PASTI! Pasti Akan Ada Hikmahnya...

Ini tentang istiqdam. :'(

PASTI!
Akan ada hikmah atas segala sesuatu, seburuk apapun kita memandangnya saat ini...
Air mata boleh tumpah, tapi sama sekali tidak boleh menyurutkan semangat kita.
Kadang, kita terombang ambing antara harapan yang melambung dan ngilunya terhempas ketika lukisan asa yang kita coretkan di langit harapan belum menjumpai wujud nyatanya.
Begitulah.
Tapi, sekali lagi, PASTI akan ada hikmahnya.
Mungkin hari ini kita belum mengetahuinya. Tapi esok, entah lusa, entah beberapa dekade lagi, akan teranglah, mengapa Allah memilihkan jalan begini, bukan seperti ingin-ingin kita belaka.

Kota yang Mempertemukan Kami

Ternyata program #oDoP tidak terealisasi. Huhu...
Ini bukan karena aku tidak ingin mencorat-coret blog ini. Ada beberapa sebab sebenarnya. Semisal, di rumah sakit yang tidak memungkinkan untuk online, sinyal yang syusaaah, serta I'm on vacaition selama 3 hari tanpa laptop. Hihi, kalo mau beralasan sih, buanyaaak alasannya. Tapi yasudahlah... Aku tidak ingin mengemukakan alasan apapun lagi. Hehe...


Dua hari yang lalu, kembali aku menghirup udara sejuk Padangpanjang. Kesegaran yang dihadirkan oleh kota ini bukan hanya sebab suhu yang memang yang lebih dingin dan curah hujan yang lebih tinggi dibanding kampungku atau Solok; kota ibuku, atau Limah Puluh Kota; tempat ayahku berdomisili, ataupun kota Padang yang kami kunjungi satu hari sebelumnya. Tapi ada sensasi kesegaran yang berbeda.

Kadang Rindu Tak Mengenal Logika

Kadang rindu tak mengenal logika.
Ya begitulah.

Hari ini,sepertinya rindu tidak sedang berkompromi.
Aku tahu, 300 rupiah tidaklah cukup menggunakan call antar negara.
Aku tak perlu berpikir dua kali untuk segera isi ulang pulsa (sesuatu yang dulu sering membuatku berpikir panjang), lalu memencet kode +966 dan 9 digit angka selanjutnya yang tentu saja sudah sangat hafal bahkan aku bisa mengetikkan deretan nomor itu tanpa melihat keypad handphone saking akrabnya aku dengan deretan angka tersebut. 

Ya, rindu itu kadang tak mengenal logika.
Tak peduli seberapapun harga yang harus dibayarkan agar gelombang suara yang terpisah ribuan mil jarak itu terdengar dekat. Sangat dekat. Yang aku tahu, penggunaan pulsaku saat ini (dalam 7 bulan terakhir), meningkat sampai 5x lipat, tapi aku benar-benar tidak peduli. Sungguh tak peduli. Aku hanya peduli, bahwa aku sedang sangat ingin mendengarkan kabar seseorang di belahan bumi sana, terpisah daratan dan samudra. Itu saja.
Aku merindukan suara teduh dan menenangkan milik seseorang. Sungguh, aku benar-benar sedang ingin mendengarkannya. Apalagi, di saat tidak bisa menggunakan fasilitas skype.

Kadang rindu tak mengenal logika.
Ya begitulah yang kurasa.

Anak Didik Khadimat

Bloggie, aye 'bayar di muka' yaaah, program #oDoP kali ini. Maksudnya, hari ini aye posting dua, besok absen. Soalnya mau seharian di rumah sakit, in syaa Allah. Ga efektip bawa lepi sambil jagain anak yang sakit. Ga ada tempat naro' lepi yang strategis, hehe :D

Ini kisah tentang seorang anak yang diasuh oleh 'khadimat/pembantu'. Ini kisah nyata yang aku temui di lapangan. Sebut saja Bunga, anak usia sekolah dasar yang sehari-hari diasuh oleh pembantu. Sementara sang orang tua super duperr sibuknyaa. Sampai-sampai lupa menyanyakan sekedar PR anak atau gimana kabar anaknya hari ini.

Pengen Jadi Emak-Emak

Hari ini program #oDoP nya agak sedikit tersendat. Sebab aku lagi di rumah sakit, menemani si kakak yang harus dirawat (jadinya akses ke lepi agak susyaah). Sepertinya thypoid fever. Lagi wabah kayaknya. Meski tersendat, tapi setidaknya nda macet. Ya kan, Bloggie? ^__^

Hari ini, pagi-pagi, pas di IGD aku bertemu temanku, *temensatulingker* yang mau lahiran. Ma syaa Allah. Deg-degan banget dia kali yah? Sekaligus campur bahagia. Ditemani suaminya, mereka pindah ke ruang bersalin. Aku dan kakak beserta ayah kakak dan satu anggota kluarga lainnya dipindah ke ruang rawat anak. Sekitar siang ba'da dzuhur, aku mampir ke ruang bersalin. Ternyata temanku itu masih bukaan lima. Wajahnya tampak pucat sekali. Sesekali ia mengerang kesakitan. Deuuhh, pasti sakit bangeeeet yaah?
*tapi serius bikin aku mupeng sangat :D

Melahirkan.
Siapa saja yang pernah merasakannya, pasti tidak ada yang bilang "ga sakit." Seorang ibu, akan mempertaruhkan apapun bahkan nyawanya demi sang buah hati tercinta. Alhamdulillaah jika kehamilan dan persalinan berjalan lancar. Ada yang mesti bedrest total gara-gara mual muntah berat, hiperemesis gravidarum. Pastilah itu suatu hal yang sangat tidak nyaman. Aku salah satu contohnya, sangat parno dengan yang namanya emesis. Apalagi sampai hiperemesis. Bisa turun 10 kg berat badan dan melenyapkan segenap nafsu makan. Di ujung-ujung, mendekati hari lahir, ga sedikit juga yang disertai dengan diabetic gestasional, pre-ekslampsi dan ekslampsi, bleeding, yang mengancam nyawa si ibu.

Sedikit Demi Sedikit

Hari ini aku agak sedikit kaget ketika mendapati bak mandi belakang tiba-tiba cuma bersisa sedikit saja. Padahal, baru kemarin aku mengisi full bak tersebut setelah dikuras. Seingatku aku hanya menggunakan air di bak itu satu kali, tapi mengapa airnya tinggal sedikit? Apa baknya bocor?

Setalah dilakukan pemeriksaan dengan seteliti-telitinya, ternyata kesalahannya ada pada penutup saluran bak yang tidak tertutup rapat. Akibatnya, setetes demi setetes airnya keluar melalui saluran yang tidak tertutup rapat tersebut dan aku tidak menyadarinya.

Dari bak mandi bocor ini aku menyadari satu hal, bahwa kehilangan sedikit demi sedikit sering kali tidak kita sadari. Apa reaksi kita ketika kehilangan uang satu juta rupiah? Mungki ada berbagai macam reaksi, tapi yang jelas akan ada satu rasa yang disebut dengan kehilangan. Setidaknya kehilangan itu akan sangat berasa.
Namun, apakah kita menyadari jika uang kita hilang seratus demi seratus rupiah? Mungkin tidak berasa. Bahkan jika kehilangan itu berlangsung selama 28 tahun. Selama 28 tahun kehilangan 100 rupiah setiap hari akan sama jumlahnya dengan kehilangan 1 juta dalam sekejap. Tapi, rasanya pasti beda!

Begitulah...
Kadang kelalaian kita (aku terutama) yang sedikit demi sedikit akan membuat kita tidak menyadari bahwa sedikit demi sedikit pula kita menjauh dari-Nya....
Astaghfirullaah...
Ah sungguh, sungguh tak ingin jauh dari-Nya...

Terima Kasih ya Allah...

Terima kasih ya Allah, Engkau telah hadirkan suami yang terbaik untukku...
Kami mohon penjagaan-Mu yaa Allah, agar tetap berusaha mendekat pada-Mu...



We are Happy Family


Mengabadikan (kurang tepat kayaknya kata mengabadikan, sebab yg abadi hanyalah milik ALLAH), merekam jejak sejarah yang indah dengan sentuhan After Effect ^__^ 
Kali ini momen indah itu adalah "WE ARE HAPPY FAMILY"

Cerpen-Cerpen Jahiliyah

Okay, ini sebentuk komitmenku terhadap program #oDoP hehehe... Semoga istiqomah yaa Fathel. Soalnya kadang di awal-awal semangat,di  ujung-ujung ga terlaksana...

Let's talk about Short Story or Indonesian is called it Cerpen. Hehe....
Sejak kelas 6 SD aku adalah 'penggila' cerpen, all about cerpen baik itu membaca maupun menulisnya. Cerpen pertama yang kutulis ketika kelas 6 SD. Dan puncak-puncak kepenulisan cerpenku itu adalah pas setingkat SMP kelas 2 dan 3. Saking tergila-gilanya (koq gila yah? heuu...) sampai-sampai fisika dan matematika ta' cerpenin jugaaa...hihihi :D
Hehe, masa SMP adalah masa 'kejayaan'ku di mana aku sedang asyik-asyiknya meng-eksplor hal-hal baru, ikut lomba ini dan itu, gabung di OSIS, merasakan apa itu yang disebut juara kelas. Dan kusadari sepenuhnya, semakin beranjak besar/tua, segalanya semakin merosot dengan kemerosotan yang tajjaaam... hiks. Ambil contoh semasa SMA (yang jarak waktunya dekeet sama masa SMP), aku ga pernah juara kelas (udah sepuluh besar ajah masih untung, alhamdulillaah), ga keutus lomba ini dan itu, ga gabung di OSIS. Pokonya 180 derjat banget bedanya ama jaman-jaman SMP. Pas jaman kuliah apelagii. IPK pas-pasan lapeh makan, buanyaaak membawa pulang rantai atom Carbon (hehe, baca nilai C), dengan berbagai variasi, yaitu C-, C dan C+) haha... Hal parah lainnya, tidak seperti jaman-jaman SMP, aku tidak pernah lagi menulis cerpen (terakhir aku menulis cerpen kalau tidak salah tahun 2009). Makin parraaaahhh... hiks.

#oDoP



Smoga program #oDoP yang dicanangkan oleh Blog Fathel ini bisa membuat si Fathel semakin termotivasi untuk menulis. Semoga program #oDoP (#oneDAYonePOST) ini bisa terealisasi yaa Fathel :)

Semangat wahai dirikuuuu....
Gantbatte kudasai!
Hamasah!

Ingin Kembali Ke Masa Itu

Kadang, ingin rasanya kembali ke masa di mana rasa-rasanya ga ada masalah, enjoy the life, bermain, menangis, tertawa.
Menjadi dewasa akan equivalen dengan menghadapi berbagai masalah...
Dan di saat seperti ini, ingin rasanya kembali ke masa-masa itu.

#Tapi, pertamabahan umur, bukankah hal yang niscaya, Fathel?
#Hehe, iya!

Makanya, dari pada memikirkan untuk kembali ke masa kecil, mending siapin dirimu untuk menghadapi hari akhir di mana di sana tidak ada lagi gunanya menyesal, Fathel.
Ayooo semangat wahai dirikuu...

Ayek dan Pakyek

Ini cerita tentang ayek dan pakyek ku di masa muda beliau. Ayek sekarang sudah berumur sekitar 80 tahun (atau lebih ya? soalnya kan tanggal lahir beliau tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas, di jaman-jaman penjajahan).

Karena susahnya hidup, apapun dilakoni oleh Pakyek. Jadi petani, tukang, pencari kayu bakar, peternak ikan (petani ikan yah? bukan peternak? hehe).
Suatu hari, Pakyek mendapat 'tawaran proyek' dari seorang pengusaha. Proyeknya adalah membuat bangunan 6 toko (atau 4 yah? lupa) di mana sebagai upahnya beliau akan mendapat dua toko. Intinya, semua dibangun oleh Pakyek dan jatah beliau 2 toko. Menurut teori perekonomian Pakyek, in syaa Allah toko itu bakalan maju bangeeet secara di Toko nya berada di pusat propinsi.

MR. DIPIRO : Menebar Kemanfaatan

Bagi farmasis, apalagi farmasis klinis, siapa sih yang ga kenal dengan Mr. Joseph T. Dipiro. (haha, sok kenal banget gue yak? Hags....hags....hags.... Yang jelas, kita tau ama dia, dia nya ga tau kitaa). Kita lebih akrab menyebut beliau, Mr. DIPIRO. Dia adalah penulis buku Pharmacotherapy, a Pathophysioligic Approach, buku yang sering sekali jadi rujukan bagi farmasis klinis. Aku sendiri, juga sering merujuk kepada buku ini. Aku punya nya versi e-book. Soalnya kalo mau yang versi cetakannya, mahhhaaaall beut plus tebbbeeell beut. #MentalMahasiswa.

Ini nih si buku sakti itu :
karyanya Pak Dipiro dan asisten-asistennya :)

Gaji Pertama...

Hehe, mungkin terlambat untuk bercerita soal gaji pertama untuk teman perjuangan seusiaku. Teman-teman umunya pada heboh soal gaji pertama di tahun-tahun 2010-an. Paling cepat yaa akhir 2009 lah. Itu tahun rata-rata teman-temanku pada lulus dan mulai bekerja.
Apa ekspresi menerima gaji pertama? Excited? Hoho, aku yakin ini ekspressi generalisata. Dan deretan angkanya pun mencapai 7 digit. Bagi yang mendapat perusahaan semacam tambang dan perminyakan serta yang sejenis lainnya mungkin bisa mencapai 8 digit.
Di masa tahun 2010 itu, sebagai guru matematika, gajiku... haha cuma 5 digit saja (beli gorengan plus sate juga udah tandas gajinyaa.... Hihi...). Ingat, pertambahan nol dibelakang deretan angka itu akan signifikan sekali. Ya cuma beda 2 digit sih antara 7 dan 5. Tapi itu artinya beda 100x lipat. Heuu...

Hari ini aku menerima gaji pertama lagi, sebagai guru. Alhamdulillaah... Hihi, masih 5 digit. Satu kali belanja di pasar beli ikan, ayam, sayur, tahu tempe dan cabe, bawang, teri, juga udah ludes :D bahkan kurang. Tapi aku tak peduli. Aku bahagiaaa sekali dan excited, tak peduli berapapun nominalnya... Alhamdulillaah...

Pelajaran berharganya buat diriku, ternyata bersyukur dan merasa cukup itu membahagiakan. Hal ini juga membuktikan bahwa banyaknya nominal angka yang kita punya tidak serta merta berbanding lurus dengan kebahagiaan di hati kita. Makanya ga heran banyak orang tinggal di rumah bak istana tapi hatinya merana. Dan ga sedikit juga orang yang tinggal di rumah petak 3x4 meter persegi diisi berenam orang, tapi bahagia. Maka, harga bahagia itu bukanlah soal uang.

Sepasang Hati yang Terluka

Bersabar itu MUDAH mengucapkannya
tapi,
SULIT melaksanakannya.
Makanya ganjarannya besar.

*mengucapkannya emang mudah,melaksanakannya syusyaaahhh*
warning untuk diri sendiri...


Episode Per-KRL-an

Tiba-tiba aku seperti sedang berjalan dengan cepat, mengejar sebelum angka di pergelangan tangan menunjukkan 5.40 am. Aku melihat sosok berbaju coklat motif batik dengan ransel gede juga berjalan agak tergesa sekitar 50 meter di depanku. Kupercepat langkah, ingin menyamainya.
"Mba Dewiiii!" Aku setengah berteriak sambil ngos-ngosan ketika berada 5 meter di belakangnya. Wanita yang kupanggil menoleh.
"Ehh Fathel. Aku pikir mau naik KRL wanita."
"Hehe, gak jadi mba."

Dalam beberapa menit, kami mencapai stasiun Pocin, beli tiket yang harganya naik jadi 8rb (yang menuai aksi protes waktu itu walaupun ga demo sih, heuu), nunggu di peron paling ujung biar dapet gerbong wanita. Beberapa saat setelahnya pemberitahuan dari mikrofon stasiun memberitakan bahwa akan segera masuk commuterline tujuan tanah abang-duri-angke-jatinegara. Segera bersiap dengan ransel geudeee dan kadang bawa DIH *sebuah buku 'sakti' penuh 'ajian' dengan ketebalan 10 cm dan berat entah berapa kilo*, memasuki KRL yang udah penuh sesaak lalu berdiri mencari posisi pewe. Ya berdiri! Jangan harap bisa duduk. Kalau mau duduk yah naeknya dari stasiun Bogor atau Depok lama ajah. Heuu... Kegencet? Ahh, biasalaaaahhh... hihi....

Spesial untuk Sang Kekasih

Karena tanpa engkau, tak ada pernikahan bagiku :)

CPNShollic (bagian 2)

Aku pernah menulis tentang CPNShollic ini sekitar 3 tahun lalu. Makanya dibikin bagian 2 nya. Tapi kisah ini tentu saja beda cerita dengan versi sebelumnya.
Wah ga terasa yah, umur blog aku sudah lebih dari 6 tahun, hehehe :)
Dan blog juga yang menjadi awal yang sangat bersejarah di episode-episode hidupku. *nostalgia*
Hidup Blogger!!!

Hari ini, 3 November 2013, kampungku tercinta Muaro Labuah, Solok Selatan tiba-tiba kayak Jakarta! Beuuhhh... macceeeeettt sangaaaatttt... Buanyaaak sangat mobil lalu lalang.
Aku tau... aku tau... aku tau... itu karena hari ini test CPNS, di mana kampungku nan damai memiliki banyak peluang qoata yang artinya akan berjubel juga peminatnya. Orang-orang berdatangan dari berbagai suku #ehh dari berbagai kabupaten bahkan propinsi tetangga juga pada ikutan. Biasanya plat BA... Y (kode nopol Sulok Selatan) yang berseliweran. Sekarang, ada BA...A, BA...B, dst...

Ketika berpapasan dengan teman-teman, atau siapa pun itu, pertanyaannya hampir mirip, "Ikut Tes CPNS ndak?" Aku sudah menerima pertanyaan ini lebih dari sepuluh kali. Sambil tersenyum jawab "Ndak." (Gimana yaa caranya ngejawab sambil senyum? hihi... *membayangkan*)
"Wah peluangnyo gadang tuh apoteker. Ampek urang."
Ya...ya...ya... aku tau aku tau...itu peluang yang cukup besar untuk tes CPNS yang biasanya formasi rata-rata cuma 1 atau 2 orang.
hehe...

Ngomong-ngomong soal tes CPNS, setidaknya aku punya 2 ceritera... Hehehe.
Tertaril menyimak? Let's check it out... *khusus bagi yang tertarik saja*

Jasa Pengiriman yang MENGECEWAKAN!

Baiklah Bloggie, aku ingin sedikit menumpahkan KEKECEWAAN nih... :(

Berikut kronologis kekesalanku itu :
Pada tanggal 20 Okt 2013 aku memesan tanaman obat dari suplier di Malang. Paket dikirim pada tanggal 21 Okt 2013 menggunakan jasa J**. Menurut schedul nya, paket akan sampai pada tagl 23 Okt 2013. Eh, pas di cek di websitenya, malah nyasar ke Pulau Punjung. Aku jadi kecewa dong yah. Hampir tiap hari aku 'terror' (baca : telpon) kantor J** nya. Tak dinyana, paketnya malah 2x nyasar, pertama ke Rumbai, trus ke Gunung Medan. Kalau gak ditelpon-telpon, aku ga tau tuh paket bakalan nyampe apa enggak, soalnya statusnya kaga berubah-ubah. Aku jadi berpikir, ini jasa pengiriman yang katanya geudeee, mana tarif nya lebih mahal lagi, tapi pelayanannya ga mutu banget dah! Itu jasa pengiriman sungguh-sungguh sangat aneh. Masa alamat yang udah ditulis dengan benar, malah dikirim ke kabupaten berbeda. Sungguh-sungguh mengesalkan dan mengecewakan.

Akhirnya, setelah melanglang buana ke mana-mana, paketku nyampe juga. Innalillaah, udah 11 hari, baru nyampe!!! Katanya cuma 3 hari.
Pas dibuka paketnya, ternyata TANAMAN OBATNYA UDAH JAMURAN!
Ughhh, JAMURAN! Dan itu artinya, paket itu harus masuk tempat sampah. :(
Padahal, aku belinya ratusan ribu.

Pas aku cek di fanpage FB nya si J**, ternyata aku ga sendirian. Ada buaaanyaaaaaakk sekali yang komplain. Hehe, sampai cape aku nge-skrin syut nya :D dan masih banyak yang ga ke-skrin syut.
Ada yang lebih parah lagi. Paketnya bukan hanya nyasar beda kabupaten, tapi udah beda provinsi. Kan aneehh tuh yaaa?
Ada yang kehilangan pelanggan bisnis onlen. Ada yang paket makananya malah di ambil sama kurirnya. Masa paket pelanggan dibuka-buka sih? Itu kan bakalan meruntuhkan kepercayaan pelanggan.
Ternyata aku tak sendirian dan ternyata ada yang masalahnya lebih berat dari aku, hehe :D, makanya kita (aku terutama) mesti bersyukur dan tak perlu merasa masalah lebih berat, soalnya ada orang lain yang sungguh lebih berat masalahnya *ambil pelajaran*
Trus, melalui ini, aku berpesan agar berhati-hati menggunakan jasa pengiriman.
Jujur, aku jadi parno gituh mengirimkan paket via J**. Selama ini pake TIKI sih alhamdulillaah selalu OK. Pas giliran pake J**, malah bermasalah :(

Oh iya, mungkin barang kali, perusahaan sebesar J** tidak 'seburuk' itu selama mereka selektif memilih karyawan dan kurir. Karyawan yang jujur dan bisa dipercaya, bukannya malah mengambil paket pelanggan utk kepentingan sendiri. Teman kuliahku dulu ngirim paket via J**, malah si kurir nya mengambil paketnya buat dia sendiri. Yang begini ini niih semestinya di training ajah :)
Ini sekedar masukan utk perusahaan besar itu :)

Iniih beberapa skrinsyutnya... Semoga bermanfaat bagi pengguna jasa pengiriman paket gara lebih hati-hati dan semoga memberi masukan buat perusahaan jasa pengiriman :)
*ps : kalau mau versi yang lebih jelasnya, silahkan klik di gambarnya yaahh :)