WISMA, SEPENGGAL KISAH MANIS ADA DISINI…


What is a WISMA????
Wisma???? Banyak orang yang menginterpretasikannya sebuah penginapan untuk beberapa hari saja dengan bayaran yang lumayan jika bepergian dalam waktu yang tidak begitu lama (dapat dihitung dengan hari). Tapi tidak untuk yang satu ini.
Wisma,... bagi kalangan ADK-nya UNAND (universitas Andalas, limau manis, Padang) adalah tempat spesial yang multi fungsi, wisma adalah basecamp dakwah, wisma adalah pusat pergerakan dakwah, wadah perbaikan diri, dan peningkatan kualitas Ruhy, tadzkiyatun nafs...
Ngintip kehidupan di Wisma yuuuk....!!!
Sepintas, rumah-rumah itu terlihat biasa-biasa saja dari luarnya (ya iya lah ya????hehehe)
Tapi, sekali melangkahkan kaki ke pintunya, maka sungguh siapapun akan merasakan biasan lain! Kehidupan yang penuh rutinitas ini memang tergolong sangat langka. Didalamnya ada penghuni dengan berbagai kesibukan, plus ’jam terbang’ tinggi. Apalgai wisma FMIPA yang tak asing lagi dengan istilah pratikum ’every day’. Penghuninya disibukkan dengan berbagai aktivitas. Pagi, qabla subuh, sudah pada bangun, Qiyamullail sampai subuh, lalu bersama berjama’ah ke mesjid yang terdekat. Lalu, lagi-lagi disibukkan dengan aktivitas dan rutinitas. Tilawah, mandi, nyuci, masak, and ada juga yang udah siap-siap mau berangkat ngampus or rapat. Lalu pulang sore, atau lebih tepatnya maghrib (untuk akhwat), dan mungkin menjelang tengah malam (bagi ikhwan sibukers). Terlihat biasa-biasa saja ya?? Tunggu dulu!!!
Ada dimensi lain disini!!!
Aku sebagai penghuni barunya cukup tergelitik untuk menuliskan ini semua. Benar-benar kehidupan yang menakjubkan. Disini, ibarat rumah tangga sebelum rumah tangga sebenarnya. Kenapa?? Begitu banyak alumni wisma yang ’segala bisa’. Aku menemukan berbagai macam hal-hal positif disini. Soal manajemen rumah tangga dulu, mulai dari ngatur bayar uang listrik, telpon, piket, logistik dengan pj2 tersendiri. Soal kemampuan masak (= latihan masak). Dulu aku termasuk orang yang sama sekali tak bisa memasak. (karena semenjak tamat SD sampai SMA di besarkan di lingkungan asrama yang notabenenya selalu siap saji (di sajiin uni-uni atau mbak2 yang masak di dapur asrama, hehehe). Disini, aku mulai belajar memasak. Awalnya Cuma goreng tahu, telor, kentang, seiring dengan perkembangan dan pematangan di wisma ini lah aku mulai-mulai mencoba bikin gulai, rendang, dsb. Bahkan, seorang senior yang benar2 ’buta’ soal memasak sekarang dah bisa bikin gulai kalio ayam yang lezat. Hmmm.... enak ya????
Soal bascamp, apapun kegiatan dakwah, info paling up to date ya di wisma!!! Karena, memang disini basic pergerakan dakwah itu sendiri.
Soal ukhuwah,... jangan ditanya lagi! Hmmmm... Indaaaahhh banget!!! Dijamin mutu!!!!! Mulai dari makan se-talam berempat (hehehe), (anekdotnya : saketek cukuik banyak habih)... ROHIS bareng (semacam kajian islam yang dilakukan ba’da Isya, yang menambah ilmu, mengokohkan ukhuwah, dan tentu saja, sharing dan saling berbagi and menguatkan). Disini bukan hanya buat yang ahli masak, tapi, juga ’kamar produser’ pamflet-pamflet kegiatan di kampus, dan tempat rapat paling kondusif (diiringi penganan plus air mineral doang biasanya, kalo’ rapatnya sesama akhwat aja nih yaaa!!! Or sebaliknya)
Disini, ditemukan indahnya persaudaraan, saling berbagi perhatian. Jika yang satu dapet masalah yang lain ikut memikirkan. Jika yang satu dah buru2 pergi karena ada rapat ini itu hingga ga sempat walau hanya sekedar nge-jemur kain yang laen ikut nge-jemur pakaian saudaranya tadi walaupun tanpa di mintai tolong, subhanallah.. Hmmm,.... indah.
Disini, juga saling tadzkiroh, saling mengingatkan. Menyemangati kalo’ kualitas ruhy lagi turun. Dan tentu saja bersama2 meningkatkannya.
Disini ’tempat subsidi silang yang kereeeen’, ga ada separasi antara kaya dan miskin. Kalo’ berkecukupan, yaaa bantu yang ga berkecukupan. 

Di sini juga tempat tinggal paling ngirit! Why??? Bayangkan!!! Setahun Cuma bayarv uang sewa rumah Rp. 600.000,- kalo’ di itung per bulan, berarti Cuma Rp. 50.000,- (murah kan?), trus, uang makan (lauk dan sayurnya) Cuma Rp. 2.500,- per orang per hari, duit telfon Cuma bayar abodemen Rp. 5.000,- /bulan/orang (telponnya di kunci, jadi buat nerima aja), listrik Cuma Rp. 10.000,- per orang per bulan. Kalau dihitung-hitung, untuk kebutuhan satu bulan (di luar kepentingan kuliah niy yaa??), Rp. 50.000 + 75.000 + 10.000 + 5.000 = Rp 140.000,- Subhanallah!!!!
Cuma dengan Rp. 140.000 kita dah dapat ’hidup’. Kalo’ kebutuhan kuliah (foto copy, internet, rental, dll), kira-kira Rp.60.000, maka dengan Rp.200.000,- saja kita sudah bisa ’hidup’ disini. Kalo’ dibandingkan dengan ’hidup sendiri’ di kos, jauh lebih murah tentunya!!!
Terlepas dari hitung-hitungan angka2 bermata Rupiah di atas, maka sesungguhnya yang paling indah disini adalah ukhuwahnya. Indaaaaa...h banget. Disini ditemukan forum2 diskusi yang insya Allah nambah ilmu, shalat berjema’ah di awal waktu bersama-sama, tilawah berbarengan, balapan ngafal Al Qur’an, shaum sunnah bareng, dan treaining kedewasaan tentunya... sungguh ini adalah kebahagian yang tak adapat dibeli dengan Rupiah, ataupun dollar sekalipun.
Masih ragu untuk masuk wisma????? Tanya kenapaaaaa!!!!
special : dipersembahkan buat akhwat-akhwat Syakuro (Ni Rini yang care and pinter masak yang sering mengingatkan ana, syukran un. Ni Reni yang lembut dan dewasa banget, syukran ya Un atas perhatian yang uni berikan. Ni Lu’, teknisinya syakuro, syukran atas ilmu2 yang Ni’Lu’ berikan, sungguh indah hari2 yg qta lalui ya??? Trus, buat Ratih, soulmate the later my roomate, teman sekamar yang pinter,kritis and maskulin, hehehe. Buat Dhy, kendatipun qta sama2 suka telat masuk lokal and sama2 tlat dapet info2 apapun, tapi, syukran atas smua kebaikannya, beliin ane coklat, ngopiiin bahan kuliah, dima ka di cari kawan sa elok ko lai koh??). untuk Lilis yang perassaannyo dalaaam banget, afwan jiddan Lis, banyak kata yang salah yang terucap kpd Lilis, qta sama2 jaga hati ya ukht??. Untuk Titi, temen bacakak ane, hehehe, Titi yang bawaannya jutek kalo’ lagi becanda, tapi, sebenarnya baik hati banget sama ane. Mega, yang cuek cuek tapi perhatian, tegas, (kok bisa sih Ga???), Ni’Dian E, figur yang penuh keteraturan (ini yg ane salut banget sm Ni Dian), prinsipil and pinter juga. Ni Marwit, Miss Jeng, yang dah di wisuda, si cantiknya Syakuro, kapan walimahan nih Un?? Kami ga sabaran mau jadi panitia nih, heheheh) Smua akhwat2 yang bersama akhwatifillah semua, ana merajut hari-hari indah. Syukran, jazakillah atas semua perhatian dan ukhuwah yang akhwat curahkan kepada ana (yang masih sering down nya, sering egoisnya, ’afwan jiddan) bukan kah hidup itu adalah proses ya??? Mudah2an kita berkumpul disini, akan mengantarkan kita berkumpul di Jannah-Nya kelak.
Read More

Buku Tamuku

Assalaamu'alaykum Warohmatullaah Wabarokaatuh...




Terima kasih sudah mampir di blog (curhat) aku. Hehe...
Jangan lupa, tinggalkanlah jejakmu di sini...
Mudah-mudahan kita bisa saling bersilaturrahim walaupun hanya lewat duni maya ^_^

Terima Kasih...
Jazakumullahu khoiran Katsir...
Wassalaamu'alaykum warohmatullah wabarokaatuhu




Best Regard

Fathel Ummu Aafiya
Read More

JENAK-JENAK KEHIDUPAN
By : ipi_tyf

Kehidupan. Seuah kata sederhana yang amat sarat makna. Seperti apakah kita menamakansebuah hidup itu? Seperti apa warnanya hidup itu? Hijaukah? Jingga kah? Atau violet? Apapun itu, yang jelas setiap kita punya lukisan kata sendiri untuk menamainya.

Hidup. Mari sejenak menelik kembali masa2 dari segenap cuplikan episode kehidupan kita. Ya, kehidupan kita sendiri. Bukan orang-orang disekeliling kita. Seberapa panjangkah jalannnya? Seberapa beragamkah warnanya? Barangkali kita telah melukis sejuta warna, bukan?

Saudaraku,
Dahulu kita adalah calon masinis atas kereta yang saat ini tengah kita kendalikan saat ini. Barangkali, keterbatasandan kedhaifanlah yang membuat kita tak tahu bahwa ternyata kita dahulu berkompetisi. Ya, berkompetisi. Hanya untuk sebuah kereta kehidupan.

Saudaraku,
Barang kali kita juga lupa bahwa setelah salah satu dari sekian banyak pesaing-pesaing yang ikut berkompitisi, ada satu pemenangnya. Siapa? Yaitu kita sendiri! Ya, kita adalah pemenang kompetisi itu! Seyogiyanya sebagai pemenang, tentu ada banyak hal yang menjadi ’tuntutan’ untuk kita.

Sebelum kereta kita melaju, kita tentu telah membuat kontrak terlebih dahulu dengan Sang Pemilik Kereta, sang Penentu Nasib Kereta. Karena kita bukan pemilik penuh atas kereta itu. Kita hanya masinisnya. Kontrak itu adalah ketika kita bersaksi bahwasannya hanya Allah lah sembahan kita. (ingat janji kita kpd Allah telah dinyatankan-Nya dg terang di Al Qur’an)

Lalu, peluit pun dibunyikan. Pertanda kereta siap berangkat. Apakah itu sepuluh tahun yang lalu, dua puluh tahun yang lalu, tiga puluh, atau bahkan mungkin seratus tahun yang lalu kita mulai berangkat dari stasiun awal.

Saudaraku,...
Hari ini,.. kita adalah masinis kereta yg kita kendalikan ini. Akan kita bawa kemanakah kereta ini? Sedang diperjalannya begitu banyak potret yang kita temui. Lihatlah, jalan yang kita tempuh itu bukan hanya lurus saja, bukan hanya datar saja, dan tentu saja bukan hanya terang saja. Terkadang, ada tanjakan yang kita lalui, ada terowongan gelap yang membuat kita sulit meraba, ada cadas yang menghadang barangkali. Ah, itu adalah niscaya bukan? Sebab, kalau tidak dengan begitu, perjalanan ini tak pula indah.

Namun, kereta yang kita bawa ini telah ditentukan dimanakah stasiun terakhirnya? Akan seperti apa kita nantinya berhenti distasiun? Atau, apakah kita menjadi salah satu sejarah dimana kereta kita berujung di jurang terjal.

Ya, kitalah yang merancang akan bagaimana kita sampai distasiun nanti. Akan dengan mulus dan happy ending? Atau, dgn tabrakan atau Sad ending? Setidanya, kita telah dimodali oleh rambu2 jauh sebelum keberangkatan kita dahulu. Rambu yg jika kita tak mematuhinya, akan menggelincirkan kereta kita ke jurang. Rambu yang jika kita patuhi, insya Allah akan mengantarkan kita ke stasiun dgn selamat.

Ya,... suatu saat, PASTI! Pasti kita akan menemui stasiun kita masing-masing. Stasiun yang akan menentukan nasib kita setelah itu. Sebab, ternyata, kereta yang kita tumpangi dan kita kendalikan ini hanya sepenggal perjalanan singkat. Kita hidup, ternyata bukan untuk perjalanan di kereta sesaat saja sampai kita menemukan stasiun. Tapi, ada tujuan kita setelah elewai stasiun itu bukan?ya, mulai dari sekarang, kitalah yang merancangnya!
Read More