Living in Riyadh [Part 1]

Alhamdulillaah telah seminggu lebih berada di Riyadh... Brrrhhh Dingiiiiiinn bangeeett... Yaiayalah, pan aku datengnya pas lagi musim dingin. Berada di rumah kaya sedang berada di dalam kulkas. Hehe... Makanan yang berada di luar jadi cepat keras dan membeku. Kalo ga cepat-cepat cuci piring, bisa beku minyak dan cabe bekas gorengan. Jangankan makanan, kita pun ikut beku dan kulit menjadi kering. Heuu...

Karena bawaan dingin, enakan 'dipeluk' selimut ketimbang ngeblog. Hihi... *Alesan*.
Udah sejak awal-awal berada di Riyadh pengen nulis segala sesuatu tentang Riyadh. Tapii, belum bersua kesempatan ajah. Heuu... Kan judulnya : Ibu Rumah Tangga sok sibuk. Hahay...

Mari bercerita tentang kehidupan Riyadh sependek pengamatanku selama seminggu ini. Ini dari sudut pandangku loh yaa. Hehe... Pertama cerita soal makanan dulu. Soalnya, makanan selalu paling menarik untuk diceritakan, hihi... Makanan khas Arab yang baru kucoba namanya Syawaya. Syawaya nya dibelikan suamiku tercinta pas pulang dari Masjid. Awalnya aku pikir itu box apaan, geudee buangeet untuk ukuran makanan. Ternyata satu porsi makanan Syawaya. Ma syaa Allah, itu satu porsi apa lima porsi sih? Geudeee banget porsinya. Ayamnya juga geudee banget. Kayanya setengah ayam deh. Ma syaa Allah, ampuuunn deh liat porsi sini yang geuudeee bangeeet. Porsi segitu cukup buat makan anak-anak penghuni wisma Hurriyah semasa aku kuliah dulu. Ya, cukup buat lima atau enam orang porsi cewek. Pernah juga kita makan burger. Kalo burger versi Indonesia sama sekali ga bikin aku kenyang. Hehehe... Tapi burger sini, di makan dalam keadaan sangat lapar, cuma habis dua pertiga nya. Gaswat kaan... Hehe...


Finally... Riyadh.... I'm Coming

Setelah menyelesaikan urusan beberes, akhirnya ngetem juga di depan laptop... Hihi... Tadinya mau tidur, soalnya di jam Indonesia ini sudah malam, hehe.... Tapi mungkin karena excited banget serasa mimpi berada di sini, di bumi Riyadh, akhirnya si mata masi melek deh. Ya sudah dari pada bengong, mending mulai deh mengetikan huruf demi huruf. Heuu...

Perjalanan ke Riyadh memang penuh cerita. Hehe... Serasa mimpi... Beberapa kali rejected bikin kami udah pasrah ajah. Memasrahkan segenap keputusan terbaik kepada-Nya. Seperti riak gelombang yang pasang surut. Sesaat begitu berharap dan sesaat kemudian kembali terhempas dengan berbagai kendala.
Mendarat di Riyadh ini terasa sangat wonderful... Ya, banyak hal yang akhirnya membuat kami mengerti bahwa memang lebih berasa manis sesuatu yang dicapai dengan perjuangan berat dari pada perjuangan yang biasa-biasa saja. Jika biasa saja, maka pencapaiannya mungkin terasa hambar dan akan memberikan rasa yang juga biasa biasa saja. Setidaknya, tidak se-excited yang disarakan ketika penuh perjuangan dalam pencapaiannya.

Ketika Chek-in di Bandara sempat deg-deg-an, soalnya petugas Chek-in dan petugas Imigrasi di Bandara heran banget melihat Visa aku yang tertulis "Not Permitted to Work." Biasanya kan TKI ke Arab buat kerja dan sepertinya aku dikira TKI gitu dengan Visa tertulis "Tidak Diijinkan Bekerja". Jadinya mereka bertanya-tanya, "Ngapain kamu ke Riyadh." Hehe. Setelah menjelaskan panjang dan lebar akhirnya aku diberikan boarding pass dan cap imigrasi. Alhamdulillaah...

Perjalanan menuju Riyadh di tempuh dalam waktu 14 jam lebih 50 menit. Nyaris 15 jam. Dari Soetta, pesawat bertolak terlebih dahulu ke Hongkong. Perjalanan menuju Hongkong ditempuh dalam waktu 4 jam 50 menit. Sebenarnya cuma 4 jam 10 menit, tapi karena terlambat terbang (arus lalu lintas di Soetta padat) dan landing di Bandara Internasional Hongkong juga padat akhirnya muter-muter dulu di udara sampai akhirnya landing dengan selamat. Alhamdulillaah...

Benda Hijau yang Menakjubkan

Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah...
Harapan yang ditunggu-tunggu pun akhirnya menjumpai nyatanya.
Rasanya menakjubkan sekali... melihat buku kecil hijau ini setelah melewati 8 bulan pengurusan.
Fiuufft 8 bulan! Bukan waktu yang singkat utk visa yang cuma 1 lembar.

Perjuangannya cukup berbelit-belit. Mulai dari change iqama, translet ini dan itu, cap dan stempel ini dan itu. Kalau dirangkai jadi sebuah cerita bakalan jadi kronologis yang puanjaaaang. Sungguh dalam 8 bulan ini, Harapan muncul, timbul tenggelam, di mana hari ini begitu berharap dan besoknya harapan tenggelam dan terpatahkan oleh rejection.

Hari ini, Melihat benda hijau bernama passport yang di dalamnya terdapat: VISA, ini rasanya sangat menakjubkan. Alhamdulillaah tsumma Alhamdulillaah... Terima kasih Allah...

Riyadh... I'm coming soon... in syaa Allah..

Rasanya udah ga sabaran pengen segera ketemu sang belahan jiwa.
See you soon Sayang, in syaa Allah...

Hari Ini Setahun yang Lalu

Tepat hari ini, setahun yang lalu di salah satu sudut Kota Depok, aku dipertemukan-Nya dengan seseorang. Rasanya, aku tidak pernah segugup itu sebelumnya. Tidak mampu mengangkat wajah dan lebih banyak menekuri ubin-ubin berwarna putih. Hanya hitungan detik saja bayangan seseorang itu terekam oleh retinaku... Setelahnya, kembali aku tatapi ubin seolah aku tengah menghitung benda persegi itu.

Satu tahun berlalu setelahnya... Begitu kencang waktu berlari. Dan aku tetap dengan doa yang sama; semoga sakinah mawaddah dan rahmah senantiasa hadir menaungi kami. Semoga dalam keberkahan-Nya selalu. Dan semoga kami kembali dipertemukan-Nya di tempat terbaik-Nya yang penuh kenikmatan
Dan itulah harapan tertinggi kami.

Melabuhkan Tujuan

Rasanya sudah agak lama tidak menyambangi blog. Kangen niih. Tapi, berhubung akses internet amat sangat terbatas (aku hanya menggunakan fasilitas warnet atau kalau mau gratis tinggal datang ke perpus pusat duduk manis di depan Mac dan mulai searching seperti yang aku lakukan saat ini dan mengetikkan posting ini, hehehe).

Sudah banyak berseliweran hal-hal yang mau dituliskan. Peristiwa yang bikin miris dan membuka mataku bahwa menyedihkan sekali sang 'pahlawan divisa' diperlakukan--menurutku--bukan seperti manusia. Kisah Margonda dengan wisata kuliner yang menyenangkan. Kayanya--masih menurutku--kuliner di Margonda memang super duper komplit dan variatif. Setidaknya, banyak dari kuliner-kuliner itu yang tidak kutemukan di kampungku. Kisah perjalanan ke Tangerang yang hepi. Kisah bocah kocak yang bawel tapi kemudian tiba-tiba anteng dipangku di kereta. Kisah tempat duduk prioritas yang diembat orang-orang tak berhak yang kemudian pura-pura tidur, lalu membiarkan elderly passenger, pregnant woman, woman with child dan passenger with handycapped berdiri dengan penuh perjuangan dan mempertahankan keseimbangan dengan susah payah. Dan buanyaaaakkk lagii. Sayangnya, ketika idenya mencuat ke permukaan, aku tidak punya akses untuk mengetikkannya di blog. Lha, giliran punya akses (seperti sekarang ini, duduk manis di depan Mac setelah berkelana kian kemari untuk menemukan komputer yang ada akses internetnya, hehe), malah idenya menguap entah ke mana langitnya (bukan rimbanya loh yaaa...).

Istiqdam : Alhamdulillaah Tsumma Alhamdulillaah

Setelah sekian lama kami menunggu si istiqdam dengan beberapa urusan yang amat sangat puanjaaang (sejak Mai 2013 lalu) dan persyaratan yang ga sedikit serta beberapa kali rejection, alhamdulillaah tepat hari ini, 5 Desember 2013 jam 17.00 (jam 13.00 waktu Riyadh) aku menerima kabar gembira dari suami dari daerah Dammam, Saudi, bahwasanya istiqdamnya approved! Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah... Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah.... Alhamdulillaah tsumma alhamdulillaah.... Rasanya bahagiaaaaaa sekaliiii... Sungguh ingin segera berjumpa dengan suami tercinta...

Semenjak tadi pagi, aku sungguh-sungguh sangat ingin mendengar berita itu. Seperti yang biasanya suamiku tercinta bilang, yang aku simpan baik-baik dalam hatiku, "hope for the best, prepare for the worst." Aku hari ini pun demikian. Setelah beberapa kali rejection, aku belajar untuk tidak terlalu menggantungkan harapan setinggi langit asa yang membuatku bisa saja jatuh ketika sang asa tak menjumpai wujud nyatanya. Aku belajar bagaimana berharap, bahwa nanti kemudian apapun hasilnya, pastilah itu ketetapan terbaik dari-Nya... Untuk kami, keluarga kecil kami...

Menerima kenyataan hari ini adalah satu bagian ketetapan yang indah dari-Nya dari segenap ketetapan-ketetapan indah lainnya yang Dia hadirkan wujun nyatanya dalam kehidupan ini. Semoga Allah memudahkan dan melancarkan segala urusan selanjutnya, memudahkan perjalananku nantinya in syaa Allah, dan mengumpulkan kami dalam keberkahan-Nya. Aamiin... Allahumma aamiin yaa Rabb...

Really miss him so much... ;)

Akhirnya, Tukang Cirengnya Datang Juga

Rasanya sangat berbinar-binar sekali demi melihat sesiapa yang lewat di depan rumah kemarin sore. Yap, betul! Si tukang cireng yang sudah kutunggu-tunggu kedatangannya semenjak hampir dua tahun silam. Waah, segitunya nungguin tukang cireng? Wong sebenernya aku bisa saja mendapatkan cirengnya di Depok. Tapi, HARUS TUKANG CIRENG YANG ITU! Kenapa bisa begitu? Nah, kisah penantian panjang (hasyaaaahh lebay banget) "menunggu si tukang cireng" itu ada di sini. Sekali lagi ingin kutegaskan, bahwa aku bukanlah penggemar berat cireng. Tapi, ini tentang satu cireng yang masih abu-abu.

Program Kondom atau Program Nikah?

Setahun yang lalu aku presentasi bab HIV dan AIDS, simtomnya, penyebabnya, manifestasi klinisnya, farmakoterapinya, interpretasi data klinisnya, prosedur diagnostiknya... Berbeda dengan presentasi-presentasi sebelumnya, pas sesi itu ternyata sang profesor bawa buku tebel yang khusus bahas HIV/AIDS. Dan bisa dibayangkan apa yang terjadi? Aku 'dihajar' habis-habisan dengan berbagai pertanyaan. Fiuuufft... Padahal pas presentasi sebelumnya (dan juga sesudahnya), sang proesor tidak membawa buku apapun dan laptop ke ruang kuliah.

Pas selesai presentasi sang profesor bertanya kepada seluruh peserta kuliah, "Kalian tau hari ini peringatan apa?"
Aku sejujurnya sebelum kuliah juga nda ngeh kalo hari ketika aku presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Padahal ga dirancang juga presentasi HIV/AIDS itu bertepatan dengan hari itu. Hanya berdasarkan lotting.

PASTI! Pasti Akan Ada Hikmahnya...

Ini tentang istiqdam. :'(

PASTI!
Akan ada hikmah atas segala sesuatu, seburuk apapun kita memandangnya saat ini...
Air mata boleh tumpah, tapi sama sekali tidak boleh menyurutkan semangat kita.
Kadang, kita terombang ambing antara harapan yang melambung dan ngilunya terhempas ketika lukisan asa yang kita coretkan di langit harapan belum menjumpai wujud nyatanya.
Begitulah.
Tapi, sekali lagi, PASTI akan ada hikmahnya.
Mungkin hari ini kita belum mengetahuinya. Tapi esok, entah lusa, entah beberapa dekade lagi, akan teranglah, mengapa Allah memilihkan jalan begini, bukan seperti ingin-ingin kita belaka.

Kota yang Mempertemukan Kami

Ternyata program #oDoP tidak terealisasi. Huhu...
Ini bukan karena aku tidak ingin mencorat-coret blog ini. Ada beberapa sebab sebenarnya. Semisal, di rumah sakit yang tidak memungkinkan untuk online, sinyal yang syusaaah, serta I'm on vacaition selama 3 hari tanpa laptop. Hihi, kalo mau beralasan sih, buanyaaak alasannya. Tapi yasudahlah... Aku tidak ingin mengemukakan alasan apapun lagi. Hehe...


Dua hari yang lalu, kembali aku menghirup udara sejuk Padangpanjang. Kesegaran yang dihadirkan oleh kota ini bukan hanya sebab suhu yang memang yang lebih dingin dan curah hujan yang lebih tinggi dibanding kampungku atau Solok; kota ibuku, atau Limah Puluh Kota; tempat ayahku berdomisili, ataupun kota Padang yang kami kunjungi satu hari sebelumnya. Tapi ada sensasi kesegaran yang berbeda.

Kadang Rindu Tak Mengenal Logika

Kadang rindu tak mengenal logika.
Ya begitulah.

Hari ini,sepertinya rindu tidak sedang berkompromi.
Aku tahu, 300 rupiah tidaklah cukup menggunakan call antar negara.
Aku tak perlu berpikir dua kali untuk segera isi ulang pulsa (sesuatu yang dulu sering membuatku berpikir panjang), lalu memencet kode +966 dan 9 digit angka selanjutnya yang tentu saja sudah sangat hafal bahkan aku bisa mengetikkan deretan nomor itu tanpa melihat keypad handphone saking akrabnya aku dengan deretan angka tersebut. 

Ya, rindu itu kadang tak mengenal logika.
Tak peduli seberapapun harga yang harus dibayarkan agar gelombang suara yang terpisah ribuan mil jarak itu terdengar dekat. Sangat dekat. Yang aku tahu, penggunaan pulsaku saat ini (dalam 7 bulan terakhir), meningkat sampai 5x lipat, tapi aku benar-benar tidak peduli. Sungguh tak peduli. Aku hanya peduli, bahwa aku sedang sangat ingin mendengarkan kabar seseorang di belahan bumi sana, terpisah daratan dan samudra. Itu saja.
Aku merindukan suara teduh dan menenangkan milik seseorang. Sungguh, aku benar-benar sedang ingin mendengarkannya. Apalagi, di saat tidak bisa menggunakan fasilitas skype.

Kadang rindu tak mengenal logika.
Ya begitulah yang kurasa.

Anak Didik Khadimat

Bloggie, aye 'bayar di muka' yaaah, program #oDoP kali ini. Maksudnya, hari ini aye posting dua, besok absen. Soalnya mau seharian di rumah sakit, in syaa Allah. Ga efektip bawa lepi sambil jagain anak yang sakit. Ga ada tempat naro' lepi yang strategis, hehe :D

Ini kisah tentang seorang anak yang diasuh oleh 'khadimat/pembantu'. Ini kisah nyata yang aku temui di lapangan. Sebut saja Bunga, anak usia sekolah dasar yang sehari-hari diasuh oleh pembantu. Sementara sang orang tua super duperr sibuknyaa. Sampai-sampai lupa menyanyakan sekedar PR anak atau gimana kabar anaknya hari ini.

Pengen Jadi Emak-Emak

Hari ini program #oDoP nya agak sedikit tersendat. Sebab aku lagi di rumah sakit, menemani si kakak yang harus dirawat (jadinya akses ke lepi agak susyaah). Sepertinya thypoid fever. Lagi wabah kayaknya. Meski tersendat, tapi setidaknya nda macet. Ya kan, Bloggie? ^__^

Hari ini, pagi-pagi, pas di IGD aku bertemu temanku, *temensatulingker* yang mau lahiran. Ma syaa Allah. Deg-degan banget dia kali yah? Sekaligus campur bahagia. Ditemani suaminya, mereka pindah ke ruang bersalin. Aku dan kakak beserta ayah kakak dan satu anggota kluarga lainnya dipindah ke ruang rawat anak. Sekitar siang ba'da dzuhur, aku mampir ke ruang bersalin. Ternyata temanku itu masih bukaan lima. Wajahnya tampak pucat sekali. Sesekali ia mengerang kesakitan. Deuuhh, pasti sakit bangeeeet yaah?
*tapi serius bikin aku mupeng sangat :D

Melahirkan.
Siapa saja yang pernah merasakannya, pasti tidak ada yang bilang "ga sakit." Seorang ibu, akan mempertaruhkan apapun bahkan nyawanya demi sang buah hati tercinta. Alhamdulillaah jika kehamilan dan persalinan berjalan lancar. Ada yang mesti bedrest total gara-gara mual muntah berat, hiperemesis gravidarum. Pastilah itu suatu hal yang sangat tidak nyaman. Aku salah satu contohnya, sangat parno dengan yang namanya emesis. Apalagi sampai hiperemesis. Bisa turun 10 kg berat badan dan melenyapkan segenap nafsu makan. Di ujung-ujung, mendekati hari lahir, ga sedikit juga yang disertai dengan diabetic gestasional, pre-ekslampsi dan ekslampsi, bleeding, yang mengancam nyawa si ibu.

Sedikit Demi Sedikit

Hari ini aku agak sedikit kaget ketika mendapati bak mandi belakang tiba-tiba cuma bersisa sedikit saja. Padahal, baru kemarin aku mengisi full bak tersebut setelah dikuras. Seingatku aku hanya menggunakan air di bak itu satu kali, tapi mengapa airnya tinggal sedikit? Apa baknya bocor?

Setalah dilakukan pemeriksaan dengan seteliti-telitinya, ternyata kesalahannya ada pada penutup saluran bak yang tidak tertutup rapat. Akibatnya, setetes demi setetes airnya keluar melalui saluran yang tidak tertutup rapat tersebut dan aku tidak menyadarinya.

Dari bak mandi bocor ini aku menyadari satu hal, bahwa kehilangan sedikit demi sedikit sering kali tidak kita sadari. Apa reaksi kita ketika kehilangan uang satu juta rupiah? Mungki ada berbagai macam reaksi, tapi yang jelas akan ada satu rasa yang disebut dengan kehilangan. Setidaknya kehilangan itu akan sangat berasa.
Namun, apakah kita menyadari jika uang kita hilang seratus demi seratus rupiah? Mungkin tidak berasa. Bahkan jika kehilangan itu berlangsung selama 28 tahun. Selama 28 tahun kehilangan 100 rupiah setiap hari akan sama jumlahnya dengan kehilangan 1 juta dalam sekejap. Tapi, rasanya pasti beda!

Begitulah...
Kadang kelalaian kita (aku terutama) yang sedikit demi sedikit akan membuat kita tidak menyadari bahwa sedikit demi sedikit pula kita menjauh dari-Nya....
Astaghfirullaah...
Ah sungguh, sungguh tak ingin jauh dari-Nya...

Terima Kasih ya Allah...

Terima kasih ya Allah, Engkau telah hadirkan suami yang terbaik untukku...
Kami mohon penjagaan-Mu yaa Allah, agar tetap berusaha mendekat pada-Mu...



We are Happy Family


Mengabadikan (kurang tepat kayaknya kata mengabadikan, sebab yg abadi hanyalah milik ALLAH), merekam jejak sejarah yang indah dengan sentuhan After Effect ^__^ 
Kali ini momen indah itu adalah "WE ARE HAPPY FAMILY"

Cerpen-Cerpen Jahiliyah

Okay, ini sebentuk komitmenku terhadap program #oDoP hehehe... Semoga istiqomah yaa Fathel. Soalnya kadang di awal-awal semangat,di  ujung-ujung ga terlaksana...

Let's talk about Short Story or Indonesian is called it Cerpen. Hehe....
Sejak kelas 6 SD aku adalah 'penggila' cerpen, all about cerpen baik itu membaca maupun menulisnya. Cerpen pertama yang kutulis ketika kelas 6 SD. Dan puncak-puncak kepenulisan cerpenku itu adalah pas setingkat SMP kelas 2 dan 3. Saking tergila-gilanya (koq gila yah? heuu...) sampai-sampai fisika dan matematika ta' cerpenin jugaaa...hihihi :D
Hehe, masa SMP adalah masa 'kejayaan'ku di mana aku sedang asyik-asyiknya meng-eksplor hal-hal baru, ikut lomba ini dan itu, gabung di OSIS, merasakan apa itu yang disebut juara kelas. Dan kusadari sepenuhnya, semakin beranjak besar/tua, segalanya semakin merosot dengan kemerosotan yang tajjaaam... hiks. Ambil contoh semasa SMA (yang jarak waktunya dekeet sama masa SMP), aku ga pernah juara kelas (udah sepuluh besar ajah masih untung, alhamdulillaah), ga keutus lomba ini dan itu, ga gabung di OSIS. Pokonya 180 derjat banget bedanya ama jaman-jaman SMP. Pas jaman kuliah apelagii. IPK pas-pasan lapeh makan, buanyaaak membawa pulang rantai atom Carbon (hehe, baca nilai C), dengan berbagai variasi, yaitu C-, C dan C+) haha... Hal parah lainnya, tidak seperti jaman-jaman SMP, aku tidak pernah lagi menulis cerpen (terakhir aku menulis cerpen kalau tidak salah tahun 2009). Makin parraaaahhh... hiks.

#oDoP



Smoga program #oDoP yang dicanangkan oleh Blog Fathel ini bisa membuat si Fathel semakin termotivasi untuk menulis. Semoga program #oDoP (#oneDAYonePOST) ini bisa terealisasi yaa Fathel :)

Semangat wahai dirikuuuu....
Gantbatte kudasai!
Hamasah!

Ingin Kembali Ke Masa Itu

Kadang, ingin rasanya kembali ke masa di mana rasa-rasanya ga ada masalah, enjoy the life, bermain, menangis, tertawa.
Menjadi dewasa akan equivalen dengan menghadapi berbagai masalah...
Dan di saat seperti ini, ingin rasanya kembali ke masa-masa itu.

#Tapi, pertamabahan umur, bukankah hal yang niscaya, Fathel?
#Hehe, iya!

Makanya, dari pada memikirkan untuk kembali ke masa kecil, mending siapin dirimu untuk menghadapi hari akhir di mana di sana tidak ada lagi gunanya menyesal, Fathel.
Ayooo semangat wahai dirikuu...

Ayek dan Pakyek

Ini cerita tentang ayek dan pakyek ku di masa muda beliau. Ayek sekarang sudah berumur sekitar 80 tahun (atau lebih ya? soalnya kan tanggal lahir beliau tidak diketahui dengan pasti. Yang jelas, di jaman-jaman penjajahan).

Karena susahnya hidup, apapun dilakoni oleh Pakyek. Jadi petani, tukang, pencari kayu bakar, peternak ikan (petani ikan yah? bukan peternak? hehe).
Suatu hari, Pakyek mendapat 'tawaran proyek' dari seorang pengusaha. Proyeknya adalah membuat bangunan 6 toko (atau 4 yah? lupa) di mana sebagai upahnya beliau akan mendapat dua toko. Intinya, semua dibangun oleh Pakyek dan jatah beliau 2 toko. Menurut teori perekonomian Pakyek, in syaa Allah toko itu bakalan maju bangeeet secara di Toko nya berada di pusat propinsi.

MR. DIPIRO : Menebar Kemanfaatan

Bagi farmasis, apalagi farmasis klinis, siapa sih yang ga kenal dengan Mr. Joseph T. Dipiro. (haha, sok kenal banget gue yak? Hags....hags....hags.... Yang jelas, kita tau ama dia, dia nya ga tau kitaa). Kita lebih akrab menyebut beliau, Mr. DIPIRO. Dia adalah penulis buku Pharmacotherapy, a Pathophysioligic Approach, buku yang sering sekali jadi rujukan bagi farmasis klinis. Aku sendiri, juga sering merujuk kepada buku ini. Aku punya nya versi e-book. Soalnya kalo mau yang versi cetakannya, mahhhaaaall beut plus tebbbeeell beut. #MentalMahasiswa.

Ini nih si buku sakti itu :
karyanya Pak Dipiro dan asisten-asistennya :)

Gaji Pertama...

Hehe, mungkin terlambat untuk bercerita soal gaji pertama untuk teman perjuangan seusiaku. Teman-teman umunya pada heboh soal gaji pertama di tahun-tahun 2010-an. Paling cepat yaa akhir 2009 lah. Itu tahun rata-rata teman-temanku pada lulus dan mulai bekerja.
Apa ekspresi menerima gaji pertama? Excited? Hoho, aku yakin ini ekspressi generalisata. Dan deretan angkanya pun mencapai 7 digit. Bagi yang mendapat perusahaan semacam tambang dan perminyakan serta yang sejenis lainnya mungkin bisa mencapai 8 digit.
Di masa tahun 2010 itu, sebagai guru matematika, gajiku... haha cuma 5 digit saja (beli gorengan plus sate juga udah tandas gajinyaa.... Hihi...). Ingat, pertambahan nol dibelakang deretan angka itu akan signifikan sekali. Ya cuma beda 2 digit sih antara 7 dan 5. Tapi itu artinya beda 100x lipat. Heuu...

Hari ini aku menerima gaji pertama lagi, sebagai guru. Alhamdulillaah... Hihi, masih 5 digit. Satu kali belanja di pasar beli ikan, ayam, sayur, tahu tempe dan cabe, bawang, teri, juga udah ludes :D bahkan kurang. Tapi aku tak peduli. Aku bahagiaaa sekali dan excited, tak peduli berapapun nominalnya... Alhamdulillaah...

Pelajaran berharganya buat diriku, ternyata bersyukur dan merasa cukup itu membahagiakan. Hal ini juga membuktikan bahwa banyaknya nominal angka yang kita punya tidak serta merta berbanding lurus dengan kebahagiaan di hati kita. Makanya ga heran banyak orang tinggal di rumah bak istana tapi hatinya merana. Dan ga sedikit juga orang yang tinggal di rumah petak 3x4 meter persegi diisi berenam orang, tapi bahagia. Maka, harga bahagia itu bukanlah soal uang.

Sepasang Hati yang Terluka

Bersabar itu MUDAH mengucapkannya
tapi,
SULIT melaksanakannya.
Makanya ganjarannya besar.

*mengucapkannya emang mudah,melaksanakannya syusyaaahhh*
warning untuk diri sendiri...


Episode Per-KRL-an

Tiba-tiba aku seperti sedang berjalan dengan cepat, mengejar sebelum angka di pergelangan tangan menunjukkan 5.40 am. Aku melihat sosok berbaju coklat motif batik dengan ransel gede juga berjalan agak tergesa sekitar 50 meter di depanku. Kupercepat langkah, ingin menyamainya.
"Mba Dewiiii!" Aku setengah berteriak sambil ngos-ngosan ketika berada 5 meter di belakangnya. Wanita yang kupanggil menoleh.
"Ehh Fathel. Aku pikir mau naik KRL wanita."
"Hehe, gak jadi mba."

Dalam beberapa menit, kami mencapai stasiun Pocin, beli tiket yang harganya naik jadi 8rb (yang menuai aksi protes waktu itu walaupun ga demo sih, heuu), nunggu di peron paling ujung biar dapet gerbong wanita. Beberapa saat setelahnya pemberitahuan dari mikrofon stasiun memberitakan bahwa akan segera masuk commuterline tujuan tanah abang-duri-angke-jatinegara. Segera bersiap dengan ransel geudeee dan kadang bawa DIH *sebuah buku 'sakti' penuh 'ajian' dengan ketebalan 10 cm dan berat entah berapa kilo*, memasuki KRL yang udah penuh sesaak lalu berdiri mencari posisi pewe. Ya berdiri! Jangan harap bisa duduk. Kalau mau duduk yah naeknya dari stasiun Bogor atau Depok lama ajah. Heuu... Kegencet? Ahh, biasalaaaahhh... hihi....

Spesial untuk Sang Kekasih

Karena tanpa engkau, tak ada pernikahan bagiku :)

CPNShollic (bagian 2)

Aku pernah menulis tentang CPNShollic ini sekitar 3 tahun lalu. Makanya dibikin bagian 2 nya. Tapi kisah ini tentu saja beda cerita dengan versi sebelumnya.
Wah ga terasa yah, umur blog aku sudah lebih dari 6 tahun, hehehe :)
Dan blog juga yang menjadi awal yang sangat bersejarah di episode-episode hidupku. *nostalgia*
Hidup Blogger!!!

Hari ini, 3 November 2013, kampungku tercinta Muaro Labuah, Solok Selatan tiba-tiba kayak Jakarta! Beuuhhh... macceeeeettt sangaaaatttt... Buanyaaak sangat mobil lalu lalang.
Aku tau... aku tau... aku tau... itu karena hari ini test CPNS, di mana kampungku nan damai memiliki banyak peluang qoata yang artinya akan berjubel juga peminatnya. Orang-orang berdatangan dari berbagai suku #ehh dari berbagai kabupaten bahkan propinsi tetangga juga pada ikutan. Biasanya plat BA... Y (kode nopol Sulok Selatan) yang berseliweran. Sekarang, ada BA...A, BA...B, dst...

Ketika berpapasan dengan teman-teman, atau siapa pun itu, pertanyaannya hampir mirip, "Ikut Tes CPNS ndak?" Aku sudah menerima pertanyaan ini lebih dari sepuluh kali. Sambil tersenyum jawab "Ndak." (Gimana yaa caranya ngejawab sambil senyum? hihi... *membayangkan*)
"Wah peluangnyo gadang tuh apoteker. Ampek urang."
Ya...ya...ya... aku tau aku tau...itu peluang yang cukup besar untuk tes CPNS yang biasanya formasi rata-rata cuma 1 atau 2 orang.
hehe...

Ngomong-ngomong soal tes CPNS, setidaknya aku punya 2 ceritera... Hehehe.
Tertaril menyimak? Let's check it out... *khusus bagi yang tertarik saja*

Jasa Pengiriman yang MENGECEWAKAN!

Baiklah Bloggie, aku ingin sedikit menumpahkan KEKECEWAAN nih... :(

Berikut kronologis kekesalanku itu :
Pada tanggal 20 Okt 2013 aku memesan tanaman obat dari suplier di Malang. Paket dikirim pada tanggal 21 Okt 2013 menggunakan jasa J**. Menurut schedul nya, paket akan sampai pada tagl 23 Okt 2013. Eh, pas di cek di websitenya, malah nyasar ke Pulau Punjung. Aku jadi kecewa dong yah. Hampir tiap hari aku 'terror' (baca : telpon) kantor J** nya. Tak dinyana, paketnya malah 2x nyasar, pertama ke Rumbai, trus ke Gunung Medan. Kalau gak ditelpon-telpon, aku ga tau tuh paket bakalan nyampe apa enggak, soalnya statusnya kaga berubah-ubah. Aku jadi berpikir, ini jasa pengiriman yang katanya geudeee, mana tarif nya lebih mahal lagi, tapi pelayanannya ga mutu banget dah! Itu jasa pengiriman sungguh-sungguh sangat aneh. Masa alamat yang udah ditulis dengan benar, malah dikirim ke kabupaten berbeda. Sungguh-sungguh mengesalkan dan mengecewakan.

Akhirnya, setelah melanglang buana ke mana-mana, paketku nyampe juga. Innalillaah, udah 11 hari, baru nyampe!!! Katanya cuma 3 hari.
Pas dibuka paketnya, ternyata TANAMAN OBATNYA UDAH JAMURAN!
Ughhh, JAMURAN! Dan itu artinya, paket itu harus masuk tempat sampah. :(
Padahal, aku belinya ratusan ribu.

Pas aku cek di fanpage FB nya si J**, ternyata aku ga sendirian. Ada buaaanyaaaaaakk sekali yang komplain. Hehe, sampai cape aku nge-skrin syut nya :D dan masih banyak yang ga ke-skrin syut.
Ada yang lebih parah lagi. Paketnya bukan hanya nyasar beda kabupaten, tapi udah beda provinsi. Kan aneehh tuh yaaa?
Ada yang kehilangan pelanggan bisnis onlen. Ada yang paket makananya malah di ambil sama kurirnya. Masa paket pelanggan dibuka-buka sih? Itu kan bakalan meruntuhkan kepercayaan pelanggan.
Ternyata aku tak sendirian dan ternyata ada yang masalahnya lebih berat dari aku, hehe :D, makanya kita (aku terutama) mesti bersyukur dan tak perlu merasa masalah lebih berat, soalnya ada orang lain yang sungguh lebih berat masalahnya *ambil pelajaran*
Trus, melalui ini, aku berpesan agar berhati-hati menggunakan jasa pengiriman.
Jujur, aku jadi parno gituh mengirimkan paket via J**. Selama ini pake TIKI sih alhamdulillaah selalu OK. Pas giliran pake J**, malah bermasalah :(

Oh iya, mungkin barang kali, perusahaan sebesar J** tidak 'seburuk' itu selama mereka selektif memilih karyawan dan kurir. Karyawan yang jujur dan bisa dipercaya, bukannya malah mengambil paket pelanggan utk kepentingan sendiri. Teman kuliahku dulu ngirim paket via J**, malah si kurir nya mengambil paketnya buat dia sendiri. Yang begini ini niih semestinya di training ajah :)
Ini sekedar masukan utk perusahaan besar itu :)

Iniih beberapa skrinsyutnya... Semoga bermanfaat bagi pengguna jasa pengiriman paket gara lebih hati-hati dan semoga memberi masukan buat perusahaan jasa pengiriman :)
*ps : kalau mau versi yang lebih jelasnya, silahkan klik di gambarnya yaahh :)

Air Terjun Telun Berasap

Ahad yang cerah, aku ikut rombongan para sepuh-sepuh (hihi, maksudnya kebanyakan para sepuhnya ketimbang anak mudanya) untuk jalan-jalaaaann (horreee banget dah yang namanya jalan-jalan :D) ke Kerinci, Provinsi Jambi. Uhuuyy... Akhirnyaa, menginjak tanah jambi juga :) for the first time.
Sesungguhnya, provinsi Jambi adalah provinsi yang berbatasan langsung dengan Prov. Sumbar. Dan Kab. Kerinci adalah Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kab. Solok Selatan, kampungku yang indah dan damai. Akan tetapi, aku belum pernah sebelumnya menginjakkan kaki di perbatasan provinsi kami tersebut (meskipun di kampung sendiri). Paling jauh yaa area outbond DPD PK Sejahtera Solok Selatan pada bulan November tahun lalu di mana aku adalah salah satu psertanya :) yang berlokasi di dekat perbatasan provinsi (yaa kira-kira masih sekitar 20 km-an lagi menuju batas provinsi). Tapi yang amat sangat disayangkan, jalan propinsi koq ya jelek bangeet, sempit lagi. Perdu-perdu dan semak di pinggir-pinggir jalan bahkan sudah memakan badan jalan. Sedih, kenapa tidak diberesin yah? Jalan propinsi ko cuma selebar jalan kampung tho? Ga bisa nyalip-nyalip mobil lah kalo di jalan itu.

Aku excited sangat dong yah. Secara, untuk pertama kali gitu looh. Meski nda ada temen seumuran, tak mengapa lah :D
Di Pelompek, Kec. Gunung Tujuh, Kab. Kerinci kami serombongan dijamu sama tuan rumah dengan hidangan jangung rebus, kacang rebus dan keripik singkong. Mataku langsung berbinar-binar menatap jagung kuning keemasan yang nyengir. Hihi. Pengen ngelahap semuanya deeh, hehe. Tapi tentu saja itu tidak kulakukan. Kalau iya,malumaluin banget. Hahaha...

Aara silaturrahim yang menyenangkan dan plus dapet jatah satu kresek bessuaaarr masing-masing kepala yang masing-masing berisi kol, labu siam, dan ubi jalar. Memang bener, silaturrahim itu mendatangkan rizki dan memanjangkan umur yah, seperti sabda Rasulullaah. Sekalian deh ibu-ibu menyerbu toke cabe dan beli cabe merah yang harga sekilonya cuma Rp. 40.000,- (secaraa sekarang cabe merah mahal bangeeet gituh loh. Di kampungku saja, harganya mencapai Rp. 60.000,- sekilo sejak idul adha 1434 H kemarin). Setelah itu rombongan memutuskan untuk jalan-jalan ke tempat wisata Air Terjun Telun Berasap, Taman Wisata Nasional Kerinci Seblat.

Wuiihh, ma syaa Allah... ma syaa... Allah ma syaa Allah...,
Buaaaguuuss sangaaaatt. Sungguh maha besar Allah. Kagum banget liat pemandangannya yang luar biasaa. Aku sampai teriak-teriak gituh saking kagumnya. Lupa kalo lagi jalan bareng para sepuh. Hihi Debit air yang terjun itu sepertinya cukup beessuuaaarr sehingga menimbulkan pancaran air yang jauhh dan terlihat seperti kabut berasap. Itu kan masih jauhan yah dari air terjunnya, tapi pancaran airnya nyampe ke kami dan kamera sempet basah deh. Jangan bayangin bisa mandi-mandi kaya airterjun lembah anai yah. Soalnya airnya deerraaass dan bessuuaaarr. *lebay*

Ini oleh-oleh sedikit view di sana :)
View air terjunnya yang mengagumkan..

Untung Saja...

Kita mungkin sering melihat (eh mendengar) kalimat-kalimat yang mengandalkan si "Untung Saja"...
Semisal,
"Ada kecelakaan di jalan blablabla, untung saja ada ambulans lewat"
"Hari ini aku terlambat berangkat ke kampus, untung saja ada temanku yang bersedia memboncengi motornya."
"Sebenarnya pekerjaanku ini sangat berat, untung saja sekretarisku pintar."
"Aku tadi terjatuh di jalan, untung saja bukan jalan yang berbatu runcing-runcing."
"Motorku tabrakkan dan kepalaku terhempas ke bebatuan, untung saja aku pakai helm"
"Malam sebelum ujian farmakoterapi aku ketiduran, untung saja aku masih sempat baca materinya di kereta." (pengalaman pribadi, hihihi :D)
"Nilaiku anjlok semester ini, untung saja ada SP."
"Di kampungku tak lewat angkot ehh angdes, untung saja ada ojek."

Ada banyaaak sekali untung saja di hidup kita. Mungkin sepintas terlihat sebagai sesuatu yang kebetulan.
Tapi sesungguhnya, si untung saja, adalah suatu ketetapan-Nya, suatu kemudahan yang Dia hadirkan untuk diri kita. Sebab janji-Nya selalu pasti, bahwa setiap kesulitan pasti Dia sertakan kemudahan.

Demi si Latuik-Latuik

Sore nan cerah di hari Ahad, aku sudah berniat untuk hunting si Latuik-Latuik. Jangan tanya aku apa nama bahasa Indonesia si Latuik-latuik yah, karena aku tak tahu nama bahasa Indonesianya. Kalau bahasa Jawanya aku tahu (kali ini canggih kan? Lebih tahu bahasa jawanya ketimbangan bahasa Indonesianya, heuu...).

Menurut informasi yang aku terima, si Latuik-Latuik ini sangat berkhasiat. Maka tertarik lah aku untuk membuat dan meminum teh Latuik-Latuik ini. Sebenarnya agak sedikit kurang masuk akal untuk orang seperti aku yang prefernya lebih ke obat-obatan konvensional, bukan tradisional dan herbal, memilih meminum teh Latuik-latuik, sebab aku lebih banyak mengkaji soal obat-obatan konvensional. Tapi kadang, keinginan untuk sesuatu lebih mengalahkan logika. Hihi :D
*apaansih! -_-"

Aku masih ingat dengan sangat jelas, semasa kanak-kanak dulu, aku sering bermain si Latuik-Latuik, dan pohon perdu (apa iya perdu yah?-___-") itu tumbuh di dekat kaki bukit Anda, lebih jauh sedikit dari rumah panggung masa kecilku. Rumah yang penuh kenangan di mana sejak aku berumur 1 tahun hingga kelas 5 SD aku habiskan di sana, di pinggiran sungai Batang Lawe, dekat kaki bukit Anda. Nah, ke sanalah aku memburu (ko memburu yah? Emangnya hewan buruan? -__-") si Latuik-Latuik. Sudah hitungan tahun (mungkin sepuluh tahun yang lalu, atau lebih) aku tak pernah ke sana lagi, ke dekat kaki Bukit Anda. Paling jauh yaaa, sampai rumah lama Ayek yang kami tempati dua keluarga (Keluarga Ibuku dan Keluarga Uwo) hinga tahun 1997 itu.

Cukup excited aku mengunjungi tempat penuh sejarah masa kecil. Sungguh sudah banyak yang berubah, tapi keasliannya masih terjaga. Setidaknya, aku masih mengenali tempat-tempat itu. Rumah sahabat kecil kami (aku dan Yuna) sudah sangat jauh berubah. Dan, alhamdulillaah aku sempat mampir ke rumah sahabat kami itu, yang belum 2 minggu lalu menikah. Sungguh, tidak terasa begitu cepat waktu berlalu. Rasa-rasanya, baru kemarin kami melewati masa-masa kecil, bermain Lore, Main petak umpet, mandi-mandi di Lubuak (yang sebenarnya air sungai yang kami bendung pakai bebatuan, hehe) yang apabila 'si kuning' lewat, segera berhamburan ke pinggir kali, hihi :D. Lalu makan gadang, ke MDA bareng-bareng (kalau sekarang lebih populer dengan TPA yah?). Dan sekarang, kami telah melewaati fase hidup yang lebih jauh. Ah, sungguh hanya sebentar rasanya.

Aku dan Uwo menelusuri semak-semak, dan juga tempat aku bermain latuik-latuik masa kecil dulu. Tapi, ternyata tak kujumpai latuik-latuik di sana lagi. Ah, sudah belasan tahun berlalu. Itu adalah ketika aku masih kelas 3 SD. Sekarang? Sudah 26 tahun. Sudah sangat lama. Jadi wajarlah jika latuik-latuik itu tidak ada lagi di sana.

Walaupun maghrib menyudahi pencarian latuik-latuik dengan hasil yang nihil, setidaknya aku senang sudah bisa bernostalgia dengan kenangan masa kecil. Setidaknya aku lebih sadar, kalau waktu di dunia ini hanyalah sejenak. Baru kemarin rasanya...

Esok sorenya, aku ditelpon Ni Em (kakak sepupuku), kalau latuik-latuiknya sudah ada di Palak Gadang (di rumah Ni Em dan Uwo beserta keluarga). Wuihhh senangnya bukan kepalang. Langsung tancap gas ke Palak Gadang. Dan hari ini, teh latuik-latuik sudah kunikmati.
Kunikmati?
Heuu.. sesngguhnya tidak nikmat ternyata, pemirsa!
Aku sudah nausea banget hampir vomiting. Mual yang nyaris muntah. Produksi saliva meningkat 3x lipat pertanda aku sudah mau mengeluarkan seluruh isi lambung (lebay banget, seluruh isi lambung! -__-"). Tapi, aku coba bertahan. Emang nda enak banget yah mual itu apalagi sampai muntah. Parno banget dengan yang namanya muntah :(

Akhirnya, aku coba rebahan dulu, menetralisir isi lambung biar tidak sampai keluar. Malah ketiduran ba'da maghrib. Setelah bangun, aku selesaikan project orderan cover buku, lalu mengirimkannya (meng-uploadnya), serta menulis tulisan ini, hehe. :)

Keren Abis!

Ma syaa Allah, seneeengnyaaa... aku dapat 'mainan baruuuu'...
Alhamdulillaah...
Sini ta' liatin skrinsyut nya :D
Tepatnya sofwer yang ke-3 dari kanan :)



Apa itu?
Eng ing eng.....

Adobe After Effect...

Wuihhh, ma syaa Allah, ternyata ini tho, sofwer pembuatan filem-filem canggih yang kaya nda mungkin dalam kenyataannya untuk di shooting atau difilemkan, semisal pesawat jatuh, ledakan mobil, tabrakan tragis berdarah-darah, gedung yang meledak dan hancur berkeping-keping, rumah yang terbakar satu kampung (gimana cara kameramen nya buat nge-shoot pesawat di udara, atau berapa mahal sebuah film jika harus 'ngebakar' pesawat dan mobil serta rumah dalam jumlah buanyaaaak?)
Ternyata, adobe after effect (selanjutnya disingkat jd AE ajah ya?) jawabannya.
Bahkan AE dapat memungkinkan sebuah film adegannya hanya di satu ruangan saja).
Kerreeeen! Serius, kerreen bangeeet.

Adobe after effect adalah sofwer pembuat animasi tiga dimensi yang membuat animasi terlihat 'nyata'.
Deuhhh, sayang banget yah aku baru berkenalan dengan AE ini sekarang. Coba dari pas jaman tesis dulu. Biar animasi edukasi obat aku lebih canggih lagi. Pas tesis kemarin cuma menggunakan Photoshop, Adobe flash sama Ulead doang. Coba aku udah kenalan dulu sama si AE, sama Adobe Priemere, sama si Blender, pasti bakalan lebih seru ngerakit animasinya. Heuu... Tak apa lah, late is better than never. Hihi :)

Walaupun masih blank, tapi aku sungguh-sungguh sangat bersemangat mempelajarinya dan berselancar di AE (sama seperti bersemangatnya belajar Photoshop dan Flash dulu, heuu.... )
Alhamdulillaah, dapat mainan baruuuu... :)
Lumayan euy, dari pada harus galau karena kangen beraaaaatt dengan suami tercinta. So, ini jadi ajang buat mengalihkan kegalauan. Heuu... Alhamdulillaah :)

Curhat Berapi-api :)

Saya sebagai orang sangat awam di dunia per-media-an tentu tidak dapat mengakses segala informasi dari berbagai lini apakah itu politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya secara langsung. Dan tentu saja saya mengandalkan perantara suatu media sebagai corong informasi.
Seyogyanya, sebagai corong informasi, tentulah apa yang disampaikan akan diterima 'bulat-buat' oleh pengkonsumsi informasi sebab si pengkonsumsi informasi tidak selalu dapat mengakses langsung berita atau informasi tersebut.


Tapi, sebagian media malah memanfaatkan 'keluguan' tersebut dengan mempelintir berita, sehingga yang fakta jadi sirna, yang fiktif jadi fakta. Dengan memanfaatan 'keluguan' pemirsa ini, mereka 'menggiring' opini publik, membuat yang salah jadi terlihat benar yang benar jadi terlihat salah. Lalu, berlompatanlah hujat-hujatan, cacian, makian, atas dasar opini publik yang telah digiring tersebut. Oke, mereka berhasil. Berhasil menggiring opini publik untuk percaya dan menyetujui pemberitaan salah yang terlihat benar itu. Tapi mereka belum tentu berhasil di pengadilan Allah!

Oke saya percaya, bahwa setiap media memiliki sebuah 'kepentingan' di belakangnya, tergantung siapa 'penyokong' si media itu. Silahkan saja meng-koar-koar-kan idealisme dan 'kepentingan'nya selama yang dipaparkan tetaplah sebuah fakta, yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah. Jangan sampai, ketika sesuatu itu ternyata berseberangan dengan kepentingan sang media, lantas pemberitaannya sumbang. Sebagian diungkap dan sebagian lagi ditutupi.

Sejujurnya, saya jadi sedikit apatis terhadap media. Sulit bagi saya untuk percaya begitu saja dengan media, setelah sering kali dihadapkan pada berita yang setengah-setengah. Kadang yang kecil dibesarkan, yang besar disembunyikan tergantung sejauh mana kepentingannya terdukung. Jika kepentingannya didukung, maka akan digadang-gadangkan. Jika kepentingannya terusik, sebisa mungkin segala identitas yang menjurus pada negatifnya kepentingan itu, ditutupi-tutupi, bagaimanapun caranya.

Sungguh sehebat-hebatnya media mempopulerkan sesuatu (atau seseorang) sementara ia nya tidaklah sedemikian rupa, atau sebaliknya, sehebat-hebatnya media menjatuhkan sejatuh-jatuhnya sesuatu (atau seseorang) hingga terlihat tak sedikitpun mermartabat dan kebaikannya, padahal sesungguhnya tidak begitu, percayalah suatu saat KEBENARAN AKAN MENEMUKAN CARANYA SENDIRI UNTUK TAMPIL SEBAGAI PEMENANG. Apakah dengan cara yang berdarah-darah, menemui jalan yang penuh liku, tetap saja KEBENARAN ITU AKAN MUNCUL, karena Allah bersama orang-orang yang memperjuangkan kebenaran. Sehebeat-hebatnya sesuatu disembunyikan dengan sedemikian rupa, yakinlah bahwa ALLAH TAK PERNAH TIDUR. Dia menyaksikan segalanya. Sungguh, segala sesuatu yang diberitakan, AKAN DIMINTAI PERTANGGUNGJAWABANNYA. Siapakah yang berani melawan dan berkelit serta menyembunyikan fakta di hadapan pengadilan Allah?


#Ini curhat dari seseorang yang awam seperti saya :)

The Injury Time of Aljabar

Haha, judulnya ngaco banget yaaah??
Tapi biarlaahh :D

Pengalaman pertama jadi guru matematika anak SMP, seruu juga ternyata :)
Heheuuu....

Aku ada kelas jam 16.00-17.45 di hari Kamis. Tapi sore pertama itu, aku benar-benar tidak siap. Pasalnya, materi Faktorisasi Suku Aljabar itu ada di dalam laptop. Masalahnya, aku sudah menggunakan seluruh daya batrai di laptop (yang udah di cas full semalamnya) untuk skype-an dengan suami sehingga pas mau ngecek materi yang mau diajarin, batrenya udah sekarat dan peristiwa ini bertepatan dengan kejadian mati lampu berjam-jam (yang emang udah langganan di kampungku tercinta). <-- kalimatnya panjang amir. Kalo pembimbing akuuh baca, pasti udah dicoret-coret dan dikasi tulisan merah : HINDARI KALIMAT YANG LEBIH DARI 3 BARIS. Heuu... Syukurnya, ini bukan skrpsweet atau tesisong, apali disertasi :P

Keputusan Itu...

Ini adalah kelanjutan kisah dari postingan sebelumnya, sejarah mungkin berulang. Hehe.

Sejarah Mungkin Berulang

Hmm.. sepertinya sejarah kembali berulang. Hehe.
Selepas lulus apoteker dulu, aku memutuskan untuk mengajar anak-anak SMA matematika. What? Matematika? Iya. #Mungkin aku salah jurusan. hihi... :D

Nah, sekarang, selepas master farmasi klinis, aku kembali mengajar anak-anak matematika! What?
Yaa begitulah. :D

Sebenarnya ada 'tawaran-tawaran' yang terlihat lebih menggiurkan. Tapi...
Hidup itu adalah pilihan.
______________

Belajar Merangkak

Belajar Merangkak :)
Dulu, waktu masih terbilang kanak-kanak, sekuat tenaga kita belajar. Belajar tertawa, belajar merangkak, belajar berjalan. Terjatuh. Menangis. Lalu belajar lagi. Terjatuh lagi. Bangkit lagi. Belajar lagi. Hingga kita bisa berlari menapaki dunia.

Tapi kadang, saat ini, begitu mudah kita menyerah. Sedikit keterjatuhan saja, kadang membuat kita tak mampu (mau) bangkit. Padahal, dulu kita tak pernah lelah dan bosan belajar. Bahkan ketika kita belum memahami banyak hal.

Hayoooo Semangaaaaattt...

Membersihkan 'Semak Belukar'

Teringat percakapan dengan suami tercinta pagi ini via skype,
"Kenapa Blog-nya udah jadi 'semak belukar' niih? Ayooo, semak belukarnya dibersihin." Kata suamiku.
Heuu... Aku nyengir, sambil memberikan alibi tesis :D
Iya, sungguh populasi tulisan di blog ini makin sedikit. Terhitung september ini, baru 54 (55 dengan tulisan ini) tulisan. Padahal sebelumnya, bisa sampai ratusan curhat. Apa karena telah ada seseorang yang menggenapkan kebahagiaanku dan mendengarkan segenap curhatku? Hihi, semestinya ini bukan sebuah excuse. Dan semestinya tesis bukanlah sebuah alasan.

Terkadang, aku merasa sudah semakin tertinggal sangat jauh dari teman-temanku, teman-teman FLP dan teman-teman penulis lainnya. Sungguh, aku sudah jauh tertinggal.
Pagi ini, aku coba menulis lagi, setelah sekian lamaaaa tidak menulis (menulis sesuatu yang bukan ngalor-ngidul kaya blog, tapi menulis tulisan yang biasa kutulis dulunya). Tapi aku merasa gagap. Baru dua halaman lebih dikit, aku merasa sudah kehabisan 'napas' menulis. Padahal, dulu, sepuluh halaman pun masih enjoy-enjoy ajah. Aku meneyelesaikan novel terakhirku yang tak pernah terbit itu (yang bahkan aku lupa judulnya apaaa #parraaaahh) yang jumlah halamannya 154 hanya dalam 15 hari. Tapi, untuk 2 halaman saja, kenapa terasa begitu sulit? Astaghfirullaah...

Mari semangaaatt lagii wahai dirikuuu... Hayooo Semangaaaattt.....
Plis, semangatin akuuhh doooong...

#Spesial thanks yang sebesar-besarnya untuk suami tercinta atas segala supportnyaa... Luv U much my hubby <3

Melestarikan Para 'Leluhur'

Eh temen-temen Bloggie, ini bukan postingan penting! Jadi, berpikir ulang ulang ulang ulang ulung ulung lah untuk membacanya. :)

Pemanggul Timbangan

Sudah lamaaa sangadh tidak meng-uplod sesuatu di blog ini yaah? Baiklah... Maafkanlah aku, Bloggie.
September ini adalah bulan yang menyenangkan. Bisa menghabiskan waktu bersama seseorang yang dicintai itu sungguh istimewa, setelah 4 bulan kurang lebih tak bersua. Maka, alangkah lebih baiknya mengoptimalkan 3 minggu yang istimewa ini bersama si dia. Itulah alasannya mengapa blog ini sangat sepi dan tidak aku sambangi. Maaf Bloggie, aku menomorduakanmu. Karena dia lebih utama dibandingkan dirimu, Bloggie. Hehe... :D

Sebenarnya sungguh banyak yang ingin kubagi. Tapi aku lagi terkena syndrome eM kuadrat. Malas Menulis. Beuhhh... Parah nian yaah?
Hingga kemarin sore, aku menjumpai pemandangan yang sungguh membuat aku tertegun. Di kawasan Kober, Depok tepatnya.
Dulu ketika aku baru pertama kali berdomisili di kota Belimbing ini, aku sungguh heran mendapati banyak hal yang tidak biasa kujumpai. Di kampungku, tak ada mesin jahit keliling, tak ada tukang sol sepatu keliling, tak ada tukang remot keliling, tak ada tukang jual emas keliling, tak ada tukang gas keliling dan lain sebagainya. Yang paling membuatku heran adalah tukang jahit keliling dan tukang emas keliling. Ga kebayang ajah sebelumnya, ada orang yang menarik mesin jahit pakai sepeda, menawarkan jika sekiranya ada di antara penduduk komplek ada yang bolong celana atau bajunya. Ga masuk akal juga dengan tukang emas keliling yang jualan emas dari gang ke gang. Aku berpikir itu sangat aneh. Sampai akhirnya terbiasa mendapati hal itu...

Namun, aku kembali dibuat heran dan sungguh tertegun melihat sesosok bapak tua renta memanggul timbangan. Menjajakan timbangan dari gang ke gang. Dan di Kober lah aku bersua dengannya.
Jangan bayangkan aku akan membeli timbangan yaa. Tidak! Si Bapak itu memanggul timbangan berat badan untuk kemudian menawari orang-orang menimbang berat badannya. Sekali menimbang bayar sekian rupiah. Dan itulah yang membuat aku heran sekaligus iba. Ini baru pertama kali aku jumpai. Dan ditambah lagi bapak itu sudah tua renta. Dan lagi, jarang sekali orang berminat menimbang berat badan dengan timbangan yang dijajakan dari gang ke gang itu. Sepanjang pengamatanku di gang itu, tak satu pun meminati timbangannya.

MEMANCING IKAN : a spesial moment

Momen memancing ikan kali ini menjadi momen indah yang sangat tak terlupakan...
Kita sudah merencanakannya sejak kemarinnya, tapi baru tertunaikan sore hari Jum'at minggu lalu. Berbekal alat pancing yang 'dirakit' seadanya (sebab mengalami kerusakan sebelumnya, kita--yang tentu saja sama sekali tidak ahli sama sekali dalam dunia per-pancing-an--mencoba benerinnya sendiri dan ternyata 'perakitan'nya benar-benar seadanya dan tidak memenuhi standar alat pancing yang seharusnya --ini pe-lebay-an tingkat tinggi, heu..heu...heuu...--).

Judulnya apa yah? :D

Sudah lama tidak corat-coret di blog. Heuu... Makin langka ajah nih tulisan yak? Heuu.... Padahal nih yaaa, pengeeeen bangeeetttt nuliisss gituuuuhh... Trus, pas lagi pengen-pengennya, kaga bisa onlen atau ada yang sedang dikerjain. Pas udah nyediain waktu buat nulis, malah kaga muncul2 idenya. Hadeuuhh.....

Mari kita cerita-cerita sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting iniih. hehe...
Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, bahwasannya aku tidaak terlalu sukaa dipanggil "Bu" gituuuhh, maka aku masih berkisah tentang topik itu saat ini, tapi dengan versi yang beda.
Hemm, kalo sekarang sih aku gak keberatan banget dipanggil "Bu" lagi, soalnya emang udah jadi Ibu (rumah tangga), hehehe... Kalo dulu, isi borang di e-ticket itu Ms sekarang jadi Mrs, dan kalo dulu ditulis Nn sekarang jadi Ny, hihi... <-- penting gituuhhh diceritain -_-"

Mengenai ketidaksukaan dipanggil "Bu" sebenarnya aku bukan satu-satunya loh yaa. Banyak ternyata teman-teman seumuran sepermainan yang juga dipanggil "Bu". Tapi, panggilan untukku agaknya memang kontroversial. Pasalnya, selain sering dikira Ibu-ibu, aku juga sering dikira anak kuliahan yang masih S1 dan pernah dua kali dikira anak SMA setelah aku menikah. Ma syaa Allah... Tapi paling sering sih emang dikira anak kuliahan S1--selain ibu-ibu. Hehe...

Suatu ketika, aku lagi duduk nungguin adekku di sekolahnya. Trus, pas lagi duduk, lewatlah ibu-ibu dan mengira aku anak sekolahan di situ. Asyiiikk, lebih muda 10 tahun! Aku bersorak-sorai dalam hati. Hihi. Pernah juga aku jalan ke pasar tradisional di kampungku bareng adekku. Trus, ibu-ibu penjualnya SKSD gituuuh, nanya ke adekku, "Sekolah di MAN yah dek?", "Enggaak... di SMA 1" jawab adekku. Trus si ibunya kepo, "Kalo temennya, sekolah di mana? di SMA juga?" dijawab adekku, "Udah kuliah Bu". Si ibu, "Lha, kuliah di mana? IAIN? semester berapa?" (si ibunya kepo abisss -_-"), "Udah lulus." "Ohh, udah lulus thoo. Kirain masih kuliah. Ntar mau kerja di mana? Ikut tes PNS yak?". Beuuhhh....

Tapi, satu hal yang harus aku sadari adalah bahwasannya, tak peduli orang akan mengira aku ibu-ibu umur tiga puluhan atau sebaliknya anak SMA atau kuliahan yang masi 17-an atau 22-an, tak akan sedikit pun menambah atau mengurangi usiaku. Waktu akan tetap berjalan, tak peduli seberapapun estimasi orang-orang terhadap usia. Jadi, semestinya aku tidak perlu fokus pada panggilan "Bu" itu. Semestinya yang menjadi fokus adalah ke mana saja waktu-waktu yang dijatahkan Allah aku gunakan. Adakah untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan ataukah justru sebaliknya, penuh kesiaan? Astaghfirullaah... Astaghfirullaah...
Smoga ini menjadi reminder bagiku terutama, dan semoga juga bagimu yang sudah terjebak membaca tulisan ini... Hehe...

Kampanye Walimah

Waahh, ma syaa Allah, ba'da lebaran banyak yang ngundang nikahan yaaahh? Seneeng alhamdulillaah... Smoga barokah yaahh bagi semua yang mengundang... :)
Sampai saat ini, aku sudah menerima 11 undangan, dari teman SMP, teman SMA, senior di FSI, senior farmasi, temen satu lingker (hehe :D), temen se-Haha-Hihi-ku di perpus, dan banyaaak lagiii...
Aku jadi inget discuss dengan beberapa akhwat waktu di akhir-akhir Ramadhan kemarin. Tema diskusi kita kala itu adalah tentang "Walimatul 'ursy". Hehe... ini mah topik yang kaga ada habisnyaaa dibahas kalo udah ngumpul sama akhwat... Hihi...

Sebuah pertanyaan yang dilemparkan salah satu akhwat, "Gimana yaah, biar walimatul 'ursy itu tetap syar'i?"
Well, walimatul 'ursy merupakan sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullaah. Kata Rasulullaah, "Adakanlah walimah meski dengan memotong seekor kambing." (Ehh, mohon koreksi yaahh jika redaksi hadistnya salah. Mestinya harus ada perawinya siapa, biar absyah. Tapiii, entar deh kita cari sama-sama lagii. Bantu yaaak. Hehe). Intinya, mengadakan walimah itu sesuatu yang dianjurkan oleh Rasulullaah...

Naahh, jika sesuatu yang dianjurkan Rasulullaah, pastilah mengandung kebaikan yang banyaaak. Sehingga, naif sekali rasanya jika sesuatu yang baik ini, kemudian tercampur dengan sesuatu yang tidak baik bahkan haram. Miris sekali melihat, walimah yang kemudian diselingi dengan jogad-joged campur baur--ikhtilath--antara laki-laki perempuan non-mahrom, kadang juga diselingi dengan minuman keras. Na'udzubillaah...

Jadi gimana dong? Hasil kesimpulan diskusi kita tentang bagaimana keep syar'i ketika walimah adalah KAMPANYE WALIMAH SEMENJAK DINI. Kampanye? hihi... Kaya caleg ajah yaahh? Kalo caleg, pan dari jauh-jauh hari udah nampang di pinggiran jalan. Setiap kali lewat, nama Prof. Dr. H. Fulan bin Fulan, MSc, MBA, MM selalu terlihat jelas, lama-lama hapal deeh. Akhirnya, si Bapak Fulan itu jadi familiar deeh di mata masyarakat. Nah begitu juga walimah. Dari jauh-jauh harii, bahkan sebelum jelas siapa nih yaahh balon (bakal calon)nya, udah kampanyee duluan sama emak-bapak, "Mak, nanti kalo aye mau nikah dan walimah, jilbabnya tetep dipanjangin yee. Trus gak udah dandan menor-menor, pan muka aye bukan kanvas yang dicat kaya pelangi. Nanti, gak usah cukur alis yaaak dan juga gak usah pake bulu mata tambahan, pan bulu mata aye udah cantik beginii Mak. Siapa dulu doong emak bapaknyee... " Hihi... "Oh iyaa, Mak, Pak, kalo bisaa, tamu laki-laki dan perempuannya kaga usah campu-campur. Satu lagii, kalo bisa, pake nasheed yak Mak, Pak, aye kenal ko tim nasyid yang bagus. Pokonye Mak Bapak ndak usah mikirin lagi, gak usah nyari-nyari lagii." Kampanyein tiap hari, gittuuuhh... Ehh, tapi jangan tiap hari juga ding. Entar dikira ngebet banget, lagi. Hehe...

My Multitalent Sister

Big thanks for my--multitalent--sister yang telah bikinin backsound animasiku. Karena ini karya mesti semuanya ORI alias pure tanpa sedikitpun mengutip karya orang lain, aku sangat kesulitan untuk membuat musik. Maklum, kecerdasan musik low banget. Setelah merayu-rayu si bocah, ups... si Adekku, finally musik originalnya jadi jugaa. Alhamdulillaah seneng sekaliii, karena aku bisa dapetin backsound yang original--bukan karya caplokan--secara GRATIS. Hihi...
Mari kuperkenalkan dengan pemilik backsound nya.

Karena Selalu Ada Hikmahnya...

Sudah semakin jarang yah populasi tulisan di Blog ku iniih? Heuu... Bukannya nda pengen nulis sih. Soalnya lagi riweuhh banget dalam beberapa waktu belakang. Terhitung Juni hingga Agustus ini, isi blog ini benar-benar sedikit. Berbanding lurus dengan pengerjaan tesis sih sebenernya, trus kemarin juga Ramadhan. Jadiii, blog nya dianggurin deeh. Heuu... Abis lebaran, mau cerita apah yak? Hemm... Kontempelasi dikit aahh... Tentang bersyukur. Banyak hal yang mesti disyukuri dalam hidup ini. Dan parahnya, manusia--terutama aku sendiri yang menuliskan ini--kadang lupa bersyukur atas segala anugrah dan karunia-Nya.

Mungkin, sering kali ketika kita di hadapkan pada sesuatu yang tak bersesuaian dengan ingin-ingin kita, lantas kita berdarah-darah, dan--na'udzubillaah--berputus asa dari pengharapan kepada-Nya. Sungguh, setiap orang yang melewati kesuksesan yang kita lihat saat ini, PASTI pernah melewati fase-fase di mana ia pernah terpuruk, terjatuh dan terhempas di masa lalunya. Ini adalah menyoal bagaimana kita bangkit dari keterpurukan.

Sungguh, aku benar-benar merasakan, bahwa CATATAN TAKDIR dari ALLAH SUNGGUH INDAH. Banyak. Dan sungguh banyak kejadian-kejadian, yang dulunya tak bersesuaian dengan asa yang membuat aku terseok. Aku terpuruk. Aku terhempas. Tapi, kemudian SELALU ADA HIKMAH ATAS SEGALA SESUATU. Tiadalah kejadian, melainkan Allah hadirkan hikmah di baliknya. Sesuatu yang belum kita ketahui pada saat keterpurukkan itu. Sering kali, kebodohan kita sebagai manusia, terlalu cepat menilai atas sesuatu yang terlihat buruk. Padahal, boleh jadi, pada sesuatu yang terlihat buruk itulah Allah ternyata punya rencana yang sungguh indah bagi diri kita.

Pada suatu masa, kita akan tersungkur dalam kesyukuran atas catatan indah-Nya. Sesuatu yang terlihat buruk dulunya, ternyata justru menjadi sesuatu yang terbaik bagi diri kita. Dan menjadi sesuatu yang terindah bagi kehidupan kita. Dulu, kita mungkin terpuruk. Kedhaifan kita tak mampu mengetahui sesuatu di belakang itu. Tapi di kemudian kita akan bersyukur kepada Rabb, atas sesuatu yang dulu kita nilai--mungkin--buruk.

Selama kita menyerahkan segenap pengharapan hanya kepada-Nya semata, maka sungguh akan ada masa Dia memberikan ganti yang setimpal, dan memberikan ganti yang jauuuhh lebih baik. Kita akan segera bersyukur atas ketetapan-Nya, dan bersyukur bahwa ingin-ingin kita yang dulu itu tidak menjadi wujud nyata. Karena, pada satu masa, ternyata Allah memberikan ganti yang jauh lebih baik dari sekedar ingin-ingin kita belaka.

Eid Mubarak 1434 H

Eid Mubarak :)
Selamat Idul Fitri 1434 H
Taqabbalallaahu minna waminkum, Kullu aam wa antum bii khair,
Taqabbal yaa Kariim...
Mohon maaf lahir dan batin.

Ada yang berbeda di Idul Fitri kali ini. Sejujurnya, ngiri dehh ngeliyat temen-temen yang udah nikah yang Merayakan dan Berbahagia di Idul Fitri ini bersama suami mereka masing-masing. Status-status mereka rada-rada bikin galau. Hehe. Yang berlebaran di rumah mertua laah. Yang lebaran jauh di sana dengan belahan jiwa laah. Hiks... :'(

Rasanya tidak seruuu ajah lebaran berpisah jarak dengan belahan jiwa. Heuu...
Walaupun cukup mengobati, tapi skype ternyata tidak cukup untuk memuarakan segenap rindu yang menggebu-gebu. Kayanya akumulasi kangennya udah nda kehitung lagi. Tapi tetep harus disyukuri yah, masih mending bisa Skype-an. Pan biasanye sinyal nye ilang timbul yang kaga jelas juntrungannyee. Hihi... :D
Smoga Allah masih mengkaruniakan umur dan kesempatan bagiku dan dirinya untuk menjalankan Ramadhan selanjutnya bersama dan merayakan Idul Fitri bersama pula. Hiks... Really miss him much much much much much more.
(Ehh... Ko jadi curhat yak? Pan tadi niatnye mau ucepin Selamat Lebaran. Heuu...).

Special buat Blogger smuanyaa.... Iniih niiih e-card dari kamii... Kaga sempet bikin edisi flash nya. Cukup JPEG ajah yak? hihi...
Eid Mubarak


Ramadhan Akan Berlalu...

Ramadhan ini akan berlalu untuk selama-lamanya... :(
Ramadhan tahun depan adalah Ramadhan baru lagi dan entah akan bersua lagi pada tahun depan.
Sungguh sedih, bahwasannya belum banyak yang telah dilakukan.
Sungguh sedih, bahwasannya masih banyak kesiaan...

Ramadhan...
Sungguh, hanya ada dua kejadiaan di penghujung nan fitri itu....
Allah mengangkat derjat dengan segenap ampunan-Nya
atau
Allah menghinakan tanpa ampunan-Nya.

Dan sungguh, semakin membuat tergugu...

Jika Kau Mencintainya, Duhai Diriku...

Jika kau mencintainya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih mencintai-Nya.
Jika kau merindukannya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih merindui-Nya.
Jika kau merasa detik-detik bersamanya adalah saat yang sungguh membahagiakan, duhai diriku, maka sungguh detik-detik bersama-Nya adalah lebih membahagiakan.
Jika kau banyak mengingatnya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih banyak mengingat-Nya.
Jika kau sering menyebut namanya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih banyak menyebut nama-Nya
Jika kau tak ingin ditinggalkan olehnya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih tak ingin ditinggalkan oleh-Nya.
Jika kau ingin keridhaannya, duhai diriku, maka sungguh keridhaan-Nya harus lebih utama kau kejar.
Jika kau ingin senantiasa melihatnya senang, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih berusaha untuk membuat-Nya senang.
Jika dengan berbagai cara kau berupaya untuk membahagiakannya, duhai diriku, maka kau harus lebih berupaya untuk melakukan hal-hal yang Dia sukai.
Jika kau ingin selaku berdekatan dengannya, duhai diriku, maka sungguh kau harus lebih ingin untuk tetap berdekatan dengan-Nya.
Jika kau ingin menyegerakan dan mematuhi segala perintahnya, duhai diriku, maka sungguh perintah-Nya lebih utama untuk engkau segerakan penunaiannya.
Jika ketika dia memanggilmu, kau berusaha untuk bersegera menjawabnya, duhai diriku, maka panggilan-Nya lebih utama untuk segera kau penuhi.

Malam Ahad Ini

Malming (tapi aku lebih suka menyebutnya malam ahad sih. kalo Malming gituuh ko nyampe di telinga kaya terkesan gemanaaa geetoohh yak? hihi... :D). Agak sedikit naas (lebay :P) aku dengan kesendirian. Hasyaaahh...

Ceritanya, lingkeran gue mau ngadain rihlah ke daerah Puncak geetoooh, lebih tepatnya Taman Bunga Nusantara Cibodas. What a lovely moment before Ramadhan :)
Aku kebagian tugas nyiapin snack. Ok, aku sambut gembira tugasnya, secara aku memang yang paling free di antara temen-temen. Sebagian ada yang baru balik dari Jawa dan Kebumen, ada yang lagi nyiapin ujian, ada yang bumil, so aku lah satu-satunya yang agaknya masih free, secaraa udah selese ujian (baca : Sidang paling sereem sepanjang 8 tahun belakang. Hihi), alhamdulillaah. Walapun sebenernya gak 100% free jugak, soalnya ada segudang revisian. Hopeful itu revisian bisa segera aku garap, biar bisa liat nilainya di SIAKNG, #ehhh. Lebih tepatnya, biar bisa cepet pulaaaaaang. Udah kangeeeen beraat pengen sahur dan buka bareng 3 bocah yang sering bikin aku ngakak abis. Hehehe. Tapi memulai memang selalu terasa berraaaaaattt >.<

Two Big Events

#tesisong

Alhamdulillaah... Tsumma Alhamdulillaah...
Tiadalah, selain kesyukuran yang teramat sangat ke hadirat Allah, Rabb semesta alam.
Dia-lah yang membuat sesuatu yang terlihat tak mungkin menjadi mungkin adanya.
Dia-lah yang Maha menguasai segala sesuatu dan yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu...

Flash back 3 bulan belakang.
Dalam catatan harian kutulis, bahwa rasanya sulit sekali membayangkan bahwa aku akan menyelesaikan studi dalam dua tahun. Kejar data. Kejar Validasi. Kejar responden. Perbaikan sana sini. Kendala-kendala di lapangan sering kali tak terdugakan. Dan di sisi yang berbeda, ada hal "besar" lainnya yang juga mesti dipersiapkan : pernikahan.
Kata Pembimbingku kala itu di email: "Sepertinya berat yaa Fathel, menggabungkan antara pernikahan dengan penelitian?"
Waktu itu, aku jawab, "Iya Bu, memang terasa agak berat. Tapi in syaa Allah saya berusaha untuk melakukan yang terbaik dan se-optimal mungkin  di keduanya, Bu."

Man and Woman Difference [Part 1]

Sebelum berjumpa bantal dan guling, gatel banget pengin nulisin iniiih niih, sesuatu yang getoooll banget pengin akuuh bahas (malah muncul di saat-saat lagi genting dan need focus to #tesisong). Saat-saat beginiih niih, malah tulisannya John Gray PhD plus discuss ringan dengan seseorang di Riyadh sana lebih menarik untuk ditekuni dari pada tulisannya Pak Hoffler et al , 2010. Hihi... Ahh udahlahh, dari pada akuuh penasaran teruus, mending aye tulisin dulu ajah niih, sekalian memuarakan apa yang pengen dituangkan. :)

Sebelum berangkat ke intinya, sharing tulisannya John Gray and my discuss with my luvely hubby, mari kita paparkan sedikit penelitian ilmiah dari Zaidi, 2010, ahli anatomi dari King Saud University, Riyadh [kalo udah nyebut kata Riyadh ini, menimbulkan sensasi semacam perasaan ingin segera ke sana dan menjumpai seseorang deehh.... ;)] yang membahas dan me-Review tentang Gender Differences in Human Brain. Ga tanggung-tanggung, ada 276 sitasinya. Ma syaa Allah. Betah bet beliau ngebahas segitu banyak jurnal ilmiah yah? Sesuatu yang ga gue banget dah! Kalo baca jurnal ilmiah, aye pailng baca abstrak trus langsung ke metode, result and discuss dan yang paling penting "the conclusion". Hihi... :D.

Nah, back to topic dah tentang Gender Differences in Human Brain. Tentu saja ini bukan bermaksud genderis loh yaah, tapi ma syaa Allah, secara anatomis dan fisiologisnya, ternyata otak laki-laki itu memang berbeda dengan perempuan. Sedikit berbeda. Dan perbedaan ini lah yang kemudian menyebabkan cara berpikir dan cara menyikapi sesuatu antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Ditambah lagi pengaruh hormonal yang ternyata juga memberikan perbedaan yang  cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan. Nah, secara anatomis telah ada evidence bahwa otak laki-laki dan perempuan itu beda. Sekarang secara psikologis (yang notabene juga adalah hasil penyikapan dari cara berpikirnya si otak), telah dibahas secara lebih mendalam oleh John Gray, PhD, Allan dan Barbara, dan Dr. Thariq Kamal An-Nuaimi. (Karena dari dulu aku memang tertarik membaca buku yang beginian. Udah koleksi juga bukunya, tapi belum sempet dibaca ajaahh... Hihi... -_-') dan sekarang sudah berjumpa praktiknya sekalian bersama seorang laki-laki (kalo dulu aku ngebahasnya baru sekadar ranah teori doang), membuat pembahasan ini semakin menarik buat akuuhh.

Sejujurnya, aku tidak ahli dan tentu saja masih jauh dari paham mengenai hal-hal psikologis beginian. Tak berilmu jugak. Tapi karena aku demen buat ngebaca yang beginian, sedikit banyaknya terinfluence juga... Ditambah lagi, aku dan suami kadang suka bahas beginian, lalu suka angguk-angguk sendiri sambil membatin "Hehehe, ternyata begini yah? Hihi.... :D".


What's a long "mukaddimah" that is... -_-'

Hibernate

Sejak tanggal 12 Juni lalu, aku merasa siklus tidurku sangat berantakan. Ulah #tesisong yang mengejar deadline. Sebenarnya ini hal yang sangat tidak baik. Apalagi, kadang kita (aku lah terutama) melupakan hal-hal yang sebenarnya penting (misalnya : makan, tidur, istirahat, dll) jika sudah fokus pada sesuatu. Udah otak diperas, istirahat kurang, tidur sedikit, parahnya kadang suka lupa makan (tapi hal terakhir sih sudah berupaya untuk diperbaiki. Apalagi sudah sering diingatkan oleh suami, orang tua, untuk tidak melupakan makan di saat-saat seperti ini terutama. Big thank's for everything my luvely hubby, my luvely parents).

Sebenarnya, hal ini tidak saja terjadi pada diriku, tapi juga temen-temen angkatanku. Dan rata-rata polanya sama. Begadang, trus lupa makan. Biasanya kalo udah ngumpul sama teman-teman di suatu seminar hasil misalnya, celotehnya, "Aku baru tidur jam 3 loh tadi malem.", "Ehh, ko sama sihh. Mending kita calling2 an yaah biar saling menyemangati.", "Deuhhh, aku belom sarapan niih, belom makan sejak tadi malem.", "Iya niiihh, aku jugaaa. Kalo udah bigini niih, udah nda inget makan lagi ya."
Ckckckck....

Alhamdulillaah, episode "berpetualang" dengan huruf-huruf dan bahasa ilmiah (yg bikin puyeeeng), hunting dosen, sudah terlewati. Meski aku merasa betapa banyak kesalahan, kekurangan, dan keberantakan dalam 139+18 halaman tesisong itu. Kadang, bikin aku scare banged buat menghadapi hal paling besar untuk periode perkuliahan ini. Yap, S-I-D-A-N-G. Entah kenapa, terasa berat, tidak siap dan agak "menakutkan". Sebenarnya, ini bukan kali pertama aku menghadapi sidang. Aku sudah melewati dua kali sidang sebelumnya (Sidang S.Farm dan sidang Apt). Ketika menghadapi kedua sidang sebelumnya ini, aku cukup enjoy, tidak ada kekhawatiran yang berlebihan, pokonya enjoy dan santai ajah. Alhamdulillaah, bisa melewati keduanya dengan mulus. Tapi, ketika menghadapi sidang yang ketiga ini, aku merasa scare bangeett. Padahal, sebenarnya sidang bukanlah hal yang begitu besar jika harus di compare dengan banyak episode besar dalam kehidupan kita lainnya. Ia hanya salah satu episode terbesar dalam perkuliahan, tapi bukan episode tersebesar dalam kehidupan.

H -3 Sidang, in syaa Allah.
Hari ini aku masih ber-hibernate. Membayar kepenatan 17 hari belakangan. Si tesisong masih belum tersentuh. Dan parahnya, aku kadang bingung harus memulai belajar dari mana? Apalagi tesisongnya tendensiusnya lebih ke ilmu sosial kemasyarakatan dan bukan full farmasi. Jadi, binun harus memulai dari mana pengembaraan di padang yang luas ini (hehe, lebay banget ini mah!).
Okeh, aku hibernate dulu ajah kali yaah. Sembari mempersiapkan everythings. (Gimana cara mempersiapkan segala sesuatu kalo lagi hibernate coba? hihi... #mulaingaco)

Skedul is made at 28 Desember 2012 ^__^
#SEMANGAT!
Smoga rencana kita bersesuaian dengan rencana-Nya...
Sebab #tesisong bukanlah sesuatu yang besar jika harus di compare dengan banyak hal lainnya dalam lini kehidupan, maka janganlah #tesisong membuat kita (aku terutama) melupakan, mengabaikan dan melalaikan hal lain yang lebih penting (astaghfirullaah... astaghfirullaah.... astaghfirullaah...)

So, let's hibernate again (loooohhh????? :D)

#Nausea, #Vomiting, #Saturated

Huaaaahh... Ma syaa Allah...
Rasanya, #revisian ini bikin nausea vomiting deehh... Udah saturated banget rasanya....
Tapiii, harus bertahan. Iya, harus tetap bertahan! Tinggal 10 hari lagi in syaa Allah... Sepuluh hari lagi in syaa Allah...
Jadii, hayoo bersemangatlah fathel! Bersemangatlah!

#Semangat, 0207'13 in syaa Allah


#Semangat!
#Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! 
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! 
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat! #Semangat!
#Semangat! #Semangat!
#Semangat!

Nyeracau :D

Setelah sekian lamaaaaa sekali rasanya tidak melirik blog, dan mulai periksa sana sini apakah sudah banyak laba-laba yang bersarang, ataukah halaman yang rumputnya menghijau, hihi... akhirnya hari ini aku menyambangi blog iniih. Setelah melewati hari-hari yang sungguh beraat dalam 3 pekan belakang (dan in syaa Allah hari-hari yang berat pula 2 pekan ke depan, 12 hari sebelum Sidang... Semangaaatttt!!). Rasanya, kadang ingin tertidur pulas saja, membayar dua minggu (dan lebih intens nya 5 hari terhitung mundur ke belakang sejak tanggal 17 Juni) belakangan yang berkutat terus dengan lembar quisioner, SPSS, dan tentu saja menu yang paling utama yang menjadi causa kejadian 2 minggu belakangan : tesisong.

Limited Day

Okeh, kali ini aku mau currrrhhaaaatt.... Grrrhhhhh....

Hari ini aku ke puskesmas 1, dan menyelesaikan dan melengkapkan sedikit kekurangan data. Melirik jam henpon yang masih menunjukan jam 10. Wah, in syaa Allah masih keburu menuju puskesmas 2. Jadi buru-buru deh aku tancap gas. Tiba-tiba pak polisi nyetop aku, "Maaf, tidak bisa lewat sini." Oh ya udah, aku muter.
Pas di persimpanganketemu pak polisi lagi.  "Maaf tidak bisa lewat sini. Lewat sana ajah." Okee, aku ikutin titah pak polisi lagi. Belok kanan, muter-muter. Sampai ketemu persimpangan lagi. Banyaaak banget motor dan mobil dengan arah berlawanan denganku. Pas gitu, ketemu polisi lagi. "Maaf tidak bisa lewat sini, muter lewat sana ajah. Ada tuh jalan alternatif."
Huaaa, ma syaa Allah ini kali ketiga aku disetop pak polisi dan disuruh cari jalan alternatif. Fiiuufff....
Akhirnya, aku cari jalan alternatif lagi, belok kanan. Udah kaya peserta racing sepeda motor akuhh karena jalannya kaya bukit, naik turun gituh. Udah gitu banyak bebatuan dan tidak diaspal lagi. Oke..oke...aku ikutin titah bapak-bapak berseragam yang punya pistol itu.
Eh, pas di persimpangan lagi, aku disetop lagi bersama puluhan pengendara lainnya. Kali ini benar-benar gak ada jalan lain. Aku kejebak. Di depan udah penuuhhh dengan motor dan mobil, di belakang pun begitu. Kaga bisa bergerak sama sekali. Mana matahari lagi terik-terik nyaa. Ma syaa Allah... Satu setengah jam aku kejebak di sana. Dari jam sepuluhan hingga setengah dua belas. Dan itu artinya, aku tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju puskesmas 2. Karena nyampe di sana kan sekitaran jam 12-an gituh, dan jam pelayanan sudah ditutup jam segitu.

Ini adalah waktu-waktu yang sebenernya sangat limited. Jadi, 1 hariii ajah tuh sangat berharga bagi akuu... Nah, hari ini itu sebenernya aku bisa mengejar beberapa data dan "memburu responden" karena udah limit mendekati deadline. Tapiiii, karena ada simulasi alias gladi resik Tour de Singkarak (TdS), semua jalan di blokir. Dan aku adalah salah satu dari ratusan orang yang kejebak, tidak hanya di jalanan itu, tapi di setiap persimpangan sepanjang jalan raya. Huhu...

eS Pe eS eS

Berikan padaku script-script macromedia flash, in syaa Allah akan aku "lahap". Jika tak bisa, aku mungkin akan "jungkir balik" untuk membisakannya.
Tapi jangan berikan aku SPSS, karena itu membuat aku pusiiiing, puyeeng... Astaghfirullaah...
Dulu, aku memilih penelitian deskriptif karena tak perlu pusing dengan statistik. Dan sekarang, mau tak mau, statistik adala sesuatu yang tak mungkin untuk dihindari. Aahhh... tolooooong...

Statistik oh statistik...
Dari duluu, sejak jaman SMP pun sepertinya tak pernah memikat hatiku. Sejak jaman-jaman masih cupu ala anak SMP, belajar mean, median, modus adalah bab pelajaran matematika yang paling aku hindari.
Ogahhh banget kalo udah begitu topik bab matematika nya. Padahal dulu demen matematik juga loh.
Dan kini, setelah sekian lama, aku harus kembali mengakrabi tidak hanya Mean, Median, Modus, Standar Deviasi, tapi juga Chi-square, McNemar, Pearson, ANOVA, T-test.

Tapi, aku harus semangaaaaattt!!!
HARUS SEMANGAAAAATTT!
Karena, semakin aku bisa segera menyelesaikan SPSS nya, semakin aku punya peluang untuk segera bisa bertemu seseorang in syaa Allah... ;)

Cowo Cakep dari Balik Kaca

Adalah hal yang menyenangkan pagi menjelang siang ini bisa menemani cowo cakep (dari balik kaca). Ya, meski cuma lewat screen laptop. Tapi, saat ini it suffice for me. Meskipun si cowo cakep lagi berkutat sama laptop dan segenap software yang sama sekali tidak aku paham apa itu [dulu demeeen banget dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer2an dan sempet ingin masuk kuliah perkomputeran, alhamdulillaah sekarang Allah hadirkan ahli informatika yang hebat sekali. I'm proud of him ;)]

Menatap cowo cakep yang lagi asyik dengan laptop dan sofware nya. Hihi. Ingin sekali mengajak cowo cakep-ku ngobrol. Tapi tidak ahh, aku tak ingin mengganggu pekerjaannya. Jadii, menatapnya dan menemani kesibukannya saat ini suffice for me lah. Sesekali, aku sela juga sih. Nanyain apakah si cowo cakep sudah sarapan atau belum. Rasanya, pengen sekali punya pintu ke mana saja si doraemon biar aku bisa ke sana. Atau pinjam baling-baling bambu nya deh. Tapi, kalo pakai baling-baling bambu, nyampe berapa lama yah? Wong naek pesawat terbang ajah 9 jam. Gak jadi deh pinjem baling-baling bambu. Pinjem pintu ke mana saja ajah deh :D. Ahaha, ngacoo bangeett yaahh...
Ini bukan hal sebenarnyaaa...
Sebenernya, menurutku sih yaa (ini murni pendapat pribadi looh, siapapun boleh mengkoreksi) menyuguhkan film di mana ada "solusi tak masuk akal" merupakan pendidikan yang kurang baik. Kenapa? Karena anak diajarkan untuk mendapatkan solusi instan dan parahnya, tidak masuk akal, untuk setiap permasalahan mereka. Gak bisa ke mana-mana, trus ada baling-baling bambu. Jika dijahilin, nanti ada alat buat balas dendam. Lantas, anak tumbuh sebagai peng-khayal tingkat tinggi dan berharap segera berjumpa solusi seperti tontonan mereka. Padahal, adakah itu di dunia nyata? Tentu tidak kan yah?

Saat-Saat Pagi Menjelang Siang

Sambil ngelirik jam di HP, aku perhatiin lalu lalang orang di puskesmas. Sudah jam 11. Masih ada "mangsa" (eehh, responden) lagi nda yaah? Mulai sepi puskesmasnya. Aku coba "intipin" di loket antrean karcis. Tampak-tampaknya tak ada "mangsa" (aihhh, respondeeen Fatheeeell, hihi :P) lagi. Siap-siap untuk cauuu... sesegera mungkin kalo bisa. Aku mohon ijin pamit bentar sama Ibu-ibu dan uni-uni di puskesmasnya, lalu menuju parkiran motor, starter motor dan pulang. Alhamdulillaah... Saat-saat yang ditunggu-tunggu pun tibaa... :)

Aku selalu menanti-nantikan waktu pagi menjelang siang [Kalo kemarin-kemarin waktu malam juga :)] untuk bisa "bertemu", tersenyum cerah dan berceritaa panjaaang lebaaarr dengan seseorang di belahan bumi sana dan yang sangat aku cintai tentunya :) . Dan aku sangat menanti-nantikan waktu pagi menjelang siang. Perbedaan waktu yang lamanya 4 jam memang kadang membuat kita kesulitan mencari waktu yang "pas". Pas di sana dan pas di sini. Dan alhamdulillaah setidaknya selama 1-2 jam kita bisa "bertemu" dan ngobrol bareng :)
Yaa, alhamdulillaah masih bertemu dan ngobrol, meskipun hanya lewat "kaca" (yang sering membuat aku rasanya ingin melompati screen laptop ini kemudian tiba-tiba sudah berada di sana, bersamanya. Agak ngaco yaa? Hihi). Sungguh ingin berterima kasih sekali kepada penemu Skype yang memfasilitasi kita buat ngobrol (pan kalo pake pulsa telpon mahaaal bet. Hihi :D). Tapii, penemu Skype itu siapa yaah? *nguing..nguiing... Btw, siapapun kamuu, makasih yaaa :D, Smoga mendapat balasan kebaikan dari-Nya.
Tapii paling keseel kalo internetnya lagi error. Tiba-tiba diskonek. Konekin susah-susaah, ehh sama si jaringannya malah di-DC-in. Sebel nda tuuhh?? Bangeett... hihi... :D
*Suka duka dunia per-internet-an.

Tapi yang jelas,... meski ada rintangan (semacam jarak jauh begini), Alhamdulillaah ada kemudahan dari-Nya. Dan, "tabungan" kangen nya ituu jauuh lebih banyaak kalo berbatas jarak. Hehe... Meskipun kangen itu (menurutku :D) adalah rasa yang unlimited. Tanpa batas. Tapi akan lebih berasa jika diperantarai jarak :)
Apapun itu adanya, smoga menjadikan kita (diriku terutama) bersyukur kepada-Nya, sesuatu yang sering manusia luput (terutama aku). Karena rintangan itu pastilah akan selalu ada dalam kehidupan ini, meskipun jarak berdekatan. Ia akan hadir dari berbagai sisi kehidupan.
Smoga ini menjadi reminder bagi diriku sendiri. Agar aku tidak terlalu bergembira (berlebihan) terhadap apa yang dikaruniakan-Nya dan agar aku tidak terlalu bersedih dengan apa yang luput dari kita. :)

Gadis Manis yang Menangis

Sepulang dari puskesmas beberapa waktu lalu, aku mampir sebentar ke TK IT Marhamah untuk bertemu seorang akhwat. Nah, karena angkotnya nda nyampe ke TK IT nya, aku harus jalan kaki deeh, dan jalannya melewati sebuah SMP Negeri. Sebut saja SMP X. Pas ngelewatin SMP itu, aku menjumpai seorang anak perempuan, masih 14 tahun kali yaah umurnya, gadis manis, tapi sedang berurai air mata. Awalnya aku mau cuek ajah. Toh, aku tak mau mencampuri urusan si gadis manis yang sedang menangis itu. Tapii, aku kayanya nda bisa diam deeh. Penasaran. Lagian, kasian jugaa ituu anak SMP nangis, kaya abis diusir dari kelas gituuh. Soalnya dia jalan pulang dan arahnya sama dengan arahku. Ya udah, bismillaah. Aku sapa si gadis manis berjilbab putih itu.

"Kenapa, Dek?"
"Dikerjain sama teman sekelas, Kak. Aku dibilang macam-macam gituuh, trus semua teman sekelas mengejek aku. Huk..huk..."
"Sekarang mau pulang ya? Apa kata gurunya?"
"Gurunya nyuruh pulang, Kak. Gurunya percaya sama apa yg dibilang teman-teman. Gak ada yang percaya sama aku kak."
"Udah bilang apa yang sebenernya kan Dek?"
"Iya Kak, aku sudah bilang. Tapi mereka tidak ada yang percaya."
"Sabar yaa Dek. Nanti kalo dah tenang, jelaskan baik-baik yaa sama gurunya."
"Iya kak, makasih yaa kak."

Okeh, kisah si gadis manis aku cukupkan sekian. Aku hanya sedang belajar mengambil analog, kisi dan pelajaran dari sepenggal kisah gadis manis berjilbab putih itu. Tentang apah? Iyaakkk bettoooll (siapa yang jawaab sih Fatheeel? hihihi...), Yapph, Tentang kepercayaan publik.
Sepertinya, memang, "hukuman" yang lebih berat itu adalah hukuman "publik".

30 Hari Kebersamaan Kita

Beberapa hari yang lalu, aku dapet SMS dari nomor yang tidak kukenal. Bunyinya lebih kurang begini :

Nah, kau yang sering menasehati tentang cinta dan keluarga; bersiaplah diuji tentang keluarga dan cinta. Bagi yang sering teriak anti korupsi; bersiaplah diiming-imingi korupsi.

Maaf nope nya belum kesimpan. Siapapun itulah, mungkin salah satu orang yang sempet baca tulisan ini, aku cuma pengin ngucepin terima kasih yang sebesar-besarnya atas nasihatnya. Syukran, jazakumullaahu khair telah mengingatkan aku. :)

Jadi ingat deh, kadang aku suka curhat tentang permasalahan keluarga di sini, di Blog ini. Ma shaa Allah. Memang sih, aku masi abal-abal lah yaa membahas yang begituan. Ilmu masi sedikit, nyaris nda ada. Kemarin-kemarin, waktu menuliskannya, menjadi praktisi pun belum. Hehe. Benar juga kata yang SMS itu. Hmm... tapi, setidaknya, dengan share apa yang kita rasain, setidaknya menjadi reminder bagi diri kta sendiri, ketika mungkin kita dihadapkan pada permasalahan yang serupa, meskipun barang kali kita belum sanggup untuk melaluinya seideal apa yang kita harapkan sebelumnya itu. Setidaknya, menjadi reminder bagi diri kita sendiri. Ya, diri kita sendiri terutama.

wanna be there with him

Alhamdulillaah... Kemarin (16 Mei 2013), aku bisa melihat Makkah Al-Mukarramah secara Live, meskipun lewat "kaca"--Skype--bersama Zaujiy yang kucintai dan walau pun cuma sebentar doang.
Ma shaa Allah, sungguh ingin diberi kesempatan oleh-Nya mengunjungi tanah Haram ini. And I Really wanna be there with him... I hope, I can be there soon with him, in shaa Allah... How I miss him so much... :)

Makkah Al Mukarramah, picture is taken by Da Ilden Abi Neri, May, 16th, 2013 10.49 am Makkah time

Selalu Saja Ada Kemudahan itu...

Ma shaa Allah, terharu rasanya. Terimakasih kepada bapak ibu guru, adik-adik sekalian, yang telah memudahkan jalan bagiku dan telah berpartisipasi dalam validasi videoku. Rasanya, aku tak membayangkan akan kemudahan ini setelah sebelumnya sempet mikir tujuh keliling bagaimana cara memvalidasi instrument penelitian yang satu ini. Jika dalam bentuk quesioner, mungkin di manapun bisa dilakukan. Hanya butuh 'device' pulpen dan kertas saja. Tetapi, kalo instrument nya adalah video, tentula membutuhkan banyak device lainnnya seperti listrik, infokus, laptop dan sederet lainnya. Alhamdulillaah, Allah mudahkan segalanya. Berasa sekali, setiap kesulitan itu PASTI ada kemudahannya. Jadi, aku harus optimis dan tetap semangaaattt!

Memang sih, sekarang sedang "berkejar-kejaran" dengan waktu. Kadang, seperti gelombang pasang surut deeh optimisme nya. Kadang optimis. Kadang ada juga sih rasa-rasa rada-rada pesimis. Keburu ndaa yaaahh? Keburu nda yaahhh??
Tapi apapun itu dan sampai di mana pun pada akhirnya, yang penting sekarang lakukan yang terbaik dulu dan tidak membuang-buang waktu yang memang sangat mepet ini. Setelah melakukan se-optimal mungkin, kemudian jika nda keburu, berarti pasti ada hikmah yang sedang dipersiapkan-Nya.
Kalau kata seseorang di belahan bumi Timur Tengah sana yang sangat kucintai :), Tetap optimis dan lakukan yang terbaik sebisanya, tapi jangan sampai bikin full stress. Just enjoy it :)
keywordnya : Just ENJOY it.

Toh, apapun itu setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita, segalanya telah Dia tetapkan. Pasti akan ada hikmah di balik segala sesuatu, setidakmenyenangkan apapun itu. Karena apa yang terlihat buruk, belumlah tentu buruk pada akhirnya. Sebab, pasti akan ada hikmah luar biasa yang mungkin hari ini belumlah kita ketahui. Sungguh, keterbatasan dan kedhaifan kitalah yang kemudian menilainya tidak baik. Padahal, boleh jadi di sana Allah memberikan kebaikan yang banyak. Kejadian yang tidak menyenangkan semisal terlambat lulus kuliah, bukan berarti selalu buruk pada akhirnya. Sebab, akan ada hikmahnya, yang hari ini belumlah kita ketahui. Asalkan, kita telah berupaya untuk melakukan sebaik yang kita bisa. Dan lagi, bukankah sudah begitu banyak contoh nyatanya dan bahkan selalu saja begituu, bahwasannya--sekali lagi--Selalu saja ada kemudahan yang menyertai kesulitan. (Ini nasihat untuk diriku sendiri terutama.)

Hayooo Semangaaaattt!!
Semangatesis!