eS Pe eS eS

Berikan padaku script-script macromedia flash, in syaa Allah akan aku "lahap". Jika tak bisa, aku mungkin akan "jungkir balik" untuk membisakannya.
Tapi jangan berikan aku SPSS, karena itu membuat aku pusiiiing, puyeeng... Astaghfirullaah...
Dulu, aku memilih penelitian deskriptif karena tak perlu pusing dengan statistik. Dan sekarang, mau tak mau, statistik adala sesuatu yang tak mungkin untuk dihindari. Aahhh... tolooooong...

Statistik oh statistik...
Dari duluu, sejak jaman SMP pun sepertinya tak pernah memikat hatiku. Sejak jaman-jaman masih cupu ala anak SMP, belajar mean, median, modus adalah bab pelajaran matematika yang paling aku hindari.
Ogahhh banget kalo udah begitu topik bab matematika nya. Padahal dulu demen matematik juga loh.
Dan kini, setelah sekian lama, aku harus kembali mengakrabi tidak hanya Mean, Median, Modus, Standar Deviasi, tapi juga Chi-square, McNemar, Pearson, ANOVA, T-test.

Tapi, aku harus semangaaaaattt!!!
HARUS SEMANGAAAAATTT!
Karena, semakin aku bisa segera menyelesaikan SPSS nya, semakin aku punya peluang untuk segera bisa bertemu seseorang in syaa Allah... ;)
Read More

Cowo Cakep dari Balik Kaca

Adalah hal yang menyenangkan pagi menjelang siang ini bisa menemani cowo cakep (dari balik kaca). Ya, meski cuma lewat screen laptop. Tapi, saat ini it suffice for me. Meskipun si cowo cakep lagi berkutat sama laptop dan segenap software yang sama sekali tidak aku paham apa itu [dulu demeeen banget dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer2an dan sempet ingin masuk kuliah perkomputeran, alhamdulillaah sekarang Allah hadirkan ahli informatika yang hebat sekali. I'm proud of him ;)]

Menatap cowo cakep yang lagi asyik dengan laptop dan sofware nya. Hihi. Ingin sekali mengajak cowo cakep-ku ngobrol. Tapi tidak ahh, aku tak ingin mengganggu pekerjaannya. Jadii, menatapnya dan menemani kesibukannya saat ini suffice for me lah. Sesekali, aku sela juga sih. Nanyain apakah si cowo cakep sudah sarapan atau belum. Rasanya, pengen sekali punya pintu ke mana saja si doraemon biar aku bisa ke sana. Atau pinjam baling-baling bambu nya deh. Tapi, kalo pakai baling-baling bambu, nyampe berapa lama yah? Wong naek pesawat terbang ajah 9 jam. Gak jadi deh pinjem baling-baling bambu. Pinjem pintu ke mana saja ajah deh :D. Ahaha, ngacoo bangeett yaahh...
Ini bukan hal sebenarnyaaa...
Sebenernya, menurutku sih yaa (ini murni pendapat pribadi looh, siapapun boleh mengkoreksi) menyuguhkan film di mana ada "solusi tak masuk akal" merupakan pendidikan yang kurang baik. Kenapa? Karena anak diajarkan untuk mendapatkan solusi instan dan parahnya, tidak masuk akal, untuk setiap permasalahan mereka. Gak bisa ke mana-mana, trus ada baling-baling bambu. Jika dijahilin, nanti ada alat buat balas dendam. Lantas, anak tumbuh sebagai peng-khayal tingkat tinggi dan berharap segera berjumpa solusi seperti tontonan mereka. Padahal, adakah itu di dunia nyata? Tentu tidak kan yah?

Read More

Saat-Saat Pagi Menjelang Siang

Sambil ngelirik jam di HP, aku perhatiin lalu lalang orang di puskesmas. Sudah jam 11. Masih ada "mangsa" (eehh, responden) lagi nda yaah? Mulai sepi puskesmasnya. Aku coba "intipin" di loket antrean karcis. Tampak-tampaknya tak ada "mangsa" (aihhh, respondeeen Fatheeeell, hihi :P) lagi. Siap-siap untuk cauuu... sesegera mungkin kalo bisa. Aku mohon ijin pamit bentar sama Ibu-ibu dan uni-uni di puskesmasnya, lalu menuju parkiran motor, starter motor dan pulang. Alhamdulillaah... Saat-saat yang ditunggu-tunggu pun tibaa... :)

Aku selalu menanti-nantikan waktu pagi menjelang siang [Kalo kemarin-kemarin waktu malam juga :)] untuk bisa "bertemu", tersenyum cerah dan berceritaa panjaaang lebaaarr dengan seseorang di belahan bumi sana dan yang sangat aku cintai tentunya :) . Dan aku sangat menanti-nantikan waktu pagi menjelang siang. Perbedaan waktu yang lamanya 4 jam memang kadang membuat kita kesulitan mencari waktu yang "pas". Pas di sana dan pas di sini. Dan alhamdulillaah setidaknya selama 1-2 jam kita bisa "bertemu" dan ngobrol bareng :)
Yaa, alhamdulillaah masih bertemu dan ngobrol, meskipun hanya lewat "kaca" (yang sering membuat aku rasanya ingin melompati screen laptop ini kemudian tiba-tiba sudah berada di sana, bersamanya. Agak ngaco yaa? Hihi). Sungguh ingin berterima kasih sekali kepada penemu Skype yang memfasilitasi kita buat ngobrol (pan kalo pake pulsa telpon mahaaal bet. Hihi :D). Tapii, penemu Skype itu siapa yaah? *nguing..nguiing... Btw, siapapun kamuu, makasih yaaa :D, Smoga mendapat balasan kebaikan dari-Nya.
Tapii paling keseel kalo internetnya lagi error. Tiba-tiba diskonek. Konekin susah-susaah, ehh sama si jaringannya malah di-DC-in. Sebel nda tuuhh?? Bangeett... hihi... :D
*Suka duka dunia per-internet-an.

Tapi yang jelas,... meski ada rintangan (semacam jarak jauh begini), Alhamdulillaah ada kemudahan dari-Nya. Dan, "tabungan" kangen nya ituu jauuh lebih banyaak kalo berbatas jarak. Hehe... Meskipun kangen itu (menurutku :D) adalah rasa yang unlimited. Tanpa batas. Tapi akan lebih berasa jika diperantarai jarak :)
Apapun itu adanya, smoga menjadikan kita (diriku terutama) bersyukur kepada-Nya, sesuatu yang sering manusia luput (terutama aku). Karena rintangan itu pastilah akan selalu ada dalam kehidupan ini, meskipun jarak berdekatan. Ia akan hadir dari berbagai sisi kehidupan.
Smoga ini menjadi reminder bagi diriku sendiri. Agar aku tidak terlalu bergembira (berlebihan) terhadap apa yang dikaruniakan-Nya dan agar aku tidak terlalu bersedih dengan apa yang luput dari kita. :)
Read More

Gadis Manis yang Menangis

Sepulang dari puskesmas beberapa waktu lalu, aku mampir sebentar ke TK IT Marhamah untuk bertemu seorang akhwat. Nah, karena angkotnya nda nyampe ke TK IT nya, aku harus jalan kaki deeh, dan jalannya melewati sebuah SMP Negeri. Sebut saja SMP X. Pas ngelewatin SMP itu, aku menjumpai seorang anak perempuan, masih 14 tahun kali yaah umurnya, gadis manis, tapi sedang berurai air mata. Awalnya aku mau cuek ajah. Toh, aku tak mau mencampuri urusan si gadis manis yang sedang menangis itu. Tapii, aku kayanya nda bisa diam deeh. Penasaran. Lagian, kasian jugaa ituu anak SMP nangis, kaya abis diusir dari kelas gituuh. Soalnya dia jalan pulang dan arahnya sama dengan arahku. Ya udah, bismillaah. Aku sapa si gadis manis berjilbab putih itu.

"Kenapa, Dek?"
"Dikerjain sama teman sekelas, Kak. Aku dibilang macam-macam gituuh, trus semua teman sekelas mengejek aku. Huk..huk..."
"Sekarang mau pulang ya? Apa kata gurunya?"
"Gurunya nyuruh pulang, Kak. Gurunya percaya sama apa yg dibilang teman-teman. Gak ada yang percaya sama aku kak."
"Udah bilang apa yang sebenernya kan Dek?"
"Iya Kak, aku sudah bilang. Tapi mereka tidak ada yang percaya."
"Sabar yaa Dek. Nanti kalo dah tenang, jelaskan baik-baik yaa sama gurunya."
"Iya kak, makasih yaa kak."

Okeh, kisah si gadis manis aku cukupkan sekian. Aku hanya sedang belajar mengambil analog, kisi dan pelajaran dari sepenggal kisah gadis manis berjilbab putih itu. Tentang apah? Iyaakkk bettoooll (siapa yang jawaab sih Fatheeel? hihihi...), Yapph, Tentang kepercayaan publik.
Sepertinya, memang, "hukuman" yang lebih berat itu adalah hukuman "publik".
Read More

30 Hari Kebersamaan Kita

Beberapa hari yang lalu, aku dapet SMS dari nomor yang tidak kukenal. Bunyinya lebih kurang begini :

Nah, kau yang sering menasehati tentang cinta dan keluarga; bersiaplah diuji tentang keluarga dan cinta. Bagi yang sering teriak anti korupsi; bersiaplah diiming-imingi korupsi.

Maaf nope nya belum kesimpan. Siapapun itulah, mungkin salah satu orang yang sempet baca tulisan ini, aku cuma pengin ngucepin terima kasih yang sebesar-besarnya atas nasihatnya. Syukran, jazakumullaahu khair telah mengingatkan aku. :)

Jadi ingat deh, kadang aku suka curhat tentang permasalahan keluarga di sini, di Blog ini. Ma shaa Allah. Memang sih, aku masi abal-abal lah yaa membahas yang begituan. Ilmu masi sedikit, nyaris nda ada. Kemarin-kemarin, waktu menuliskannya, menjadi praktisi pun belum. Hehe. Benar juga kata yang SMS itu. Hmm... tapi, setidaknya, dengan share apa yang kita rasain, setidaknya menjadi reminder bagi diri kta sendiri, ketika mungkin kita dihadapkan pada permasalahan yang serupa, meskipun barang kali kita belum sanggup untuk melaluinya seideal apa yang kita harapkan sebelumnya itu. Setidaknya, menjadi reminder bagi diri kita sendiri. Ya, diri kita sendiri terutama.

Read More

wanna be there with him

Alhamdulillaah... Kemarin (16 Mei 2013), aku bisa melihat Makkah Al-Mukarramah secara Live, meskipun lewat "kaca"--Skype--bersama Zaujiy yang kucintai dan walau pun cuma sebentar doang.
Ma shaa Allah, sungguh ingin diberi kesempatan oleh-Nya mengunjungi tanah Haram ini. And I Really wanna be there with him... I hope, I can be there soon with him, in shaa Allah... How I miss him so much... :)

Makkah Al Mukarramah, picture is taken by Da Ilden Abi Neri, May, 16th, 2013 10.49 am Makkah time

Read More

Selalu Saja Ada Kemudahan itu...

Ma shaa Allah, terharu rasanya. Terimakasih kepada bapak ibu guru, adik-adik sekalian, yang telah memudahkan jalan bagiku dan telah berpartisipasi dalam validasi videoku. Rasanya, aku tak membayangkan akan kemudahan ini setelah sebelumnya sempet mikir tujuh keliling bagaimana cara memvalidasi instrument penelitian yang satu ini. Jika dalam bentuk quesioner, mungkin di manapun bisa dilakukan. Hanya butuh 'device' pulpen dan kertas saja. Tetapi, kalo instrument nya adalah video, tentula membutuhkan banyak device lainnnya seperti listrik, infokus, laptop dan sederet lainnya. Alhamdulillaah, Allah mudahkan segalanya. Berasa sekali, setiap kesulitan itu PASTI ada kemudahannya. Jadi, aku harus optimis dan tetap semangaaattt!

Memang sih, sekarang sedang "berkejar-kejaran" dengan waktu. Kadang, seperti gelombang pasang surut deeh optimisme nya. Kadang optimis. Kadang ada juga sih rasa-rasa rada-rada pesimis. Keburu ndaa yaaahh? Keburu nda yaahhh??
Tapi apapun itu dan sampai di mana pun pada akhirnya, yang penting sekarang lakukan yang terbaik dulu dan tidak membuang-buang waktu yang memang sangat mepet ini. Setelah melakukan se-optimal mungkin, kemudian jika nda keburu, berarti pasti ada hikmah yang sedang dipersiapkan-Nya.
Kalau kata seseorang di belahan bumi Timur Tengah sana yang sangat kucintai :), Tetap optimis dan lakukan yang terbaik sebisanya, tapi jangan sampai bikin full stress. Just enjoy it :)
keywordnya : Just ENJOY it.

Toh, apapun itu setiap kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita, segalanya telah Dia tetapkan. Pasti akan ada hikmah di balik segala sesuatu, setidakmenyenangkan apapun itu. Karena apa yang terlihat buruk, belumlah tentu buruk pada akhirnya. Sebab, pasti akan ada hikmah luar biasa yang mungkin hari ini belumlah kita ketahui. Sungguh, keterbatasan dan kedhaifan kitalah yang kemudian menilainya tidak baik. Padahal, boleh jadi di sana Allah memberikan kebaikan yang banyak. Kejadian yang tidak menyenangkan semisal terlambat lulus kuliah, bukan berarti selalu buruk pada akhirnya. Sebab, akan ada hikmahnya, yang hari ini belumlah kita ketahui. Asalkan, kita telah berupaya untuk melakukan sebaik yang kita bisa. Dan lagi, bukankah sudah begitu banyak contoh nyatanya dan bahkan selalu saja begituu, bahwasannya--sekali lagi--Selalu saja ada kemudahan yang menyertai kesulitan. (Ini nasihat untuk diriku sendiri terutama.)

Hayooo Semangaaaattt!!
Semangatesis!
Read More

Bahagia itu... Sederhana

Bahagia.
Setiap orang--siapapun itu--dalam kehidupannya pastilah menginginkan kebahagiaan. Ya, bahkan ada yang rela "membeli" kebahagiaan itu di berbagai tempat. "Saya membayar sekian, agar mendapat pelayanan sekian, oleh sebab itu, saya bahagia." Tapi benarkah demikian? Sayang sekali, ternyata anggapan bahwa bahagia itu linear dengan banyaknya uang yang dimiliki atau seberapa harus membayar kebahagiaan mungkin masih melekat di pikiran kita. Padahal, tidak selalu--bahkan lebih sering--kebahagiaan itu tak terukur dengan mata uang. Bahkan hal-hal sederhana sekalipun, justru lebih menghadirkan kebahagiaan. Sebab bahagia bukan soal uang, tapi ini soal hati.

Apakah seseorang berpenghasilan puluhan juta satu bulan, tinggal di istana mewah, apapun yang diingini tersedia, ada banyak pelayan-pelayan yang loyal, lantas kita menilai dia bahagia? Belum tentu! Dan apakah seseorang yang tinggal di rumah sederhana, lalu apapun tidak selalu available lantas dia tidak berbagaia. Belum tentu! Lagi-lagi, ini soal hati. Dan aku rasa, pernyataan yang aku sebutkan di atas adalah pernyataan klise. Aku yakin, kamu sekalian sebenarnya juga sudah tau dan--dengan sedikit agak memaksa--sependapat denganku. Hihi... Maksa bangeet yaahh. Kalo nda sepakat sih boleh ajah sih yaa, asalkan jangan suka memplintir fakta di halayak publik padahal mata penonton juga tidak buta dan tidak semua orang juga bisa dibodohi. Kadang, yang membodohi itu justru lebih terlihat bodoh. Entahlah... *Agak gerraaam sih melihat pemberitaan di media yang suka aneh-aneh. Aku sih sejujurnya tak berhak menjustifikasi begini, apalagi yang aku tahu informasinya cuma sepotong-sepotong. Tapi, maafkanlah...aku agak sedikit kecewa saja dengan pemberitaan di media yang sarat dengan unsur kepentingan entah untuk siapa. Apakah karena 2014 itu sebentar lagi? Entahlah. Tapi, aku sangat yakin bahwa kebenaran itu akan menunjukan diri dengan caranya sendiri.
*Ups, tadinya ngomongin bahagia, ko malah jalan-jalan ke topik media sih? Hehe... Okeh, back to topic lagi deh.

Banyak hal-hal sederhana yang justru menghadirkan kebahagiaan yang luar biasa. Dalam kehidupan suami-istri misalnya. Eheeeemm.... (silahkan ber-ehem riaa. Nda dilarang ko hihi :P). Kebahagiaan itu bukanlah saat si suami memberikan intan berlian, rumah mewah, mobil baru. Bukaan. Sama sekali bukan. Jika hanya sebatas itu, sungguh "terlalu murah" harganya sebuah kebahagiaan. Sebab, ketika tak ada intan berlian, tak ada mobil baru, tak ada rumah mewah, akan berarti tidak berbahagia kan yah?
Kebahagiaan itu, justru datang dari hal-hal yang mungkin kita nilai sederhana. Tapi di sanalah justru letak nilai kebahagiaan itu. Sederhana. Sederhana saja. Siapapun dapat melakukannya.
Sebuah senyuman misalnya. Itu sungguh mendatangkan kebahagiaan yang menentramkan jiwa-jiwa kita.
Read More

Pernikahan Itu...

Alhamdulillaah, tsumma alhamdulillaah...
Sungguh, tak ada perbendaharaan kata-kata lagi yang dapat mewakili segenap rasa di hati ini.
Kesyukuran kepada Rabb, yang telah mempertemukan kami dalam ikatan pernikahan. Sungguh, ini adalah sunnah rasul-Nya yang indah. Bagaimana indahnya? Mungkin aku bukanlah orang yang berkafaah untuk menuliskannya dan lagi engkau semua mungkin sudah dapat membacanya dari berbagai buku. Akan tetapi, indahnya hanyalah bisa dirasakan oleh orang-orang yang mengalaminya. Hehe. Seumpama seseorang mendeskripsikan bagaimana manisnya buah delima. Oke, semua orang mungkin akan bersepakat bahwa delima itu manis. Akan tetapi, tentang bagaimana rasanya, hanya orang-orang yang pernah menyicipinya sajalah yang dapat merasakannya. Pun begitu dengan pernikahan. Maka, mungkin banyak yang menyesali : mengapa tidak dari dulu saja? hihi :D

Sekali lagi, aku bukanlah orang yang faqih untuk menjelaskan mengenai pernikahan, karena kami masihlah "bau kencur" alias "pendatang baru" yang masihlah miskin pengalaman. Tapi, ijinkanlah aku sekedar bercerita. Ya, sekedar bercerita saja. Siapapun boleh mengoreksi jika sekiranya ada di antara apa yang kutuliskan ini terdapat kesalahan. Dan sungguh, aku berterima kasih atas itu.

Read More