FLP quw...

FLP quw Tercinta!!!
Silatnas FLP di Srengseng Sawah Jakarta Selatan
Kak Amin, Kak ONe, (Sulawesi), Kak Ipadh (Sumbar), Nana (Sulawesi), Ridho (Sulawesi), Kak Yeyen, Fathel (Sumbar)


Rihlah FLP ke Batu Busuak Euy!!!
ini looh..Para LAskar FLP sumbar...

nyang ada di Photo niey :
Iid (Ketua FLP Unit UNP)
Siska (Sekum FLP Cab PAdang)
Dewi (Bendum FLP Wilayah Sumbar)
Fathel (kaderisasi FLP Wil Sumbar)
Adek (FLP IAIN)
Fitri (FLP IAIN)


Read More

Kampusku...Laborku...Teman-temanku...

Ini Dekanat quw tampak atas (hehehe)
beginilah di jurusan kalo' lagi masa liburan...
Oh...Fakultasqu...
Pharmacy Andalas University
Praktikum di Labor...
Ini pratikan group B lohh..
ada Dian (055), Meri (048), Fathel(023), and Jullie(001)..>>kanan ke kiri<<<

ayo, jangan sampai pecah tabung reaksinya!!!


Nunggu asisten datang di depan Lab Immunologi sambil ngafalin buat responsi

ini laborku loooooh....
Kampusku…, fakultasku…, tempatku menuntut ‘ilmu, tempatku berjumpa teman2qu.



Read More

Wisma oh Wisma...,Yuk, Masuk Wisma...


“Apa?? Wisma?? Ih, gak banget deh!”
“Eng…, entarlah ya.., gue baikin diri dulu, baru masuk wisma.”
“Ah, aku sih, gak mau terkekang. Wisma itu kan…emm…banyak aturannya! Gak boleh kluar di atas jam 9 malam. Harus piket masak, serba juhud, eh..zuhud,.. bla..bla…”
“Masuk wisma?? Aduuh…, bukannya gimana gitu yah?? Aku ngerasa gak pantes ajah berada di wisma.”
“Sorry, fren. Wisma bukan tempat yg cocok buat gue.”
“Di wisma, tamu cowok gak boleh masuk kan ya? Adduuh, gimana dunk?? Ntar cowok gua kagak bisa ngapelin gua lagi.”

Mungkin itu beberapa cuplikan ketika di Tanya soal kesediaannya masuk wisma. Hmm…., BELUM TAHU DIA! Sungguh, 100 % Wisma qeren! (Halah! Nyontek judul buku, lagi!).

Hmm..mungkin perlu diperkenalkan sedikit tentang wisma. Begini looh, sodara-sodara tercinta! Harap dicatat yeee! Pertama, buang dulu segala paradigma burukmu tentang wisma. Siapa bilang wisma itu hanya buat para makhluk berjilbab panjnag ‘n para jenggoters dengan ‘celana ngatung’?? enggak, lagi! WISMA, insya Allah terbuka buat siapa saja nyang muslim! Tapi harus muslim/muslimah loh! Itu syarat utama. Nah loh, yg merasa muslim, buruan datangi wisma dan daftarkan diri anda segera!

Lalu, whats the else??
Hmm…akan ada banyak cerita soal wisma ini. Insya Allah, wisma bukan sekedar tempat tinggal biasa dengan bayaran relative lebih murah (ini salah satu nilai plus wisma loh, gak perlu kalkulator ampe’ rusak buat ngitungin utang tunggakan bayaran rumah, hehehe. Soalnya, yah itu tadi, lebih irit dari kos-kosan biasa), tapi, juga sebuah wadah untuk menjadikan qta luar biasa!!! Gak percaya?? Coba gih, masuk wisma ajah! Dijamin ketagihan deeeh!

Di wisma ada program rohis (rohani islam), tiap ba’da isya or ba’da subuh, meliputi,pembahasan mengenai Fiqh, Siroh RAsul ‘n sahabat, Riyadhushalihin, tafsir, diskusi soal ibadah yg insya Allah bakal nombokin ilmu qta yg begitu sedikit dan banyak kekurangan niy (itu mah, saya atuuuh). Setidaknya, nyang semula kagak tau, jadi tau dengan adanya diskusi-diskusi. Kalo’ ada yg buntu, tinggal Tanya di agendatatsqif (tarbiyah tsaqofiyah) yg di adain di kampus dengan ustadz2 nyang lebih berkafa’ah alias kapabel di bidang itu. Selain itu,program wisma juga bisa ditambahin dengan tahsin dan Tahfidz dengan mendatangkan ustadz/ustadzah, dari LTQ misalnya. Trus, di wisma juga ada madding loh! Isinya, tausyiah, up-date an info2 kampus ‘n sputar dunia Islam. Buat ajang ekspressi karya2 juga bisa. Enak kan???
>>Nah loh, bener kan?? Bukan hanya sekedar tempat tinggal. Ada nilai plusnya!<<>>tahap tanzim kali yah??hahaha<<, yg ada ketuanya, pj2nya. Mulai dari ngatur uang masak, ngatur biaya listrik ‘n tagihan telpon (kalo’ wismanya punya telpon), ngatur BBM ‘n logistic, and other. Yg diamanahkan jadi ketua, mesti memenej semua anggota wisma, dan anggota mesti ngenjalankan tugas masing2nya. Nahh, asyik kan??

Lalu, di wisma, qta juga belajar untuk memahami saudara qta. Secara, ada banyak latar belakang kehidupan, track record, kondisi keluarga, tempat tinggal yg berbeda yg kemudian disatukan dalam wadah yg bernama wisma. Budaya Payakumbuh, Solok Selatan, Dumai, Solok, Batam, Pekan Baru, Lubuk Alung, Pasaman kemudian disatukan dalam lingkup bernama wisma. Ditambah lagi, aktivitas di kampus yg beda-beda. (Contoh, di wismaku nih yaa, ada yg aktivis BEM KM, anak MAPALA, Ketua Keputrian, anggota KAderisasi LDK kampus, aktivis JAMAAD alias jaringan mahasiswa anti pemurtadan), anggota kaderisasi LDF [FSI], pengurus HIMA dan KAMMI, tim FSLDK, eeehh iya, FLP'er juga ada nih..^_^), akan banyak perbedaan agenda dan waktu2. Nah, itu semua yg akan disinergiskan dalam tatanan yg bernama wisma. Mencoba untuk memahami saudara berikut kesibukannya. Indahnya, ukhuwah..ohhhh…

Di sini qta jga saling mengingatkan. Tadzkiroh. Jika ada penurunan, sama2 diperbaiki kembali. Jika ada perselisihan, diperdamaikan kembali. Subhanallah, betapa indahnya ketika qta saling mengingatkan, saling menopang, saling menguatkan. Wuisss…indah bgt bo’. Gak tau deeh, entah bahasa apa lagi nyang dapat mewakili betapa indahnya kebersamaan itu.

Dan lagi, wisma gak serem2 ‘n kaku2 banget koq. Qta juga punya agenda rihlah. Syukuran bagi wisudawan/wati or selamatan atas seminar, misalnya. Kadang, qta pilih momen2 buat makan di luar rame-rame. Atau gak, ke pantai bareng2. Minimal, masak2 bakwan, tabro deeh, kalo’ lagi gak da kerjaan. Sekalian refreshing, gituh. Serrrruuu..banget!

Apa lagi yang kau ragukan ,teman?? Soal peraturan yg ketat di wisma?? Ahhh, alasan saja tho. Peraturan itu dibuat, kan sudah disesuaikan dengan kapasitas qta. Lagian, itu peraturan juga UNTUK MENJAGA QTA SEMUA, ‘N UNTUK KESELAMATAN DIRI QTA JUGA. Missal, gak boleh keluar di atas jm9 bagi nyang cewek. Itu kan baek buat qta. Iya tho?? Apa lagi??? Gak boleh pakaian ketat. So pasti buat ngejaga diri qta juga kan??? Gak boleh pacaran, itu juga buat menjaa qta. Intinya, peraturan yg dibuat itu untuk kepentingan qta juga. Lagian, kalau qta jalani, sama sekali tak terasa mengikat kok!!

NAH LOOOOOH!
Masih ragu buat masuk wisma????
Tanya kenapa!



NB: Segera dehhh, hubungi BPW (Badan Pengelola Wisma) di fakultasmu masing2. Contoh: Kalo’ di Unand, khusus fak. MIPA ‘n Fak. Farmasi, hubungi ajah ukhtiy Jendra (Kim 05), ‘n buat nyang ikhwah…ke akh Wisga (Math 05). Tunggu apa lagi??? Limited edition loh!
Ini waktu syukuran wisuda S-1 Ni Dian 'n Ni Rin..
wuiss...
makan2 bo'!!

Nak Ikut???
^_^




Ini mading qta..
hayooo, ada nyang mau nyumbang karya??




Wisma syakuro, 30 Januari 2009 (at starting zone 22-quw)
Read More

SYAKURO, home SWEET...



Tulisan ini special kuhadiahkan buat akhwatifillah yang kusayangi karena Allah, insya Allah…. Mungkin tak dapat kuungkapkan lagi, betapa aku sangat menyayangimu semua, saudariku.

Saudariku,
Perjalanan hidup ini benar-benar teramat sangat berliku. Sungguh, ada banyak warna hidup yg telah kulalui bersamamu. Tidak selalu suka, bahagia, dan canda. Juga ada duka, pergolakan, dan pergesekan, yang dengan penyelesaian di majlis-majlis qta telah membuatnya semakin kecil dan mengkerucut. Sungguh, betapa sangat manis dan indahnya ukhuwah itu. Sangaaaa..t lezaaat.

Dahulu, waktu diriku masih ngekos, gak terbayang bagiku akan bersama-samamu menapaki hari-hari ini. Memang, harus kuakui, ada perbedaan atsmosphier yang begitu signifikan. Ketika aku jalani hidup yg nyaris serba individual, lalu, berpindah kepada kehidupan yg serba ‘bersama-sama’. Dan tahukah dirimu semua, aku benar-benar bersyukur pernah menjadi bagian dari dirimu semua di markas da’wah ini, insya Allah.

Saudariku,
Mungkin aku juga pernah merasa ‘ilfil’ dgn akhwatifillah semua, ketika grafik penurunan itu terjadi pada qta. Ketika wisma sempat bukan lagi menjadi baiti jannati. Mungkin disaat itu, ruhy kita secara bersama-sama mengalami degradasi. Entah karena maksiat, atau banyaknya tugas da’wah yang terlalaikan. Atau, entah karena banyaknya hal-hal laghwu yg mulai menyerang wisma qta. Dan, mungkin juga karena perselisihan kecil karena perbedaan cara pandang, latar belakang kehidupan dan lingkungan yg membesarkan qta sebelumnnya. Atau kesibukan di agenda-agenda kampus. Tidak saling terbukanya qta. Tapi, Alhamdulillah,pasca konsolidasi dan kembali merefresh semua itu, ketika kita kembali membuat perencanaan baru, semua insya Allah mejadi keeping mozaik yang mesti dilemparkan jauh-jauh. Memang, adalah hal niscaya peningkatan dan penurunan itu terjadi, namun benar-benar sangat indah ketika kita berkomitmen untuk kembali memperbaikinya. Saling bergenggaman erat memancangkan visi dan misi, saling mengingatkan, saling menguatkan!

Di balik hal-hal kecil itu, sungguh ada selaksa hal-hal manis yang telah kita lalui. Setiap mengingatnya, satu senyum terukir dibibirku. Aku benar-benar bersyukur pernah mengenal dan pernah menjadi bagian dari dikau semua. Sungguh. Ketika qta saling menguatkan, saling menasehati, saling menopang, saling mengokohkan. Sungguh, ketika akhwatifillah memprotes setiap kesalahan2 itu bahkan mengambil tindakan , bukan atas dasar kebencian, melainkan perhatian dan ‘rasa sayang’ terhadap saudaranya. Tidak men-cuekin saudarinya yang tersalah.

Masih lekang di ingatanku, ketika sama-sama qta menjalankan tugas-tugas mulia itu. Masak sama-sama sampai dini hari or begadang untuk acara lamda. Rapat-rapat persiapan acara sampai latihan nasyid bwt FA sampai jam 3 (sampai-sampai dikira suara hantu oleh tetangga, hehehehe), membuat spanduk sederhana dengan kain panjang, membuat bunga yang ditempelin kertas2 kampanye pemira, membuat bendera Palestine bwt symposium, membuat amunisi. Meski, aku orang yang paling sering ketiduran duluan (hehehe, mohon di’afwankan), tapi, aku berdo’a semoga apa yang akhwatifillah lalukan dicatat Allah sebagai suatu kebajikan dan dibalasi-Nya dengan balasan yang setimpal. Bahkan, wismapun sebagai tempat penampungan sementara bagi adek2 MABA dan teman-teman yg kesurupan. (Wah, pertikaian dan pergolakan serta perjuangan itu benar-benar masih sangat panjang ya?? Waktu yg qta punya tidak lebih banyak dari kerja panjang yang harus kita lakukan ya akhwatifillah. >>semoga Allah sematkan keistiqamahan di dada qta<<) Intinya, Aku benar-benar bersyukur pernah menjadi bagian dari dirimu semua. Semua, insya Allah akan menjadi kenangan indah yg akan kucatat sebagai sejarah dalam perjalananku di kehidupan fana ini. Satu kata untuk dirimu semua, aku mencintaimu karena Allah.


S
pecial untuk :
Kak Sulungku; nyang lagi setress sekarang niy. Hehehehe. Diriku sgt mengerti sekali posisimu saat ini, Kak Sulung. Diriku berdo’a, semoga Allah berikan yg terbaik untukmu. Waduh, gak sabaran lagi nih, mau jadi panitia. Hehehehe. Pokoknya, ongkos ke sana gratisan yahh! Itung2, biaya transport buat panitia(hahaha).
But,…sungguh kisahmu telah memberikan begitu banyak hikmah dan begitu banyak inspirasi, bahwa masih ada ‘kemurnian’ itu ketika aku sempat meragukannya.

Ratih, nyang ‘aneh’ bin ajaib. Hehehe, piss Tih. Ratih yang ‘ilmunya segudang, tempat referensi bagi qta-qta.. Sang pemanjat gunung!

Wewen; adequ yg manis (awas kalo GR, hehehe), ceritamu juga begitu banyak memberi inspirasi sekaligus mengingatkan uni. Carito2 boco apo lay, hahaha. Pokok ‘e qta saling mengingatkan yah ewe. Btw, kapan qta ke singgalang trus pulangnya mampir di es krim Andalas?? ^_^

Mega : mantan my roommate nyang “mengerikan”. Hahaha. Becanda’ Meg! Jazakillah, telah mau mendengarkan keluh kesah diriku dan bersedia ‘dirusak pemandanganmu’ oleh diriku. Hehehehe.

Citra : dek bungsuku...semoga lulus SMNPTN tahun depan, dan menjadi dokter, seperti yg dikau cita2kan

Titi : mujahidah tangguh qta yg satu niy..tetep semangat Ti!! Insya Allah, qta akan berbagi cerita lagi. Btw, selamat memeriksa lembar jawaban ajah dehh.. (waduuh, cape’ deeeh!!)

Dhy : the sibukers qta yg pergi pagi pulang malam. Ati2 lohh, entar tepar lagi!!! Nb : kapan ya dhy, qta k kampus gak telat lagi. Ups, emang ada kuliah yg bareng lagi??? Hehehe, mantang2 tahun akhir niy....

Via : nyang luchu abizzz..., tetep jadi anak baek yah Via...hehehehe

Dewi : my new roommate nyang penuh inpirasi, visi, dan misi. Senang pernah mengenal orang yg penuh semangat sepertimu dedew. Jgn lupa kasi smangat terus sm uni yahh...ehm..program qta kapan jalannya nih dew???



Read More

BIARKAN IA LEKANG (1)

Ada satu titik cahaya nun jauh disana. Seperti satu bintang yang bercahaya di gelapnya semesta. Tiba-tiba, bintang itu membesar dan terus membesar, seolah-olah menubrukku. Hey, ada apa ini? Dimana aku?
”Mae, untung kamu sudah sadar!” Teriakkan itu yang pertama kudengar ketika otakku masih sibuk menerka-nerka tentang keberadaanku. Bahkan, mataku masih mengerjap-kerjap, tengah berusaha menyesuaikan ribuan partikel cahaya yang berseliweran.
Wajah Ina yang pertama kali hadir dihadapanku. Berikut peralatan aneh yang melingkupi sekujur tubuhku, pun ditempat yang aneh. Gemuruh koloni-koloni manusia bergerombol di ruangan yang tengah kutempati seperti dengungan lebah.
”Aku di...dimana, Ina?” Tanyaku lemah.
”Kamu di rumah sakit, Mae.” Ujar Ina.
”Rumah sakit?!” Tanyaku terperanjat. Sungguh, ini semua mengherankan. Bagaimana bisa aku berada di rumah sakit? ”Bagaimana mungkin?” Aku berusaha bangkit dari ranjang serba putih.
”Stt..., Mae, kamu gak boleh bangun. Kata dokternya kamu harus ’beres’” Ina menahan tubuhku agar tetap diam.
”Beres? Beres ngapain, Na?” Otakku malah harus bekerja keras memahami maksud kalimat Ina. Padahal, aku sendiri tak mengerti bagaimana aku sampai berada disini. Apalagi rumah sakit. Memangnya aku kenapa?
”Pokoknya harus ”beres” gitu deh kata dokter.” Ina berusaha menjelaskan.
”Apanya yang beres, Na? Uang perawatan disini?”
”Bukan ah! Itu tuh, yang harus istirahat terus di tempat tidur. Pokoknya gak boleh jalan-jalan. Bolehnya Cuma ditempat tidur.”
”Oh,...itu bedrest namanya Ina.” aku pernah mendengar istilah ini di tivi.
”Ya gitu deh...”
”tapi, bagaimana bisa aku sampai di rumah sakit, Na?”
”Wah, kamu pasti lupa ya Mae. Tadi, waktu kita lagi kerja, tiba-tiba kamu pingsan. Ya udah, kami bawa kerumah sakit deh...”
Kucoba mengingat-ingat kejadian yang diceritakan Ina. Ah, iya! Aku baru ingat. Tadi, aku sedang tak enak badan. Demamku naik turun dan badanku terasa sangat pegal-pegal. Tapi, kupaksain pergi kerja. Yah, mau gimana lagi? Kalo’ gak kerja, gimana bisa makan? Dan setelah itu, aku benar-benar tak tahu lagi apa yang terjadi dengan diriku.
”Makasih ya Na udah nganterin aku.” Kutatap gadis lugu, rekan kerjaku itu. Seorang gadis desa yang tak tamat SMP yang benar-benar sangat polos dan apa adanya. Seulas senyum menghiasi bibir kering gadis berponi dengan rambut sebahu yang dikepang dua itu. Lalu, perlahan dia mengangguk.
”Na, gak kerja?”
”Aku dah minta ijin tadi.”
”Oh...gitu.” Aku mengangguk-angguk. ”Eh, yuk kita pulang. Aku mau kerja lagi!” Aku mencoba bangkit.
”Tidak Mae! Sudah kubilang kamu harus ’beres’, eh...maksudku... eng....apa tadi? Bedrest ya?? Iya, kamu harus bedrest!”
”Tapi aku udah gak pa-pa. Liat! Seger kan?” Aku berusaha bangkit dan menampakkan wajah sesegar mungkin. Tapi,...tiba-tiba.....,”Hueee..k.” Lontong yang kutelan tadi pagi sebelum kerja tiba-tiba berhamburan keluar. Tergopoh-gopoh Ina mernyodorkan kantong plastik hitam. Aroma gulai yang amis bercampur zat-zat lain yang sebelumnya berdomisili di lambungku kini berpindah ke kantong hitam yang disodorkan Ina. Gadis itu segera menggosok punggungku hingga adegan yang sangat menyiksa itu berakhir. Oh, betapa melelahkannya.
”Tuh kan, apa kubilang?? Kamu tuh harus ’beres’ eh...bedrest!” Aku tersenyum kecut. Sungguh, adegan barusan cukup menguras begitu banyak tenagaku. Sebab, kalau boleh jujur, aku paling benci dengan sesuatu yang bernama muntah.
”sebentar lagi, kita ke bangsal penyakit dalam. Kamu di rawatnya disana.”
”Emangnya ini dimana?”
”IGD katanya. Aku juga gak ngerti. Tuh, Delima yang ngurusin. Maknya kan pernah dirawat disini.”
”Oo...” Kupejamkan mata. Baru aku sadari betapa sangat lelahnya tubuhku. Bagaikan sebungkus tulang dan daging yang tergelatak begitu saja. Tanpa tenaga. Tanpa daya. Dengan sisa-sisa tenaga, kumencoba berdamai dengan lelah. Hingga, kurasakan ranjang serba putih yang kutempati seperti bergerak, entah kemana, aku tak tahu. Samar kulihat wajah Ina dan Delima, lalu beberapa orang berpakaian serba putih tengah mendorongku, berikut ranjangku ketempat yang aku tak tahu. Mungkin bangsal penyakit dalam, seperti yang dibilang Ina.
* * * * *
Suasana hening ditingkahi siulan jangkrik. Seperti tak mau kalah, beberapa ekor nyamuk pun ikut bernyanyi, berdengung, dan berhasil membangunkanku dari tidur panjang yang sama sekali tak indah. Perasaan tak enak dan seperti ingin muntah kembali menyergapku. Perutku sangat lapar, tapi, nafsu makanku seperti menguap begitu saja.
Kusapu seluruh ruangan dengan pandanganku yang berkunang-kunang dan buram. Di pinggir ranjangku, Ina terlelap dengan posisi duduk dan kepalanya tertelungkup persis disisi badan kerempengku yang tergeletak pasrah. Dengkuran berirama tak beraturan seperti menciptakan melodi tersendiri yang membuat hatiku teriris pilu. Ah Ina, pasti kamu sangat kecape’an.
”Ya Allah.... kumohon, sembuhkanlah orang-orang yang sakit di rumah sakit ini semuanya!” Teriakkan itu tiba-tiba menyentakkanku. Beberapa orang menggeliat, merasa tidurnya terganggu. Tapi kemudian, mereka terlelap lagi.
”Ya Allah! Kumohooo...n!” Teriaknya lagi. Suara itu kini lebih keras. Persis disebelah kanan ranjangku. Seorang wanita muda terilah terisak-isak disana. Tangannya tengadah. Seperti berdo’a. Aku dibuatnya merinding.
”Sudahlah Wati, sudahlah....” seorang wanita setengah baya menghampirinya dengan wajah sangat mengantuk. Wanita itu mengelus bahu sang gadis penuh kasih sayang.
”Tidak Tante. Aku pengin berdo’a.”
”Iya, tapi kamu harus istirahat, sayang.”
”aku pengin berdo’a Tante. Lihat..., Allah pasti akan mengabulkan do’aku!” tiba-tiba dari bibirnya yang ranum menyeringai tawa.
*******
Ada sepuluh orang pengisi bangsal penyakit dalam ini. Di pojok sana, namanya Buk Sani, katanya terkena lever. Kalo’ yang dipojok sebelah kanan, namanya Dini, mahasiswa.


(be continued)
Read More

Gundah di Hati Tiara

GUNDAH DI HATI TIARA

Suntuk!!
Kuhempaskaan buku-buku yang dari tadi memang sudah berantakan diatas meja belajarku. Aku gak tau mesti ngapa-ngapain. Ugh,… udah tiga jam kubahas soal-soal ini, gak satupun dibenakku muncul penyelesaiannya.

Akhirnya, kurebahkan tubuh jangkung ku di atas difan bersprey biru tua di kamar kos2an ukuran 3 x 4 meter ini. Pandangan ku menerawang ke langit-langit kamar. Teringat papa mama yang menitip harapan ketika kaki ini melangkah meninggalkan kampung halaman tercinta demi sebuah cita-cita. Ingatanku kembali melayang pada per cakapan beberapa teman-teman selokalku yang sempat kucuri dengar ketika berada di mushalla kampus.

“ berapa IP lo Ran?”” 3,7”
“wow,,, kereen!!”
“lo brapa?”
“Cuma 3,2”
“kalo’ lo?”
“ aku sih,,, Cuma 2,9”
“lumayan lah”

Hatiku terasa miris. “ ah, mereka gak bersyukur banget sih,, tuh nilai udah tinggi, tauk” hati ku jadi gusar sendiri. Sekaligus iri melihat nilai2 mereka yang bisa dibilang tak mengecewakan.

Jika sudah begini, aku jadi selalu ingin menyalahkan diriku sendiri. Kenapa aku begitu rendah diri dan minder? Kenapa aku begitu tertutup? Kenapa aku tgak bisa interaksi dengan lingkunganku layaknya teman-temanku yang lain? Kenapa, kawanku itu itu hanya mau ngomong denganku seperlunya saja? Kenapa…kenapa…kenapa???

Tiba-tiba aku merasa jadi manusia paling malang didunia. Aku merasa semakin terpuruk. Apalagi semenjak KHS semester ganjil kemaren keluar. Aku merasa aku benar2 tak punya potensi apa2. aku merasa hanya sebagai sampah yg memang gak ada gunanya di dunia. Transkrip nilai yg tak sedap di pandang. Organisasi?? Apalagi!!! Punya teman aja gak, apalagi organisasi.

Ugh… beeteeeeee…..!!!!!

* * *

Dengan sisa hati yang gundah, kuseret langkah menuju kampus pagi ini. Aku sebenarnya sangat tak berselera untuk ke kampus. Tapi, apa hendak dikata? Lagi-lagi aku tercenung di pojok mushalla kampus. Pikiran ku melayang2 entah kemana. Masih terngiang di telinga ku pertanyaan retoris Pembimbing Akademisku “ Nak, kamu ngapain aja selama ini? Kok nilainya seperti ini?”
Aku? Yah… hanya bisa gigit bibir menanggapinya di waktu itu. Dan hampir terbelalak ku tatap KHS di tangan sang PA. nilaiku tak lepas dari range C dan D. paling tinggi Cuma Bahasa Indonesiaa. Itu pun Cuma B minus. Deu… nasakom(nilai satu koma) banget!!!!

Fiuffff…
Ku hembuskan nafas kuat2.melepas gundah yang menyapa jiwa, yang mendera hati. Apa yang salah dari ku???

Bosan dengan itu, kuedarkan pandangan ke seantaro mushalla yang mungil ini. Ku mencari satu sosok yang selalu tersenyum hangat kepadaku. Biasanya dia selalu ada disini jam2 segini bersama Al-Qur’an mininya. Suara merdunya yang membuat aku ter haru, meski hanya diam-diam aku nguping dia yang lagi tilawah. Atau hanya untuk sekedar melihat wajah teduhnya, aku betah berlama2 disini. Maklum, sepertia biasa, aku seolah2 layaknya pengamat sejati yg hanya bisa memonitor dari belakang. Aku tak punya satu orang teman pun tempat berbagi. Sifat pendiam ku yang tlaah mengekang smua itu.

Kembali ku mencaricari dengan sudut mata ku. Aha,, itu dia! Lagi-lagi sedang tilawah. Hmmm… apa sih yang kurang dari dia? Wajahnya sedap dipandang. Hatinya santun. Dia selalu ingain bersahabat dengan siapa saja. Termasuk aku yang hanya seperti ini. IP? Jangan di Tanya! Wisuda kemaren, dia lulus dengan pujian dan menjadi lulusan terbaik fakultas. Cumlaude!!! Lalu apa lagi yang kurang darinya???

“Ada pa dek? Kok kayaknya suntuk banget?” tiba-tiba sosok itu sudah ada disamping ku. Membuyarkan semua lamunanku.
“Eh,..kakak! ah, gak pa-pa. gak papa kok kak” aku tergugup
“ Benar?”
“ Hmmm…gimana yah?”
“Tuh kan!? Hayo… gak boleh boong! Lagi ada masalah kan?”
Ragu kutatap sosok itu. Cerita gak yah????
“ayo lah! Cerita aja!” waaajah itu masih tetap ramah dengan senyum yang hangat. Binar di mata beningnya itu, ah…terlalu bersahabat sekali.
“Hm… kak, tiara minder!
“minder kenapa tiara?”
“ itu,…nilai ku kak,,, ancur smua. Aku memang orang yang tak bisa diharapkan, kak!” gumamku putus asa.
“sttt…gak boleh ngomong kayak gitu!”
“tapi ini bener, kak!”
“tiara sayang,,, tau gak?” kakak itu menaruh kedua tanganya di bahuku. Aku mendongak sedikit pebnasaran.
“apa kak?”
“kakak liat potensi bagus pada diri kamu” katanya datar, tak terlihat berbohong.
“benar kak? Untuk pertama kalinya aku merasa berharga.
“he em” kakak itu mengangguk mantap.
“tapi kak… kakak gak tau gimana tiara”
“emang tiara kenapa?”
“itu, yang tadi tiara bilang. Kakak kan gak tau gimana tiara. Nilai tiara. Gimana tiara dengan teman2. ah, tiara emang gak berguna!” air mata ku yang dari tadi masih berbendung di pelupuk mata, akhirnya jebol juga, membentuk dua anak sungai.
“sttt,,, tiara gak boleh ngomong kayak gitu.” Kali ini kakak itu meraih tanganku dan menggenggamnya erat “kakak mau cerita sesuatu. Tapi, kamu harus janji , klo setelah kakak cerita nantinya, kamu harus bersemangat. Key???”
ragu-ragu kuanggukkan kepalaku.

“tiara tau, gimana kakak 4 tahun yang lalu?” aku menggeleng.
“empat tahun yang lalu kakak bukan seperti kakak yang sekarang. Kakak mungkin lebih buruk dari yang kamu kira. Kakak punya rasa minder yang tinggi dan sulit berinteraksi. Gak hanya itu,kakak juga males2an kuliahnya. Kuliah bolos terus. Titip absenlah. Pura2 sakitlah. Ujian nyonteklah. Nah, pas UAS fisika, kakak benar2 gak siap waktu itu. Kakak mutusin utk membuat catatan kecil yang panjang n bisa dilipat2. pas waktu ujian kakak nyoba nyontek rumus dari situ. Tapi…ketahuan! Kakak langsung di usir ke luar ruangan dan lembaran jawaban kakak disobek. Dan otomatis nilai kakak langsung E! gak hanya itu, catatan kecil itu dipajang di jurusan n foto kakak juga dipajang beserta surat permohonan maaf! Bayangkan, betapa memalukannya!” aku terbelalak mendengar uraian kakak itu. Gak nyangkaaa….

“ kalo tiara dihadapkan diposisi yg sama n andai tiara menjadi kakak di waktu itu, apa yang akan tia lakukan?”
“tiara akan cabut aja kak. Tiara pasti gak bakal pernah menginjakkan kaki di kampus lagi. Atau… bunuh diri aja sekalian!!” kujawab spontan

“kakak juga berpikiran sama dengan kamu waktu itu. Hanya saja itu semua gak kakak lakuin. Kakak dengan muka badak tetap aja datang ke kampus, meski tatapan aneh semua orang selalu menguntit kakak. Kakak merasa dikucilkan dari pergaulan. Pokoknya, smua orang rasanya menilai negative aja terhadap kakak.”

“ kakak benar2 putus asa. Gak tau mesti ngapa2in. mau pulang, takuuut banget. Rasanya almarhum ayah marah banget sama kakak. Kakak takut sekali telah mengecewakan ibu yang udah berharap banyak sama kakak! Hingga beberapa minggu kemudian, PA kakak manggil ke ruangannya. Dari sana lah awal segalanya. Bapak itu, adalah bapak terbaik yg pernah kakak kenal. Jarang2 dosen mau berbaik hati macam beliau. Kakak dikasih nasehat,

“ saya melihat potensi besar pada diri kamu. Khususnya mata kuliah yg saya ajar (waktu itu, kakak emang jago untuk kimia tapi, yang lain benar2 ancur) Tapi sangat disayangkan kamu berbuat demikian. Saaya yakin kamu sedang khilaf. Ya bukan?” pertanyaan bapak itu membuat kakak sedikit bersemangat. Kakak bukannya khilaf, tapi sengaja malah!!

Pesan bapak itu yang paling berkesan sekali adalah
“ nak, satu yang harus diingat, setiap manusia itu telah diberikan Allah potensi. Potensi itu sangat luar biasa sekali. Tapi, amat jarang manusia bersyukur. Kenapa sangat jarang manusia yg bersyukur? Karena sedikit yang mau menghargai potensi itu. Kita semua mungkin sangat tau betaapa luar biasanya potensi itu.

Nak, pikiran kamu itu kini terbelenggu. Kamu selalu merasa gak bisa bukan?? Itu pembelenggu utama yg membuat kamu seperti ini. Bukankah manusia itu seperti apa yang dipikirkannya terhadap dirinya sendiri? Manusia akan membentuk paradigma dalam hidup sesuai dengan apa yang menjadi pola pikirnya. Dan, pola pikir itu yang membuat kamu seperti itu!!

Nak, bumi Allah ini luas. Ayat2 Allah yang bertebaran di muka bumi ini belum terlalu cukup untuk dipelajari. Bukankah Allah telah memberikan penuntunnya di dalam AlQur’an yang kariim? Kitab yang terjaga kemurniannya. Dan kitab itu akan terus dibuktikan2 dan dibuktikan lewat pembuktian ilmiah. Allah sendiri sudah bilang, kalo kelak kebenaran Al Qur’an itu sedikit demi sedikit akan tersibak.

Nak, kita adalah generasi penerus perjuangan itu. Dan kita berkecimpung di dalam dunia yang dekat dengan pembuktian ayat2 Allah bukan?? Lalu, kenapa kita tidak ikut pula menjadi salah satu prajurit-Nya lewat bidang yang kita geluti?

Nak, muraqabatullah! Itulah kuncinya yang belum dimiliki oleh kebanyakan mahasiswa. Rasa bahwasannya kita selalu di awasi oleh Allah. Kalu hanya untuk menjadi sarjana, cara apapun bisa dilakukan. Tapi, setelah itu? Apa kita akan terus-terusan jadi sarjana yang tak tau apa-apa? Nak, di lain pihak, Allah maha tau apa yang kita perbuat. Kita mencontek, mungkin dosen pengawas terkibuli. Tapi, Allah? Apa kita bisa bersembunyi dari Allah? Dan yang lebih ruginya, kita telah mengibuli diri kita sendiri!

Nak, bapak yakin, kamu adalah salah satu dari orang yang akan memngkitkan islam lewat ilmu yang kamu geluti. Bapak sangat yakin sekali itu”

Kakak tercenung mendengar nasehat bapak itu. Ada gemuruh di hati kakak yang membuat kakak terasa ingin bangkit! Tapi, lagi2 kakak merasa tak berguna, mengingat kejadian itu. “ tapi pak, apa semua yang telah saya lakukan ini bisa mengantarkan saya kesana? Bagaimana saya bisa mengembalikan kepercayaan semua orang??? Saya tak yakin dengan itu pak”

“saya berani menjamin!”
“bba..ba..gai mana cc..caranya pak?”
“saya berani menjamin, asalkan kamu mau berjanji pada Allah untuk lebih baik dan memberikan kontribusi bagi tegaknya islam. Asalkan kamu mau merubah paradigma dan cara berpikir kamu bahwasannya kamu memang bisa!!! Kamu sanggup???”
“sanggup pak! Insya Allah saya kan wujudkan itu” kakak teriakkan takbir seraya bergemuruh sebuah spirit baru dalam hati bahwasannya kakak harus berubah. Harus!!!!!!

Ada rasa yang bergemuruh di hati ku. Yah, spirit yang ditularkan sosok di hadapan ku ini. “Allahu akbar! Allahu akbar!!!” gemuruh takbir memecah ruang sunyi di hatiku.

“ kamu mau pula berjanji, kan tiara???”


padang, 23 rabi’ul awwal 1427 H
by, TYF ( thelvi yulea faris)
Read More

KESETIMBANGAN REAKSI ITU TERJADI PADA HATI KITA

”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi penghidupan kepadamu, dan sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (Qs. Al Anfaal [8] : 24)

A + B (reaktan)---> C (product)


Saudaraku, barangkali telah akrab ditelinga kita tentang adanya reaksi kimia dan kesetimbangan reaksi kimia tersebut. Yah, suatu reaktan yang bereaksi akan menghasilkan produk, dan kerap kali untuk mencapai suatu reaksi harus melewati suatu energi aktivasi.

Suatu reaksi yang bersifat refersibel (bolak balik) akan sangat gampang dipengaruhi oleh gaya luar. Pengaruh itu meliputi konsentrasi, suhu, volume, dan tekanan. Saudaraku, ketika salah satunya ditingkatkan, maka akan terjadi pergeseran reaksi hingga kembali dicapai titik setimbang. Jika konsentrasi reaktan ditingkatkan, maka reaksi akan bergeser kearah produk, sehingga tercipta kembali kondisi yang setimbang. Begitu pula halnya jika suhu, tekanan, dan volume ditingkatkan. Masing-masingnya akan mempengaruhi kesetimbangan rekasi kimia.

Saudaraku, demikian pula halnya dengan hati kita. Hati dalam bahasa arab disebut qalb. Secara etimologi, qalb artinya bolak-balik. Artinya, hati adalah sesuatu yang tidak konsisten, sangat gampang diberi pengaruh.

Hati berfungsi untuk memahami ayat-ayat Allah yang terhampar dipermukaan semseta dan termaktub dalam mu’jizat terbesar Rasululla SAW. Yah, karena hati itu sifatnya sensitif, maka seyogyanya dengan hati itu sendiri manusia dapat memahami ayat-ayat-Nya. Dan hati akan selalu diikuti oleh pendengaran, dan penglihatan.

”maka, apakah mereka tidak berjalan dimuka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Qs. Al Hajj[22] : 46)

Apapun pengaruh yang diberikan kepada hati, maka ia pasti akan mempengaruhi hati itu. Dari ayat diatas sudah sangat jelas, bahwa yang buta itu ternyata bukan mata sebagai indra, tapi adalah mata hati manusia itu sendiri.

Jika hati senantiasa terpapar zat toksik bernama dosa, maka hati itu akan teroksidasi sehingga yang tersisa adalah karat-karat hitam yang menutupi hati itu sendiri. Secara alami, sesuai dengan sunnatullahnya, segala sesuatu yang teroksidasi pasti meninggalkan karat. Pun demikian halnya dengan hati. Karat itu menutupi mata hati, dan mengalangi masuknya cahaya ilahi. Hingga sensitifitas hati itu menjadi berkurang dan tak lagi bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Tak ada lagi bashirah imaniyah.
”Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (Qs. Al Baqarah [2] : 7)

Sebaliknya, ketika hati itu diberi pengaruh baik, seperti berkumpul dengan orang-orang shaleh, mentadabburi ayat-ayat Allah, dan amalan-amalan lain yang meningkatkan afinitas ruhiyah, maka kesetimbangannnya bergeser ke arah kebaikan.

Sungguh berkumpul dengan orang-orang yang memiliki ruhiyah bagus itu sedikit banyaknya akan mempengaruhi ruh yang lainnya. Sebab, suatu hati atau ruh itu benar-benar sangat sensitif dan akan mengalami kesetimbangan terus-menerus. Jika diisi maksiat, maka titik hitam bernoda itu akan memberikan kesetimbangan dan sedikit lebih bergeser ke arah kemaksiatan. Dia akan menimbulkan kekeruhan yang membuat hati kelam secara perlahan. Begitupun sebaliknya. Jika dibarengi dengan sesuatu yang meningkatkan afinitas ruhi meskipun hanya bertemu dengan orang-orang yang memiliki energi ruhi yang bagus saja telah memberikan kesetimbangan ke arah kebaikan, apalagi dibarengi dengan saling menyemangati, saling mengingatkan.

Saudaraku, sungguh hati itu benda yang amat-amat sensitif. Tapi, tak sedikit juga yang tak lagi mengacuhkan sensitifitas hati tersebut. Bersyukurlah ketika kita masih dikaruniakan-Nya sensitifitas hati tersebut. Sensitifitas yang gampang mengalami kesetimbangan, sehingga sedikit saja ada noda, akan langsung mengirimkan signal kepada kita, bahwa telah terjadi pergeseran rekasi ke arah keburukan. Sensitifitas hati akan menjadi reminder dikala kita lupa. Sungguh, sebuah rasa bersalah, sebuah rasa tak enak ketika kita melakukan suatu keburukan itu akan menjadi pengingat bagi kita. Jangan pernah abaikan bisikan-bisikan hati ini, sebab, jika kita mengabaikannya, bisa jadi syetan mengambil celah untuk membuat kita terlena sehingga tak lagi mengacuhkan panggilan-panggilan hati tersebut. Sehingga kita menjadi kebal dengan panggilan-[anggilan hati ini. Kita tetap saja berbuat dosa meskipun hati telah mengingatkan, maka justru ini semua yang membuat hati itu menjadi kelam. Sudah menjadi sunnatullahnya, segala sesuatu akan melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Pun begitu halnya dengan hati. Jika ia terus-menerus diabaikan, diapun akan berorientasi sehingga kita tak lagi peka terhadap peringatan-peringatan dari hati kita. Dan, inilah hati orang-orang yang tertutup, hati yang tidak lagi sensitif dengan maksiat. Ia telah beradaptasi dengan maksiat sehingga apapun kebaikan takkan sanggup menembusnya.


Sungguh, sensitifitas hati itu akan menurunkan Energi aktivasi. Energi aktivasi adalah besarnya energi agar suatu reaksi dapat berjalan sempurna. Lihatlah, ketika sensitifitas hati itu tak ada, maka puncak Ea (energi aktivasi) lebih besar sehingga reaksi sulit berjalan, sehingga tak ada lagi reminder kepada diri kita untuk segera menghentikannya. Berbeda dengan orang yang memiliki sensitifitas hati, dengan Ea yang kecil, dia sudah dapat bereaksi menjadi reminder bagi diri kita.
Saudaraku, sungguh antara kita dan hati kita sendiri ada hijab. Bukankah Allah telah membatasi antara manusia dengan hatinya? Maka, semoga hati kita adalah hati yang senantiasa diarahkannya kepada kebaikan. Semoga kita termasuk orang-orang yang masih sensitif hatinya terhadap kemaksiatan sehingga ketika sedikit saja terkontaminasi, telah memberi ”alert” terhadap diri kita. Semoga hati kita bukanlah hati yang tidak lagi peka, dan sudah beradaptasi dengan maksiat sehingga karatnya semakin menutupi dan menghalangi cahaya masuk ke hati. Na’udzubillah...

Yaa muqallibal quluub, tsabit qalbii ’alaa diinik wa tho’aatik. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ini atas agama-Mu dan atas ketaatan kepada-Mu.”
Read More

puisi

Tak Bernama (1)[1]

Kubertanya pada asa,
masih adakah cercah harap yang tersisa
Kubertanya pada kisi,
masihkah ada berkas pelita dalam gulita

Ada maya,
ada penumbra
Aku di antara keduanya
Pada sesuatu yang tak bernama


Tak Bernama (2)

Andai bisa menguap, ingin aku membersamai asap
Jika mampu menyublim, sungguh pintaku bersama embun
Ah, kalau saja aku bisa menghilang,
kumau dunia tak lagi memelukku

Biarkan aku menjadi maya,
biarkan aku menjadi penumbra,
biarkan aku berlalu dengan sejumput remah puing hati
Keping mozaik itu takkan terbangun,
takkan pernah!

Sebab aku, pada sesuatu yang tak bernama

Wisma Syakuro, Muharram 1430 H
[1] My First Poem setelah 6 tahun lalu
Read More

In Reduction Of My Age

>>Dalam Rangka berkurangnya jatah hidupku di zona dua dua<<




Insya Allah, dua minggu lagi, aku memasuki zona dua-dua. Sebuah zona di mana usia demikian bukan lagi zona masa remaja yang di masa itu dapat tumbuh berbagai macam bentuk warna hidup >>sebagian orang menyebutnya : mencari jati diri<< tapi, sebuah pengokohan langkah untuk berpijak. Mungkin, ini pula masanya bagiku untuk mengokohkan landasan berpijak itu. Agar tak gamang menapaki masa depan yang panjang. Sungguh-sungguh sangat panjang. Masa di mana semuanya harus dipertanggungjawabkan. Segala sesuatu memiliki nilai kuantitas dan terukur. Tak ada satu per sejuta detik pun yang luput dari pengawasan. Dan bukankah dibutuhkan perbekalan yang cukup untuk menjejaki langkah panjang itu?


Mungkin ini pula masanya bagiku untuk merapihkan folder hidupku yang sempat berantakan. Pada fase ‘masa degradasi’-ku. Pada ketidakberaturan planning dan masterplan perjalanan ini. Pada grandesign yang hanya tinggal catatan di atas kertas, sementara aku pula yang menjadi paling pertama ‘melanggarnya’.


Pasca diskusi dengan akhwat (yang kucintai karena Allah, semuanya!) ada banyak inspirasi yang kuperoleh. Sungguh beruntung rasanya ketika Allah anugrahkan aku sahabat-sahabat, yang mengingatkanku ketika lalai, menguatkanku ketika lemah, mengokohkanku ketika goyah dan menopangku ketika nyaris berguling jatuh. >>mungkin, itu pula hikmah dan berkahnya berkumpul dengan pribadi-pribadi luar biasa seperti mereka, di wismaku tercinta. Dan sungguh, nikmat ukhuwah itu tidak terbeli dengan apapun. Bukankah ukhuwah itu pula yang menggentarkan kaum kafir?<<


Ada banyak hal yang ingin menjadi catatan penting dalam hidupku. Pertama, barangkali yang harus ku-delete itu adalah folder lama yang berantakkan. Yang mengotori hatiku. Kalau boleh aku membahasakannya, sesuatu yang telah merusak lebih dari separuh hatiku. Yah,… merusak dan menggerogoti hingga jauh ke dalamnya. Hingga pada jaringannya bahkan pada sel-selnya. Ada banyak sel-sel ruh di hatiku yang tiba-tiba menjadi mati karena kurangnya asupan oksigen ruh dan betapa amat sangat sering terpapar zat toksik >>dengan banyaknya interaksi tak penting dan hal-hal laghwu lainnya<<. Baiklah, aku ingin men-delete semua folder itu berikut semua konten yang ada di dalamnya. Biarkanlah ia menjadi sebingkai masa lalu. Biarlah tersimpan pada pigura dan tetap menjadi milik masa lalu. Terlalu picik rasanya tetap berkutat dengan masa lalu, sementara ada perjalanan panjang lagi yang harus kutempuh. Dan naifnya lagi, itu semua menghabiskan banyak energy yang semestinya bisa kugunakan untuk hal-hal yang lebih mendatangkan manfaat. Jadi, barangkali adalah langkah bijak untuk membingkainya. Memperlakukannya sebagaimana layaknya masa lalu.


>>>Oh, sungguh kisah itu telah banyak menginspirasiku. Sungguh. Tak pandai aku mebahasakannya lagi. Insya Allah, masih ada orang-orang yang menjaga seperti itu, dan prosesnya pun diawali dengan sesuatu yang benar. Insya Allah, pun ketika menjalaninya akan banyak keberkahan yang akan diperoleh. Orang-orang yang menjaga dirinya untuk Allah. Alangkah naifnya, jika aku adalah salah satu dari orang-orang yang ikut menorehkan tinta kotor itu pada kemuliaan wasilah ini. Alangkah naifnya.<<<


Baiklah, dari sini, langkah ini kumulai. Insya Allah, belum terlambat untuk memulai semuanya kembali. Melakukan refresh terhadap ‘kekacauan-kekacauan’ yang terjadi.


Lalu, setelah semua folder itu rapih dan terbebas dari infeksi virus ganas yang sangat sering me-restart ruh, langkah selanjutnya adalah membuat folder-folder perencanaan baru. Folder-folder akan menjadi titik tolak perjalanan ini. Allahu akbar!!!


Aku percaya, setiap orang berhak untuk menjadi pribadi LUAR BIASA! Insya Allah, tak ada pengecualian untuk ini semua. Setiap orang sama-sama punya jatah 24 jam. Sama. Namun, kenapa dalam jangka (t) yang sama, out put yang dihasilkan varitatif? Berbeda dengan angka yang sangat signifikan. Mengapa? Bukankah potensi dan energy awal (Eo) yang dimiliki setiap orang juga sama. Lalu, di mana letaknya simpangan baku yang begitu besar itu? Pada usaha (W) kah?


Aku tak ingin berspekulasi dengan rumusan fisika saat ini >>meski pun sebenarnya menurutku, segala peristiwa di alam ini yang dirumuskan dalam sebuah persamaan matematis itu, juga merupakan sebuah penyederhanaan konsep hidup<<. Apapun itu, yang jelas setiap orang siapapun dia, apapun latar belakang kehidupannya, apapun sukunya, agamanya, rasnya, gendernya, berpotensi untuk menjadi ORANG BESAR. Orang-orang yang tercatat pada sejarah peradaban. >>ijinkan aku membahasakannya sebagai salah satu amal jariyah; ‘ilmu yang bermanfaat, yang mengalir pahalanya sepanjang masa<<. Sungguh banyak orang yang hidup dengan teramat apa adanya, lalu kemudian ia mati. Yah, hidupnya hanya sampai di sana saja. Tak ada sesuatu yang ia tinggalkan. Dan, ia kemudian lenyap ditelan sejarah. Berbeda dengan orang-orang yang telah mengukir dan telah menorehkan pahatan di sejatinya masa. Tak pernah lekang, meski ia telah menjadi belulang di dalam perut bumi. Tetap saja ia menjadi orang yang dikenang.


Aku teramat sangat yakin, setelah masa ini berlalu, --saat di mana ummat besar ini bagaikan buih di tepi lautan, yang banyak tapi tak memiliki sedikitpun kekuatan-- akan datang suatu masa yang besar. Yah, aku percaya KEBANGKITAN UMMAT ISLAM ITU PASTI AKAN DATANG! Insya Allah. Lalu, apakah aku akan menjadi penonton saja atau ikut mengambil peran di sana? Apakah aku akan menjadi pelaku atau orang yang ‘diperlakukan’? Tidak! Siapa pun pasti ingin berkontribusi untuk kemenangan itu. Siapa pun pasti ingin menjadi actor! Aku pun, sangat ingin. Aku pun sangat rindu, pada masa di mana semua orang dengan bangga berkata; “Saksikanlah bahwa aku adalah seoang muslim!”. Pada masa di mana semua orang tak lagi malu dan minder dengan identitas kemuslimannya. Pada masa di mana yang berlaku adalah hukum-hukum Allah. Pada masa di mana kesejahteraan itu telah mencapai titik eustatik. Yah, pada titik stabil.


Maka, mulai saat ini, kupancangkan tekad, bahwa titik dua-dua adalah titik tolak awal perubahan ini sebagai batu loncatan menuju kebangkitan itu. Bahwasannya, perubahan itu semestinya dimulai dari diri pribadi terlebih dahulu. Yah, setiap pribadi. Bukan satu dua saja. Aku percaya, bahwa insya Allah, jika optimis, semua itu akan terwujud. Kalau pun pada akhirnya bukan aku yang akan menjadi penikmat masa itu, setidaknya ada tindakan kecil yang telah kulakukan.


Perkataan seorang ustadz di sebuah pertemuan (yang diredhai Allah, insya Allah) telah menjadi inspirasi bagiku. Panjang pendeknya nafas perjalananmu, tergantung sejauh mana cita-citamu. Yak, benar. Jika aku hanya bercita-cita untuk perjalanan satu amstrong, maka daya upaya, perbekalan, dan persiapan yang kulakukan tentulah hanya untuk satu amstong saja. Akan sangat berbeda, jika cita-cita perjalananku adalah satu mil. Apalagi cita-cita perjalanan itu lebih panjang. Sesuatu yang tidak bisa ditara lagi dengan ukuran-ukuran matematis dunia. Bukan, bukan maya. Ia adalah perjalanan yang nyata. Tapi, satuannya saja yang tak ada. Sebab, ia tak lagi bisa ditakar dengan meteran dunia. Sehebat apapun kurva kalibrasinya, tetap saja tidak akan ada data yang bisa diektrapolasi untuk satuan masa itu.


Baiklah, in reduction of my age, aku ingin menapaki langkah baru, insya Allah. Dan, tiadalah kekuatan itu melainkan milik-Nya. Faazzamta fataqqal ilallah…


Allahu’alam bishowab


Read More