http://www.pkspiyungan.org/2014/04/membeli-kemenangan.html

Alhamdulillah...

Alhamdulillaah... alhamdulillaah... tsumma alhamdulillaah...
Tiada kata selain syukur yang teramat dalam ke hadirat-Nya. Allah telah karuniakan untukku suami terbaik yang senantiasa membuatku bersyukur dengan kehadirannya, mengisi separuh jiwaku.
Alhamdulillaah....

Perjuangan ini ternyata tidak semudah bayanganku. Ketika berhadapan dengan nausea, vomiting, fatigue yang persistent (semoga untuk 3 bulan permulaan saja). Sungguh support dari suamilah yang banyak menguatkanku. Terima kasih ya Allah... Terima kasih Cintaku...

Riyadh, 1st Anniversary, 19-04-2014
Satu tahun yang indah bersamamu... :)

The Peak of Lost Appetite

Agaknya sudah lama menghilang dr dunia perblogeran. Dan sudah hampir 3 minggu pula si lepi tidak tersentuh. Hehe... alasannya sederhana; lost of appetite dan tetiba.... "hueeeekk...hueeeekk"

Tapi tetap smangaaaatttt doong... ini sungguh perjuangan yang luar biasaaaa... makanya menjalaninya dg penuh semangaaaattt...

(Heh? Tulisannya segini doang?? Nanti yaa in syaa Allah kita lanjut lagi cerita2nya)

Seharusnya...

Suatu malam yang membuatku sangat menyesal adalah terlalu serius menanggapi diskusi (yang layaknya disebut perdebatan). Menyesal telah menghabiskan banyak energi sementara "mereka" merasa yang paling suci, yang paling sunnah, yang paling bener tidak pernah merasa salah, tak sedikitpun cela pada diri mereka. Merekalah yang paling benar. Bahkan, hilanglah sopan santun dan keluarlah kata-kata "aslinya". Katanya sih buat mengingatkan, tapi koq yaa kata-katanya itu lho... jauh dari sopan. Subhanallah...

Pembahasan itu, seharusnya tidak udah lagi dibahas. Toh, masing-masing memang punya landasan dalam melakukan sesuatu. Hal yang paling membuatku menyesal adalah aku telah menghabiskan waktu, menguras energi untuk menanggapi sesuatu yang seharusnya tidak perlu ditanggapi.

Selang beberapa saat setelahnya, datang pula komentar di jejaring maya dari "manusia sebangsa"nya yang kata-katanya--subhanallah--sangat "indah". Saking indahnya, kita tidak bisa lagi membedakan apakah kata-kata itu berasal dari lisan orang yang katanya paling lurus, paling ikut sunnah, paling benar dengan bahasa sumpah serapah di pasaran. Penuh caci maki dan emosi.

Aku tidak menggeneralisir semuanya sama, toh aku juga bersahabat baik dengan sebagian lainnya. Sekali lagi tidak semua, hanya sebagian. Tapi aku menemukan beberapa dari mereka berbahasa sedemikian rupa, seolah merekalah yang paling benar, paling suci, tidak pernah salah... Mereka mengatakan, tidak "berkelompok", tapi sejatinya mereka tengah "mengelompokkan" orang selain golongannya bukanlah orang baik, ga ngikutin sunnah rasul dan judgemen lainnya.

"Ga usah terlalu ditanggapin serius lah. Ngabisin energi aja. Lebih baik kita lalukan yang terbaik, apa yang kita bisa." Kata suamiku. Hehe... iya yah. Ngabisin energi ajah... seharusnya ga perlu ditanggapi serius yaa? ;)

#CoblosPKSno3

Wah, tidak berasa yaa, besok udah PEMILU.
Semoga Allah menangkan orang-orang yang memperjuangkan agama-Nya di muka bumi Indonesia ini.
Jika dari "kalangan mereka" begitu penuh perjuangannya menengakkan "millah" mereka, masa sih kita tidak ikut berjuang untuk menegakkan Ad-diin ini di tataran pengambil keputusan dalam bernegara?
Sebenarnya agak sedikit menyesal, belum banyak kontribusi aku dalam perjuangan "memenangkan" orang-orang yang menegakkan Ad-din ini, sementara pihak "seberang" sebegitu gencarnya... :(

Dalam Islam, jangankan politik dan urusan kenegaraan, masuk WC aja ada aturannya... Dan mengambil bagian dari politik adalah salah satu hal yang dianjurkan oleh Ad-din yang mulia ini. Salah satu "instrumen"nya adalah dengan bergabung dalam parlemen. "Merebut" suara agar keberpihakannya adalah kepada Islam, rahmatan lil 'alamiin. Menjadi bagian dari parlemen, bukanlah tujuan utama, bukanlah sebuah ambisi, bukan segala-galanya, melainkan sebuah jalan, sebuah wasilah, sebuah instrument. Kita tidak menjadikan demokrasi segala-galanya, tapi hanyalah sebuah instrument... Sayangnya, ada sekelompok orang yang "mencekal" dan "mengembosi" hal ini. Ya, masing-masing memang punya ijtihadnya. Hanya saja, sampai menuduh pihak yang berjuang di jalan ini sebagai orang yang mengambil jalan haram? Sampai mengkafirkan?  Apakah hanya sekelompok orang tersebut saja kah yang paling benar lantas yang lain salah? Subhanallah...

Ya memang tidak masalah perbedaan ini ada, toh di jaman Rasulullaah juga sudah ada perbedaan semacam ini. Hanya saja, menyedihkan sekali jika ini malah memicu perpecahan. Lagian, aku tidak terlalu suka menghabiskan energi untuk membahas perbedaan-perbedaan ini (selain memang tidak punya kafaah ilmu di bidang ini). Lebih baik fokus untuk memenangkan perjuangan ini. Mengurusi hal tersebut hanya menguras energi dan menghabiskan waktu saja sementara memperdebatkannya seolah tidak ada ujungnya. Masing-masing kekeuh dengan pendapatnya. Masing-masing merasa diri paling benar. Astaghfirullah... Lebih baik fokus, fokus, dan fokus untuk memperjuangkan dan memenangkan kebenaran yang kita yakini.

Jika ada sebagian yg berpendapat bahwa mengikuti pemilu adalah karena agar mudharat yg ditimbulkan lebih kecil, maka pastilah ada sebagiannya lagi yg memang bekerja dan berjuang untuk mengecilkan mudharat itu...

Sebab ada kata "mengecilkan mudharat", maka pastilah karena ada "pelaku" yang mengecilkan mudharat itu...Tidak mungkin tetiba ada pernyataan "mengecilkan mudharat" sementara tidak ada yg berjuang untuk itu...

Maka ketika ada pilihan untuk memilih atau ikut berjuang, bagiku adalah pilihan terbaik menjadi bagian dr orang2 yg memperjuangkan apa yang disebut "memperkecil mudharat" tersebut. In syaa Allah...
Allahu'alam bish showab...

Aku berdo'a, semoga pemimpin yang terbaik yang terpilih pada pemilu ini adalah orang-orang yang tulus memperjuangkan agama ini dan negara ini. Hingga saat ini, yang terbaik menurutku adalah PKS. Semoga Allah memenangkan partai dakwah ini... Semoga Allah menjaga mereka dari godaan dunia dan benar-benar berjuang menegakkan Ad-Diin ini... Allahuakbar!!!

Jadi, #CoblosPKSno3 :)

Kamu Pembantu Yaa?

Suatu ketika aku sedang berada di Riyalin bersama suami. Pas lagi di dekat counter sofa lesehan kalo ga salah, kita berdua lagi asyik membicarakan seusuatu yang kita amati bersama. Kebetulan, niqab aku lagi aku buka. Deuuhh nyesel jadinya. Nah, tiba-tiba, ada seorang wanita berniqab (sepertinya penduduk lokal Saudi) mendekati kami, lalu dia berbicara panjang lebar entah apa yang dibicarakannya. Mana gue ngerti!! Hehe... Itu bahasa Arab amiyah yang bukan baku deh.

Trus tiba-tiba suamiku bilang, "Zaujatiy." Selepas suamiku bilang begitu, dia segera berlalu tanpa sepatah kata pun.

Aku tanya suami, tadi si ibu bilang apa? *penasaran*
Suamiku jawab, "sepertinya dia lagi cari pembantu, TKW asal Indonesia gitu."
"Whaat??" Aku kaget. Hehe...

Shopping Pattern

"Come on. Cashier will be closed soon." Kata petugas di salah satu hipermarket tempat kami berbelanja bulanan tadi siang, mengingatkan. Spontan liat jam. Jam menunjukkan sekitaran 10.30 am. Segeralah aku dan suami memburu kasir. Jika tidak, maka waktu 1 jam lebih yang kami habiskan di hypermart menjadi sia-sia belaka. Mengapa demikian? Ini adalah hal yang menarik bagiku. In syaa Allah nanti kita cerita yaaa...

Ngomong-ngomong, setidaknya ada dua hal yang menarik untuk aku cermati mengenai dunia perbelanjaan di sini. Ini soal kultur masyarakat di mana hal yang pertama sangat positif dan hal kedua bisa positif dan bisa juga negatif, tergantung individualnya. Hehehe...

Hal menarik dan hal sangat positif pertama yaitu seperti aku uraikan di paragraf pembuka. Ketika jam sholat apalagi sholat jum'at, pusat-pusat perbelanjaan akan segera tutup (ini sudah kuceritakan juga sebelumnya). Tapinya, pas hari Jum'at (hari libur week end di Saudi), kadang-kadang kebanyakan toko atau pusat perbelanjaan tutup sebelum jum'atan. Atau, setidaknya, jam 10.30 itu udah batas akhir (kecualitempat-tempat tertentu, tapi umumnya begitu), padahal waktu dzuhur jam 12-an lewat. Tapi sesungguhnya ini tidaklah masalah. Ma fii musykila. Justru adalah sebuah kebiasaan yang bagus, ketika jam shalat, semua cecowokan pada solat di Masjid. Masjid yang selalu ramai. Ahh, rindu suasana seperti ini hadir di Indonesia tercinta
[Hehe, perasaaan, ini udah aku tulisin juga yaa sebelumnya. Ini saking excited nya aku. Sampai sekarang tetap excited dengan habbit yang bagus ini. Sampai-sampai di Blog pun ditulis berulang kali. Semoga ga bosan yaa...:) ]

Hal menarik kedua adalah tentang kultur kehidupan di Saudi mengharuskan para suami ikut menemani istri belanja. Jika di Indonesia, ngacir ke pasar tradisional atau hypermarket terdekat adalah hal yang mudah dan lumrah untuk dilakukan. Lain halnya dengan di sini. Kenapa ada hal positif negatifnya. Hal positifnya adalah alokasi waktu untuk berada di pusat perbelanjaan jadi sebentar dan pengeluaran tidak membengkak karena tidak membeli barang-barang yang di luar list yang sudah ditetapkan. Hal negatifnya adalah bagi sebagian wanita, ini akan menimbulkan semacam shopping stress. Ehh istilahnya aneh yaa? Hehe... Kenapa demikian? Yuuk simaaak, bagi yang masi penasaran :P

Pada banyak kejadian, para istri-istri sering mengeluh, "Deuuh koq suamiku ga mau yaa berlama-lama diajakin belanja. Padahal aku masih mau milih-milih lagi." atau, "Duh, ga konsen nih belanjaa, ditanyain mulu 'udah belum'. Kayak dikejar-kejar waktu." Dan banyak curhatan lainnya yang semacam shopping stress (istilah ini nda patent loh yaa). Setidaknya, hampir 90 % wanita mengeluhkan hal ini. Keluhan ini semakin kentara ketika di Saudi di mana suami harus menemani istri. Jadi suami "terpaksa" harus ikut muter-muter nemenin istrinya. Heuu... Hal itu tentu juga menimbulkan "shopping stress" bagi si suami yang terbiasa simple.

Dulu aku suka heran, kenapa ayahku selalu berpesan ketika mengantarkan ibuku berbelanja di Pasar. Pesan ayah, "jangan lama-lama yaa..."
Nah, sekarang pas dianter suami berbelanja, suamiku juga bilang, "jangan lama-lama yaa..."
Gubrak!

Suatu ketika, suamiku ngakak liat layar HP, lalu tiba-tiba menyodorkannya kepadaku. "Lihat ini nih." Kata suamiku sambil ketawa. Ini nih gambar yang diliatin suamiku ke aku.
Shopping pattern; gambar yang bikin suamiku ngakak.
Picture by STORE92
Hahahaa....
Ternyata gituuu yaa shopping pattern antara laki-laki dan wanita. Hampir 95 % kali yaa wanita seperti itu dan laki-laki seperti itu. Hampir semua teman-temanku mengaminkan gambar di atas, sambil angguk-angguk dan bergumam; "Gue bangeet"!! Hihihi. Awalnya liat barang A bagus, trus telusuri lagi dan lagi, berharap ada barang B, C, D dan seterusnya... yang lebih bagus. Eh, ternyata pilihan jatuh kepada yang pertama si barang A yang memang paling bagus. Pas mau balik ke tempat barang A, jalannya panjaaaang buangeeett, mampir di sana sini dulu, liat ini itu duluuu...Hahaha :D
Kadang pun,udah bikin list A, B, C, D eeh malah pulang bawa barang U,V, W, X, Y, Z... ahahaha :D. Wanita... wanitaa...
Kalo para pria, cendrung lebih simple dan easy, tidak suka berbelanja jauh-jauh cukup yang terdekat saja, ambil yang penting yang memang sudah diniatkan, 15 menit kholas! Hee... :D

Yaa, kesimpulannya, setidaknya kita masih termasuk "wanita normal" yang pattern berbelanjanya seperti itu :P :P :P
*ini bukan pembenaran loh yaaa... ahahaha :))

Ikan Tepung Crispy

Ceritanya pas sohib sayah... neng Rahma Ummu Fatih nge-share tentang shortening, sayah kalap ketika berada di Hypermart Panda, kepengen beli juga meskipun maksud dan tujuan penggunaannya belumlah sayah rencanakan... -_-"

Adeuuhh karena buru-buru pulang abis ngedate ama Suami di DQ (Dairy Queen) sayah lupa lihat expiredate si shortening. Eh ternyata tinggal sebulan lagi. Adeuuhh harus segera digunakan dong yaah, sementara aku ga tau kegunaannya selain untuk pastry dan bikin secangkir coklat panas yang ditetesi shortening oil sehingga rasanya sungguh nikmat. Tapi, musim dingin sudah berlalu. Secangkir coklat panas, sungguh lebih nikmat di suasana musim dingin. Sedangkan pastry, aku belum niat bikin dalam waktu dekat. Hiks...

Akhirnya aku putuskan untuk googling adjah, apa sih kegunaan si shortening. Ohh ternyata, untuk bikin goreng yang crispy emang lebih nyummy kalo pake shortening oil. Akhirnya aku putusnya untuk bikin ayam crispy, lalu ikan tepung crispy. Hasilnya, alhamdulillaah tidak mengecewakan dan jauh lebih bagus (di segi penampakan hehe) di banding menggunakan minyak biasa. Alhamdulillaah... Yang penting ga mubadzir ajah yaa... :)

Ikan Crispy ala aku :
ikan fillet
garam
ketumbar
merica
bawang putih bubuk
bawang merah putih diiris/dihaluskan
tepung terigu
shortening oil
daun jeruk
minyak ikan/saus ikan
telur 1 butir
susu cair
(takar sendiri yooo... soalnya aku ga ngukur takarannya dan ga googling resep juga. karang sendiriii... hehehe :D)

cara :
ikan fillet di potong kecil-kecil, kira-kira 2x2 cm, lalu direndam dengan air, ketumbar, bawang merah dan putih iris/uleg, daun jeruk, minyak ikan/saus ikan,garam selama 1 jam, lalu direbus sampai matang dan air mulai mengering. Lalu telur + susu dikocok hingga merata (bahan perekat). Tepung terigu + merica + bawang putih bubuk + garam diaduk jadi satu (bahan pelapis). Gulingkan ikan fillet yang sudah direbus ke bahan perekat lalu ke bahan pelapis. Lalu goreng dengan menggunakan shortening oil dengan api sedang.
Ikan tepung crispy

Syahwat Al Qalam

Seketika masa SMA dulu (kira-kira 10 tahun silam, awal tahun 2004), aku mendengarkan sebuah tausyiah singkat dari arah masjid Misbahul Ulum (Masjid SMA N 1 Padangpanjang) dari salah seorang ustadz di asrama. Aku waktu itu tidak berada di Masjid, melainkan di Asrama Putri. Tapi materi tausyiah itu sangatlah jelas terdengar olehku (asrama Putri berdekatan dengan Masjid). Nah, ceritanya tentang Syahwat Al Qalam, alias kepingin ngomooong teruuss adjaah.. :(

Materi itu kemudian membuat aku tergugu, dan menuliskannya seketika itu di Diary (diary ke-3 dari total 15 diary). Aku tersadar saat itu bahwa syahwatul qolam sangatlah berbahaya, bahkan dengan maksud bercanda sekalipun. Mungkin aku rada-rada sanguinis yang umumnya "senang ngobrol" dan kadang suka mendominasi pembicaraan dan (?) mendramatisir suasana. *Alibi*.

Nah, kadang, aku sebagai orang yang ekspressif spontaneous (maksudnya, ketika ada sesuatu yang mengagetkan, membahagiakan, menyedihkan, memilukan, dan segenap kata kerja rasa lainnya, maka aku seketika itu juga, on the spot, mengekspresikan "kata kerja rasa" apa yang sedang terlintas dalam pikiran tanpa pikir-pikir dulu). Dan terkadang, ketika asyik bercuap-cuip begitu, atau kadang saking sangat bersemangatnya terhadap sesuatu, aku tidak menyadari, mungkin ada yang terlukai perasaannya. Ya, itu sering kali tidak aku sadari. Hiks...

Entahlah... Kadang aku udah bertekad setekad-tekadnya untuk mengontrol dan tidak spontaneous, tapi sering tidak berhasil. Hiks. Mungkin aku mesti me-recall kembali catatan sepuluh tahun silam, tentang bagaimana memenej syahwat al qolam; agar perkataan yang PASTI akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah itu adalah benar-benar perkataan yang perlu, penting dan benar untuk diutarakan. Ini bukan berarti kaku dan diam. Tapi, bagaimana agar perkataan itu benar-benar yang bermanfaat dan bukan sesuatu yang--ternyata secara tak sadar--menyakiti hati orang lain. Bagaimana agar perkataan yang keluar dari mulut, benar-benar telah melewati filter yang berlapis-lapis, dipikir dengan sejernih-jernihnya pikiran agar kotoran tidak ikut membersamainya. Sebab, sekali kita menyakiti seseorang, apalagi orang-orang yang dekat dengan kita, maka seketika itu pula, kita meninggalkan bekas luka, meski pun mereka--orang-orang yang berhati mulia itu--bersedia memaafkan. Tetap saja ada bekasnya meskipun si duri yang tertancap telah tercerabut. Ini perkara yang sungguh berat bagiku. Semoga, step by step, bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Oh iyaa, aku mohon maaf yaa untuk siapapun yang tidak sengaja tersakiti oleh perkataanku. =)