Edisi Salingka Tabek [part 3]

Berikut ini adalah edisi salingka Tabel lagi, tapiii dengan objek yang berbezaa...^^
Ini sebenarnya foto-foto buat Wallpaper Kalender Ramadhan... Capture nya tanggal 30 Juli 2011 jam 10 an pagi... Trus, yang air menetes itu di kolam depan rumah... Bunga-bungaannya di salingka tabek dan sekitarnya... Hehe...

Gendut? Hohoho...


gendutt?? hohoho...


Ahaha, yang jelas ini postingan yang tak penting. Jadiiii, jika tak ingin menghabiskan waktu, tak usah dibaca….hehe…

Luka dan Maaf

maaf lahir bathin^^


Setiap sesuatu yang melukai, pasti akan menimbulkan sequelae… Lama atau tidaknya, tergantung sedalam apa sequelaenya, dan bagaimana upaya untuk segera melenyapkannya… Karena itulah konsekuensi sebuah luka…

Aku teringat akan kisah tentang seorang ayah, anak dan paku. Setiap sang anak berkata sesuatu yang menyakiti dan berkata buruk, ia harus menancapkan paku pada sebuah kayu. Dan jika dia telah meminta maaf atas kesalahannya itu, maka ia harus mencabut pakunya kembali. Hari demi hari, sang anak semakin banyak menancapkan paku pada kayu itu. Akan tetapi, setelah ia menyadarinya dan meminta maaf atas kesalahannya itu, paku-paku itu pun ia cerabuti. Tetapi, setelah ia mencerabuti paku-paku itu, ia dapati katu itu telah banyak mengalami luka-luka dan tak lagi seperti kayu semula yang tercabik-cabik…

Demikianlah luka. Karena melukai, pasti akan meninggalkan sequelae…, sebuah bekas. Kendati pun kita sudah meminta maaf, akan tetapi kita telah menyayatkan luka di hati saudara-saudari kita. Kendati pun kemudian  suquele itu telah lenyap, akan tetapi kita PERNAH MELUKAINYA.  Karena maaf, tidak serta merta menghapuskan luka, meski pun masing-masing telah saling melupakannya… Ini bukan soal dendam atau ketidakmauan untuk memaafkan… Ini menyoal LUKA yang pernah kita sayatkan. Meski sudah meminta maaf dan saling memaafkan, tetapi….sudah pernah ADA LUKA… Ya, sudah pernah ada luka!

Sahabatku, saudari saudariku… Maafkanlah aku… Mungkin sudah begitu banyak luka yang aku torehkan padamu… Mungkin sudah banyak tindak-tandukku yang mungkin masih menyisakan sequelae di hatimu. Maka dari itu, aku mohonkan maafmu yang sebesar-besarnya… Mohon maaf atas segala luka yang masih menyisakan sequelae atau pun tidak…  Maafkan aku yaaah…

Selamat menjalankan ibadah Ramadhan….
Mari fastabiqul khoirat!

Baranak Ampek Den Nanti Juo

Perjanan ke Padang kali ini, aku menaiki travel yang bukan biasanya kunaiki. Menaiki travel berbeda tentu akan menghadirkan music yang berbeda. Sebetulnya, aku tak terlalu peduli dengan music yang dihidupkan sang supir travel, di mana pun aku menumpang, sebab aku tak terlalu menyukai music (di suatu tes, kecerdasan musikku hanya 10 nilainya dari skala 1-100. Rendah yah? Hehe). Tapi, music kali ini cukup menyita perhatianku… Kisah si Sutan Mudo…

Indak dapeeek, tanago bujang yo tuan oi…
Baranak ampeeek, den nanti juo…den nanti juo…

Hehe, maaf aku tak hapal lagunya… Dan juga, aku tak terlalu memahami pesan apa yang disampaikan dalam lagu ini. Dan tentu saja, kali bukan mencoba mengkritisi lagu. Hee… Hanya saja, jika maksud yang disampaikan oleh lagu itu adalah ia akan menunggu, bahkan sampai baranak ampek (sudah punya 4 anak), maka sungguh aku salut pada kesetiaan itu. Sungguh sangat salut dan angkat topi… Mengagumkan sekali. Pasutri saja, banyak yang tak sesetia itu. Lantas, dia akan menunggu sekalipun sudah beranak empat? Wah…wah…wah….ckckckck…

Ransel Fathel

Blogieee, sungguuh, hari ini senaaaang banget. Bahagiaaaa sekaliii. Akhirnya, tas ransel yang aku impikan terwujud juga! Alhamdulillaah... Aku bahagia, akhirnya, aku bisa memiliki tas yang aku buat sendiri.... Ada 2 tas, Bloggie. Ini versi ranselnya. Secaraaa, aku kan akhwat ransel. hehe. Tapiii, kali ini ranselnya lebih agak "girlie" dikit. Ndak kayak dulu, yang macho. hihi. Sekarang, karena mulai dari ide, desain adalah pure dari diriku sendiri, jadiiii, aku bisa bikin sesuka hati mulai dari model, desain, hingga ukurannya. Hmm....asyiiik kan Bloggie?

Bermula dari 'survey' harga tas. hehe... Setelah sedikit berkeliling, akhirnya survey membuktikan bahwa harga tas sekarang meningkat 100 % dari harga tas di kala aku masih tingkat 1 kuliah dulunya. Kenapa tahun 1? Karena, itu terakhir kalinya aku membeli tas untuk kuliah. Selama 5 tahun, dialah yang menemaniku kuliyah. My Black Ransel! Hehe... Sejak itu, harga tas bukan sesuatu yang kuperhatikan. Hingga, tibalah masaku hendak mempensiunkan ransel hitam itu. Sudah begitu kusam dan memprihatinkan walau masih bisa diandalkan. Hehe. Akhirnya, survey harga tas dan betapa terkejutnya aku ketika melihat harga tas itu ternyata sudah mahal. Yaa, mahaalll sekaliii untuk orang pengangguran sepertiku. hihi. Dan akhirnyaaa, aha! Ada ide! Bagaimana kalau kubuat sendiri saja tas nya? Toh dulu ayah dan ibu juga buatkan aku tas. Mengapa tak mengambil pelajaran kreativitas yang beliau berdua ajarkan?

Hanya dengan bermodalkan 50 ribu sahajaaa, alhamdulillaah, jadiii deh 2 tas! Yang satunya lagi sudah diaplod sih, tapiiii sudah dirombak lagi, demi kualitas yang lebih baiikk. Syaelaaaahhh... Ransel kali ini kembali aku namakan "RANSEL FATHEL". Hehe. Narsis! Kenapa harus ada Fathel-nya? Yaaah, laiknyaa nama tas yag beredar di pasaran lah! Ada exp*rt, eig*r, bodyp*ck, chann*el, dan sederet merek lainnya (maaff, aku ndak begitu apdet dengan merek-merek tas, hehe) yang mencantumkan nama di bagian depan tas nya, maka aku pun mencantumkan hal yang sama. Jadiii, "Fathel" bukan sekedar nama tapi juga merek. Karena, selain tas fathel, juga ada Fathel's handwriting font, Fathel design, Fathel fotografi, Fathel Bimbel, hihi... Jadiii, kali ajah suatu saat jadi 'FATHEL CORP', atau 'FATHEL GROUP', ya Ndak? hihi....

Tas ini insya Allah kuat. Dan menggunakan kain krah yang keras dan kuat. Dijahit dengan mesin yang cukup kuat sampai 4 kali jahitan (ssttt....ini kali pertama aku menggunakan mesin jahit secara serius euy. Hihi. Sebelum-sebelumnya masih ndak bisaa... Dan kelebihan mesin jahit tua itu adalah tak hanya bisa menjahit kain, tapi juga bisa menjahit suatu bahan yang tebel. Jadinya, tas-tas sebelumnya yang ayah ibu bikinkan untukku, boneka2 itu, juga dijahit menggunakan mesin ini).

Bahan-bahan dan cara pembuatannya insya Allah akan aku aplodkan. Nanti tinggal diunduh saja. Tafadhol, bagi yang berminat untuk membuat tas sendiri pula. AKu menyelesaikannya selama 3 hari. Sebenarnya bisa sih seharian. Tapiiii, aku ngerjainnya ndak full day, jadinyaaa yah bisa selesainya baru 3 hari. Hee....

Ini niiiih hasilnyaaaa....
Tas fathel cuy!
Hmm.... jadi kepikiran buat buka usaha tas nantinya. Hihi, dari duluuuuu ide bisnisnya banyak banget yah, tapi  tak satu pun yang terealisasikan. Hehe... Baiklah, sekedar mimpi sih boleh saja yaah. Mudah-mudahan suatu saat menjadi kenyataan...

Bermimpilah! Walau kita hari ini tak melihat jalan menujunya. Tapi, dengan bermimpi, kita akan memiliki segenap upaya untuk menujunya... Kelak, insya Allah akan ada jalan! Semangaaattt! Allahu akbar!

Sengaja aku wacanakan di sini. Hehe, pamer! Hehe, ndak ding! Hanya ingin berbagi wacana denganmu semua. Bahwa, jika kita bisa membuat sesuatu yang orang lain belum pikirkan, yaah kenapa tidaaaaak? iya tho?! Ada kebahagiaan tersendiri ketika kita berhasil membuatnya. Hehe. Dan lagiii, ini sebagai corong inspirasi saja. Alangkah berbahagianya, jika kamu (iyaaa, kamu yang lagi baca! hehe) bersedia untuk berbagi ide dan kreativitas di sini. Karena aku belumlah apa-apa. Aku yakin, kamu semua punya segudang ide dan kreativitas yang jauhhh lebih baik! Hayuuu, slaing berbagi yuuuuk!

Hari ini kita punya mimpi, maka yakinlah esok insya Allah akan terwujud!
Jadiiiii, apap pun yang terjadi, KITA HARUS TETAP BERSEMANGAT!

Cuap-Cuap Spechless

Hari ini ada kejadian yang cukup menggelitik... Hee, mungkin memang diriku yang tidak berilmu. Ya, memang diriku tak berilmu... Nah, anggap saja ini cuap-cuap seseorang tak berilmu, yang sedang belajarr. Boleh yah? Heuu.... Trima kasih Bloggie, sudah bersedia mendengarkan semua cerita-ceritaku....

Seperti biasa, Bloggie. Aku adalah orang yang suka protes. Hee... Apalagi jika aku punya sesuatu alasan dan data ilmiah yang bisa kupertahankan. Ya, setidaknya bagiku : BENAR atau BELAJAR dari KESALAHAN... Jadi, aku tetap akan utarakan itu. Jika benar, semoga ada manfaat yang kita peroleh ke depannya bersama-sama. Dan jika salah, maka aku akan belajar dari kesalahan ini. Ya, karena tak semua kita tau. Sebab, tak semua kita punya ilmu. Lantas, alasan apakah yang membuat kita merasa paling benar? Iya tho?!

Pelajaran Kreativitas

Dahulu, ketika aku masih kanak-kanak, aku merengek pada ibu minta dibelikan boneka. Tapi, karena kondisi keuangan yang tak memungkinkan kala itu, akhirnya ibu membuatkan aku boneka dari bekas pakaian bayi kami yang diisi dengan kain-kain perca dan kapas dari kapuk yang ditanam di halaman. Walhasil boneka itu menjadi boneka yang cantik dan lucu… Ke mana-mana aku bermain dengan boneka itu. Bahkan, ketika kami menginap di rumah nenekku, aku juga membawa boneka itu. Ibu juga buatkan aku bola dari daun pandan (daun yang sering digunakan untuk membuat tikar jaman dulu). Selain itu, kami membikin pistol-pistolan dari tulang daun pisang. Rakit kecil yang dikenal dengan sebutan “codang” yang dapat di dayuh di sawah yang ditanam dengan system mina, sehingga memungkinkan untuk ‘berlayar di sekelilingnya’. Ah, masa kecil yang begitu bahagia. Di sebuah sudut kampung, di kaki bukit Anda. Masa-masa yang begitu manis untuk dikenang. Meski tak ada permainan canggih, tapi, aku bahagia. Mainan paling mewah yang kupunya kala itu adalah Lego. Aku sangat suka main lego, membangun rumah-rumahan dengan itu (karena konon kabarnya aku memang orang ‘spasial-visual’, hehe. Mainanku yang lainnya adalah KERTAS BEKAS. Ya, sebab aku suka menggambar rumah di atas kertas itu. Atau membuatnya menjadi mainan sederhana, apakah itu kodok-kodok’an, kapal-kapalan, bunga-bungaan, dan sejenis mainan lainnya. Belakangan aku baru tau kalau itu namanya origami. Hihi.

Dahulu juga, ketika aku kelas III SD, ayah membuatkan aku tas yang sangat bagus. Tas itu berbahan dasar famatex dan dihiasi tali temali bekas tas sebelumnya. Seperti tas yang dijual di pasaran. Namun, ini berbeda! Tentu saja lebih bagus. Hehe. Sebab, tas itu tahan hingga 6 tahun. Di kelas 2 SMP aku bahkan masih mengenakan tas itu! Meski kala itu, pikiranku yang begitu sederhana merasa malu ketika harus mengenakan tas buatan sendiri, bukan tas yang dibeli di pasaran. Yah, itulah pikiran kecilku yang begitu sederhana. Jika masa itu bisa berulang, maka tentu dengan bangga aku mengenakannya. Bukan dengan sebuah rasa malu. Iya tak? Selain tas, ibu juga menjahitkan baju untuk kami. Memang bukan penjahit ulung, karena ibu tak pernah menerima jahitan, hehe, tapiii, aku selalu senang dan bangga memakai baju yang dijahitkan ibu.

Ada pelajaran berharga yang kupetik dari itu semua. Setelah sekian lama, kusadari ternyata inilah PELAJARAN KREATIVITAS. Ya, sebuah pelajaran kreativitas yang sedang ayah dan ibu ajarkan padaku. Tak perlu merasa malu dengan apa yang kita buat sendiri. Mengapa lebih bangga mengenakan produk orang lain dan Negara lain sedangkan kita punya kemampuan untuk membuatnya? Jika kita memiliki kreativitas untuk membuatnya, lalu mengapa kita mengandalkan orang lain? Mungkin banyak di antara kita yang lebih bangga menggunakan produk-produk luaran sana. Akan tetapi, jika kita if we have ability to do more, why just be a follower? Ya, ketika kita bisa jadi trendsetter, mengapa harus berpuas diri hanya jadi follower? Apalagi jika trendsetter dalam kebaikan yang akan diikuti banyak orang. Bukankah juga akan memberikan investasi pahala bagi kita?

Kurma Kisut

Bloggie, bolehkah aku bertanya padamu?
Jika di hadapanmu saat ini tersedia dua mangkuk berisi kurma. Satu mangkuk berisi kurma berkualitas, kecoklatan muda warnanya, besar-besar dan tebal-tebal dagingnya, manis rasanya. Lalu yang lainnya berisi kurma kisut, kecil-kecil dan juga kurang manis rasanya. Manakah yang kau pilih? Ya! Tanpa perlu menunggu, pasti kau akan pilih mangkuk yang pertama kan yah? Ya, pasti tak salah lagi, mangkuk pertamalah yang kau pilih…

Benar kata pepatah minang itu…
Condong mato ka nan rancak, condong salero ka nan lamak…

Sekarang, segala-galanya membuatku mengerti, Bloggie. Segala-galanya! Semuanya sudah terang sudah. Ini bukan hanya menyoal takdir, Bloggie, tapi juga harga! Sebab sebagian punya kesempatan untuk memilih dua macam mangkuk kurma itu. Dan sebab pula sebagian yang lain benar-benar tak punya pilihan seperti halnya orang yang memiliki pilihan untuk dua mangkuk kurma tersebut. Maksud hati hendak memilih kurma segar dan wangi aromanya, tapi apatah daya, mungkin—karena uang yang tak cukup atau karena ianya tak tersedia di pasaran…

Bloggie…
Mengertikah kau apa maksudku Bloggie?

Kebakaran di Pasar Baru

Kebakaran dan Kepanikan

Sore itu, kami (aku dan Wewen) pulang dari ‘menghabiskan hari’ (heuu…kayak punya segudang waktu ajah yah?) dari Rabbani Centre, Gramedia, Pasar Raya, Belakang Olo dan kemudian menaiki angkot LURUS di depan Hawaii. Nama dan istilah ‘depan Hawaii’ ternyata masih popular walaupun sekarang Hawaii sendiri sudah tak lagi ada, luruh bersama gempa 2 tahun lalu.


Perjalanan kali ini lebih terasa melelahkan dari pada sebelum-sebelumnya. Sebab malam sebelumnya, kami mengadakan semacam pelatihan design dan foto editing. Acara informal sih. Dan tanpa terasa, kami benar-benar menghabiskan malam untuk segala design-design-an sehingga siangnya mata menuntut haknya untuk tidur. Tapi kami malah ‘malala’ sehingga terasa cukup melelahkan. Hee… (kayaknya deskripsi ini adalah deskripsi yang sama sekali tak penting! Hhihi…)

Sesampai di dekat jalan menuju SMA 9 setelah polsek yang bertepatan dengan adzan maghrib, angkot hanya menyisakan 3 orang penumpang. Aku, Wewen dan salah seorang siswi kelas VII SMP 31 Padang yang mengenakan seragam olah raga. Kenapa kelas VII? Sebab bajunya masih terlihat sangat baru dan sepertinya ini kali pertama ia mengenakan baju itu (heuu….sampai segitu detilnya yaah? Hihi).

“Diak, turun di siko se lah, awak ndak sampai ka simpang doh! Ado kebakaran tu ha.” Kata si uda supir angkot. Mendadak kami seangkot kaget berat. Si anak SMP itu nyaris histeris sebab ternyata rumah yang terbakar itu adalah rumahnya! Hampir lupa dia membayar ongkos dan berlari menuju TKP. Kami tepat sampai di lokasi kejadian ketika azan maghrib baru saja selesai berkumandang siap-siap memulai rakaat pertama, ketika itu massa sudah mulai berlarian mengerumini TKP. Sebagian kecil membawa ember berisi air. Tapii, kobaran api sudah merambat begitu besar. Tak tercukupi hanya oleh ember-ember saja. Seketika, maghrib itu menjadi maghrib yang naas (istilah yang lebay….hehe). Kejadiaan itu terjadi sesaat sebelum adzan maghrib

Ada rasa yang tak terdefinisi ketika kusaksikan kobaran api itu. Sungguh. Ah, begitu mudah Allah ambil segalanya. Ya, segalanya begitu mudah bagi Allah. Kita sungguh tak dapat menjamin apakah nanti, esok, lusa, apa yang kita miliki ataupun kita bersamai saat ini apakah masih akan tetap menjadi milik kita, ataukah tidak. Tak ada yang abadi dan tak ada yang kekal melainkan hanya Dia saja. Maka, kita tak pernah memiliki alasan untuk berbangga hati dengan apa yang ada pada diri kita saat ini, sebab mudah saja bagi-Nya untuk membalikkan segalanya…

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. “ (Qs. Al Hadiid : 22-23)

Kali Ini : Untitled

Bloggie, apa kabar?
Ingin sekali bercerita banyak padamu, Bloggie. Sungguh…

Semakin lama semakin kusadari, bahwa selama yang kucari adalah sebuah kesempurnaan, maka selama itu pula aku PASTI akan menjumpai kekecewaan. Sebab tak ada yang sempurna. Sungguh tak ada, kecuali hanya Dia saja…

Tentang yang lalu Bloggie, sepertinya tak ada yang perlu kuceritakan lagi. Dan lagi pula, aku telah menutup lembaran lalu itu dengan sebuah penyudahan. Penyudahan yang menyedihkan. Tapi juga penyudahan yang membangkitkan! Penyudahan yang menyuplaiku dengan segenap energy baru. Walau kadang, masih terasa ngilu. Tapi, ini sudah jauh berlalu. Dan hari ini, ngilunya tentu sudah lebih membaik. Bahkan sudah sangat membaik. Mungkin hanya perkara waktu saja. Waktulah yang akan menjadi obat mujarabnya. Memang, akan selalu ada harga untuk segala sesuatu. Kadang, aku merasa, inilah harga yang memang harus kubayarkan. Ah, tapi, selalu saja ujian-Nya pastilah dalam koridor kesanggupanku saja kan yah? Aku tentu tak boleh sedikit pun bersuudzan pada setiap keputusan-Nya. Sebab, Dia tak pernah mendzolimi hamba-Nya. Sebab, apa yang telah Dia catatkan untukku adalah sebaik-baik scenario yang harus kujalankan…

Sekali lagi, bagaimana aku bisa mengatakan sesuatu itu buruk sementara aku belum mengetahui kebaikan yang banyak di belakangnya? Bagai mana bisa? Kelak, aku akan mengetahui, mengapa Allah pilihkan skenario ini bukan yang itu untukku, meski pun aku sempat sangat menginginkannya. Kelak, aku akan mengetahui kebaikan apa yang tersimpan di balik itu semua. Aku sangat percaya itu…

My English Twit

Assalaamu’alaykum Bloggie. Oohh, long time no see you, my Blog. I really miss U, honey. Hee… Bloggie, it is the first time that I write you in English. Hoho, don’t laugh at me, okay!? I’m sure that you will find many grammatical error in this note. Because my English is so bad. Hmm…, in other hand, I need your correction if you find many grammatical error in here. Please correct me, Okay?

Hmm…., I don’t have enough confidence to write this indeed. Cause, I never studied English in five years ago. And I almost didn’t use English in five years ago except it’s compulsory. Yeah, that’s a long time. I almost forget all about English (words, grammer, conversation and other). I don’t like English. Heuu… it’s the stupied statement that I had. I was lazy to read everything that’s wrote in English. I didn’t interest to read English note, English journal (but almost all journal is wrote in English, right?!), English speech, english organization, English day (I’m so sorry to PEC BEM KM Pharmacy Unand whom made the English Day program in my collage, I often run against this program by speaking in Minang language, hihi…), and English blog. I usually click “close” buttom if the blog was wrote in English (sigh!). Hmm…, how stupid is it.

But now, I will increase my English ability. How important is it. I regretted about my laziness. But, I think it’s not too late.And I will be confidence to write my note in English, although there are many grammatical error there. So, I will post my English story in a special blog. I named it : My English Twit. (plese visit it, Bro and Sist).I named it "twit", because the content is consist of simple story and certainty I use twit template. hee... This blog has destination to post My English note just a simple story. I will tell about my feeling there. Oh yeah, if you wanna study English with me, let’s visit my English corner blog here. I need your correction, I need your advise. I need your in put for my English. Siiiipp??! I’m waiting for you…

After Liburan


Ehe, seminggu tak berkunjung ke rumah mayaku ini. Seminggu ni, lagi-lagi ‘malala’. Hihi. Liburaan. Ye..ye…ye… Sebenarnya tak ada kata liburan untukku. Bukan karena sibuk sehingga tak punya waktu untuk liburan. Tapi karena setiap hariku adalah liburan. Hihi. Semoga waktu-waktu yang berlalu tak terbuang begitu percuma yah, walau sering sekali rasanya waktuku tersia-siakan. Aku terlalu banyak membuang waktu. Hee… Semoga ini jadi penyadaran buat ke depannya.

Kali ini, aku juga bawa ‘oleh-oleh’ malala. Hmm…, lagi-lagi masih amatiran sih. Bidik malala. Hehe.
Sore di Tanjung Mutiara, Tanjung Barulak...
 
Termenung...

Pengangguran : A Safety Zone

Waktu berlalu sekian lama. Rasa-rasanya, sudah begitu banyak waktu berharga yang terlewatkan. Belakangan, aku menyadari—meski pun sering tak bisa ngisi pulsa, sering ndak bisa hadiri banyak acara karena ndak punya duit,hihi—menjadi ‘pengangguran’ adalah zona nyamanku. Aku senang. Aku menikmatinya. Entah mengapa. Bukannya kelebihan waktu, menjadi ‘pengangguran’ justru membuatku merasa kekurangan banyak waktu. Bukan hanya waktu, tapi kemudian ada yang lebih berharga untuk kulewatkan. Kesempatan. Ya, kesempatan…

Katanya, keberuntungan itu adalah ketika kesiapan bertemu dengan kesempatan. Selain kesiapan yang masih ‘ogah-ogah’an, aku juga telah melewatkan banyak kesempatan emas begitu saja. Menyesal? Tentu saja. Tapi, semoga belum terlambat terlambat. Ya, belum terlambat, insya Allah…

Kadang, aku berpikir, bahwa banyak hal-hal kecil yang telah menyibukkanku. Banyak hal. Aku lena. Aku abai. Dan baru menyadarinya setelah begitu banyak yang terlewat. Bahkan aku berpikir, bahwa aku baru saja melukiskan sebuah sketsa kehidupan. Bahkan masih banyak coret-moretnya pada sketsa itu… Aah, ternyata baru kusadari sekarang…

Perempuan Perkasa Itu...

Perempuan perkasa itu...

Kepada perempuan paruh baya itu, aku memanggilnya dengan sebutan “Anduang”, tetanggaku. Ia wanita yang kuat. Sungguh. Ketika itu, ia hendak menjemurkan padi-padi sehabis panen di halaman. Di kepalanya, sekarung padi dengan berat lebih dari 50 kg. Aku berdecak kagum. Sungguh, betapa kuatnya ia. Aku pernah mencoba mengangkat beban seberat itu berdua dengan ibuku, juga ketika hendak menjemurkan padi-padi. Berdua saja sudah terasa begitu berat. Apalagi sendiri. Di atas kepala pula. Masya Allah…

Bagiku, mengangkat sekarung padi seperti Anduang itu adalah hal yang hampir-hampir saja absurb. Terlalu berat, bagiku. Tapi lihatlah, sosok ringkih yang telah tua dimakan usia itu sanggup melakukannya.

Mungkin begitu juga kehidupan ini. Kadang kala, beban yang kita angkut di pundak kita terasa begitu berat. Akan tetapi, ternyata ada orang lain yang sanggup mengangkatnya dua kali lipat lebih banyak dari diri kita…

Saat terjadi masalah, kita merasa beban kitalah seberat-beratnya beban. Ujian kitalah sesulit-sulitnya ujian. Padahal, itu mungkin belum seberapa dibandingkan dengan ujian yang orang lain dapatkan. Mungkin jauh lebih sulit. Dan jika kita berada di posisinya, barang kali kita tak lagi sanggup menjalani kehidupan ini…

Mari kita simak sejenak kisah Ibu tangguh ini. Dalam masa sepuluh tahun, empat orang terdekat yang hadir di kehidupannya, satu persatu Allah panggil. Dan dalam masa sepuluh tahun saja, ia kembali harus sendiri. Sendiri mengarungi kehidupan ini, setelah pemergian mereka. Pilu. Amat sangat pilu. Tapi marilah kita belajar dari Ibu ini. Belajar bersabar. Ya, bersabar!

Sebelum Kembali Terjerambab

Sebelum jatuh terjerambab lagi untuk kedua kalinya, maka aku harus cepat-cepat melakukan isolasi. Ya, isolasi. Sebab kutahu betapa sakitnya terjatuh, maka sungguh kutak ingin terjatuh lagi. Cukuplah jatuhku yang pertama kali yang menghempaskanku, membuatku biru-biru lebam dan membuatnya harus diperban dengan banyak lapis. Dan cukuplah jatuh yang pertama kali itu juga menjadi yang terakhir kalinya. Aku tak ingin lagi biru-biru dan lebam serta berdarah-darah. Aku juga tak hendak mempersiapkan perban, larutan iodine, maupun kain compress. Ya, sebab aku tak ingin terjatuh lagi maka aku tak ingin mempersiapkan semuanya. Jika aku persiapkan semuanya, itu artinya aku juga mempersiapkan diri untuk kembali jatuh, berdarah dan lebam. Dan aku sungguh tak ingin kembali terjatuh di lubang yang sama! Aku tak ingin terjerambab lagi, pada jenis lobang yang sama!

Fiuufftt…
Ini bukan karena kebahagiaan dan harapan yang tak sedang berpihak padaku. Bukan. Sama sekali bukan. Hanya saja, Allah hanya sedang menguji, apakah aku tetap bisa bangkit setelah terjerambab itu. Bukan karena Dia tak sayang, tapi justru begitulah cara-Nya mengajariku. Begitulah cara-Nya menempaku. Bahkan tempaan itu belumlah seberapa jika harus disandingkan dengan banyaknya tempaan yang Allah berikan pada orang-orang sebelumku…

Dan setelah aku melewati itu semua, akankah aku ciptakan sebuah peluang untuk luka yang sama? Aah, tidak! Sungguh, aku tak ingin. Sakitnya ya sungguh sakit. Sedihnya ya sungguh sedih. Makanya, aku tak ingin merasakan kesakitan dan kesedihan yang sama lagi!

Pangek Pakih

Waaahh, sudah lama yak diriku berjanji padamu Bloggie, untuk memposting belahan jiwa nya si sambalado tanak. Yak, mereka adalah belahan jiwa! Hihi. Sambalado Tanak akan lebih nikmat jika ada Pangek Pakih, dan pangek pakih juga akan kesepian tanpa sambalado tanak. Jadilah mereka soulmate. Hehe. Eh iyaaa, dulu, waktu memposting how to mambuek sambalado tanak, diriku sudah janji akan memposting juga tentang pangek pakih. Maaff, baru hari ini dapat ditunaikan…

Membuat pangek pakih (dalam bahasa Indonesia kita sebut ‘paku’, atau ‘pakis’) agak susah-susah gampang. Walaupun banyak yang sukses, tapii, tak sedikit juga yang gagal. Ssttt…, katanya sih butuh teknis khusus. Hehe. Salah seorang ummahat made in Minang pernah mengeluh, pangek pakihnya selalu saja mencair kek bubur geetooh. Nah, memang di sinilah letak banyak kegagalan orang-orang dalam membuat pangek pakih (halaaaaaaah, macam tau…tau….je, padahaaal, tak tau puuun! Hihi)

Salah satu teknik khusus yang mesti jadi perhatian adalah pada volume santan yang diperlukan. Yak, volume santannya! Jika dalam pembuatan gulai biasa, mungkin kita akan menuangkan sekitar 1-2 liter santan, maka dalam pembuatan pangek pakih, cukup setengah liter saja. lebih sedikit juga taka pa. Pokoknya pualiiiiing banyak itu dua pertiga liter je. Okeeeh?

Cara pembuatannya sama seperti pembuatan gulai lainnya. Tinggal giling cabai sedikit (ndak usah banyak-banyak yak, ntar huuhaaa huhaaa kepedasan! Hee…), juga sipadeh (bahasa Indonesianya : si pedas..wkwkwk. Ya ndak lah! Jahe maksudnya), juga lingkueh (lengkuas) secukupnya, bawang putih satu siung ajah… Bawang merahnya leage artist. Juga daun salam, daun ruku-ruku, daun kunyit, serai. Takarannya leage artist ajah yak, soalnya masing-masing keluarga punya standar baku masing-masing keknya, hihi. Dan jangan lupaaa, dalam pembuatan pangek pakih, mesti menyertakan juga asam kandis (bahasa indonesianya emang asam kandis apah enggak yah? Hihi…) sedikit. Setelah semuanya siap, didihkan santan beserta bumbu-bumbunya tadi hingga terlihat menggelembung-gelembung (karena adanya proses konveksi) sehingga air santan berbumbu itu mendidih. (Naaah loooh, konveksi adalah pelajaran kelas IV SD, masih ingaaattt?? Hehe, intermezzo).

Jika sudah mendidih, masukan pakih yang sudah dipotong-potong terlebih dahulu ke dalamnya. Aduk-aduk sesekali. Proses ini diteruskan hingga santannya mengering. Setelah kuahnya mengering dan berubah menjadi minyak, baruu deeh kompornya dimatikan. Dan….tarrraaaaaaaa, pangek pakih siap dihidangkan! Hmm…gampang kan yak?
pangek pakihnya ndak terlalu kering sih... Mesti nunggu agak lama lagi sebenarnya, hehe

Bidik Jalanan

Bidik jalanan…. Hmm…maksudnya adalah ngambil photonya pas lagi di atas kendaraan. Seperti ini inii…
Moto-Moto sambil jalan/berkendaraan    ^__^ 

Ini adalah beberapa hasil photo ketika lagi ‘malala’. Hehe… Sebenarnya masih banyak sih, tapi di aplod separuhnya sahaja dulu… Caption di berbagai tempat niih,tapi ndak disebutkan yak...Heuu... Biar menghemat  space post-body nya...hihi