Kamu Pembantu Yaa?

Suatu ketika aku sedang berada di Riyalin bersama suami. Pas lagi di dekat counter sofa lesehan kalo ga salah, kita berdua lagi asyik membicarakan seusuatu yang kita amati bersama. Kebetulan, niqab aku lagi aku buka. Deuuhh nyesel jadinya. Nah, tiba-tiba, ada seorang wanita berniqab (sepertinya penduduk lokal Saudi) mendekati kami, lalu dia berbicara panjang lebar entah apa yang dibicarakannya. Mana gue ngerti!! Hehe... Itu bahasa Arab amiyah yang bukan baku deh.

Trus tiba-tiba suamiku bilang, "Zaujatiy." Selepas suamiku bilang begitu, dia segera berlalu tanpa sepatah kata pun.

Aku tanya suami, tadi si ibu bilang apa? *penasaran*
Suamiku jawab, "sepertinya dia lagi cari pembantu, TKW asal Indonesia gitu."
"Whaat??" Aku kaget. Hehe...

Read More

Shopping Pattern

"Come on. Cashier will be closed soon." Kata petugas di salah satu hipermarket tempat kami berbelanja bulanan tadi siang, mengingatkan. Spontan liat jam. Jam menunjukkan sekitaran 10.30 am. Segeralah aku dan suami memburu kasir. Jika tidak, maka waktu 1 jam lebih yang kami habiskan di hypermart menjadi sia-sia belaka. Mengapa demikian? Ini adalah hal yang menarik bagiku. In syaa Allah nanti kita cerita yaaa...

Ngomong-ngomong, setidaknya ada dua hal yang menarik untuk aku cermati mengenai dunia perbelanjaan di sini. Ini soal kultur masyarakat di mana hal yang pertama sangat positif dan hal kedua bisa positif dan bisa juga negatif, tergantung individualnya. Hehehe...

Hal menarik dan hal sangat positif pertama yaitu seperti aku uraikan di paragraf pembuka. Ketika jam sholat apalagi sholat jum'at, pusat-pusat perbelanjaan akan segera tutup (ini sudah kuceritakan juga sebelumnya). Tapinya, pas hari Jum'at (hari libur week end di Saudi), kadang-kadang kebanyakan toko atau pusat perbelanjaan tutup sebelum jum'atan. Atau, setidaknya, jam 10.30 itu udah batas akhir (kecualitempat-tempat tertentu, tapi umumnya begitu), padahal waktu dzuhur jam 12-an lewat. Tapi sesungguhnya ini tidaklah masalah. Ma fii musykila. Justru adalah sebuah kebiasaan yang bagus, ketika jam shalat, semua cecowokan pada solat di Masjid. Masjid yang selalu ramai. Ahh, rindu suasana seperti ini hadir di Indonesia tercinta
[Hehe, perasaaan, ini udah aku tulisin juga yaa sebelumnya. Ini saking excited nya aku. Sampai sekarang tetap excited dengan habbit yang bagus ini. Sampai-sampai di Blog pun ditulis berulang kali. Semoga ga bosan yaa...:) ]

Hal menarik kedua adalah tentang kultur kehidupan di Saudi mengharuskan para suami ikut menemani istri belanja. Jika di Indonesia, ngacir ke pasar tradisional atau hypermarket terdekat adalah hal yang mudah dan lumrah untuk dilakukan. Lain halnya dengan di sini. Kenapa ada hal positif negatifnya. Hal positifnya adalah alokasi waktu untuk berada di pusat perbelanjaan jadi sebentar dan pengeluaran tidak membengkak karena tidak membeli barang-barang yang di luar list yang sudah ditetapkan. Hal negatifnya adalah bagi sebagian wanita, ini akan menimbulkan semacam shopping stress. Ehh istilahnya aneh yaa? Hehe... Kenapa demikian? Yuuk simaaak, bagi yang masi penasaran :P

Pada banyak kejadian, para istri-istri sering mengeluh, "Deuuh koq suamiku ga mau yaa berlama-lama diajakin belanja. Padahal aku masih mau milih-milih lagi." atau, "Duh, ga konsen nih belanjaa, ditanyain mulu 'udah belum'. Kayak dikejar-kejar waktu." Dan banyak curhatan lainnya yang semacam shopping stress (istilah ini nda patent loh yaa). Setidaknya, hampir 90 % wanita mengeluhkan hal ini. Keluhan ini semakin kentara ketika di Saudi di mana suami harus menemani istri. Jadi suami "terpaksa" harus ikut muter-muter nemenin istrinya. Heuu... Hal itu tentu juga menimbulkan "shopping stress" bagi si suami yang terbiasa simple.

Dulu aku suka heran, kenapa ayahku selalu berpesan ketika mengantarkan ibuku berbelanja di Pasar. Pesan ayah, "jangan lama-lama yaa..."
Nah, sekarang pas dianter suami berbelanja, suamiku juga bilang, "jangan lama-lama yaa..."
Gubrak!

Suatu ketika, suamiku ngakak liat layar HP, lalu tiba-tiba menyodorkannya kepadaku. "Lihat ini nih." Kata suamiku sambil ketawa. Ini nih gambar yang diliatin suamiku ke aku.
Shopping pattern; gambar yang bikin suamiku ngakak.
Picture by STORE92
Hahahaa....
Ternyata gituuu yaa shopping pattern antara laki-laki dan wanita. Hampir 95 % kali yaa wanita seperti itu dan laki-laki seperti itu. Hampir semua teman-temanku mengaminkan gambar di atas, sambil angguk-angguk dan bergumam; "Gue bangeet"!! Hihihi. Awalnya liat barang A bagus, trus telusuri lagi dan lagi, berharap ada barang B, C, D dan seterusnya... yang lebih bagus. Eh, ternyata pilihan jatuh kepada yang pertama si barang A yang memang paling bagus. Pas mau balik ke tempat barang A, jalannya panjaaaang buangeeett, mampir di sana sini dulu, liat ini itu duluuu...Hahaha :D
Kadang pun,udah bikin list A, B, C, D eeh malah pulang bawa barang U,V, W, X, Y, Z... ahahaha :D. Wanita... wanitaa...
Kalo para pria, cendrung lebih simple dan easy, tidak suka berbelanja jauh-jauh cukup yang terdekat saja, ambil yang penting yang memang sudah diniatkan, 15 menit kholas! Hee... :D

Yaa, kesimpulannya, setidaknya kita masih termasuk "wanita normal" yang pattern berbelanjanya seperti itu :P :P :P
*ini bukan pembenaran loh yaaa... ahahaha :))
Read More

Ikan Tepung Crispy

Ceritanya pas sohib sayah... neng Rahma Ummu Fatih nge-share tentang shortening, sayah kalap ketika berada di Hypermart Panda, kepengen beli juga meskipun maksud dan tujuan penggunaannya belumlah sayah rencanakan... -_-"

Adeuuhh karena buru-buru pulang abis ngedate ama Suami di DQ (Dairy Queen) sayah lupa lihat expiredate si shortening. Eh ternyata tinggal sebulan lagi. Adeuuhh harus segera digunakan dong yaah, sementara aku ga tau kegunaannya selain untuk pastry dan bikin secangkir coklat panas yang ditetesi shortening oil sehingga rasanya sungguh nikmat. Tapi, musim dingin sudah berlalu. Secangkir coklat panas, sungguh lebih nikmat di suasana musim dingin. Sedangkan pastry, aku belum niat bikin dalam waktu dekat. Hiks...

Akhirnya aku putuskan untuk googling adjah, apa sih kegunaan si shortening. Ohh ternyata, untuk bikin goreng yang crispy emang lebih nyummy kalo pake shortening oil. Akhirnya aku putusnya untuk bikin ayam crispy, lalu ikan tepung crispy. Hasilnya, alhamdulillaah tidak mengecewakan dan jauh lebih bagus (di segi penampakan hehe) di banding menggunakan minyak biasa. Alhamdulillaah... Yang penting ga mubadzir ajah yaa... :)

Ikan Crispy ala aku :
ikan fillet
garam
ketumbar
merica
bawang putih bubuk
bawang merah putih diiris/dihaluskan
tepung terigu
shortening oil
daun jeruk
minyak ikan/saus ikan
telur 1 butir
susu cair
(takar sendiri yooo... soalnya aku ga ngukur takarannya dan ga googling resep juga. karang sendiriii... hehehe :D)

cara :
ikan fillet di potong kecil-kecil, kira-kira 2x2 cm, lalu direndam dengan air, ketumbar, bawang merah dan putih iris/uleg, daun jeruk, minyak ikan/saus ikan,garam selama 1 jam, lalu direbus sampai matang dan air mulai mengering. Lalu telur + susu dikocok hingga merata (bahan perekat). Tepung terigu + merica + bawang putih bubuk + garam diaduk jadi satu (bahan pelapis). Gulingkan ikan fillet yang sudah direbus ke bahan perekat lalu ke bahan pelapis. Lalu goreng dengan menggunakan shortening oil dengan api sedang.
Ikan tepung crispy
Read More

Syahwat Al Qalam

Seketika masa SMA dulu (kira-kira 10 tahun silam, awal tahun 2004), aku mendengarkan sebuah tausyiah singkat dari arah masjid Misbahul Ulum (Masjid SMA N 1 Padangpanjang) dari salah seorang ustadz di asrama. Aku waktu itu tidak berada di Masjid, melainkan di Asrama Putri. Tapi materi tausyiah itu sangatlah jelas terdengar olehku (asrama Putri berdekatan dengan Masjid). Nah, ceritanya tentang Syahwat Al Qalam, alias kepingin ngomooong teruuss adjaah.. :(

Materi itu kemudian membuat aku tergugu, dan menuliskannya seketika itu di Diary (diary ke-3 dari total 15 diary). Aku tersadar saat itu bahwa syahwatul qolam sangatlah berbahaya, bahkan dengan maksud bercanda sekalipun. Mungkin aku rada-rada sanguinis yang umumnya "senang ngobrol" dan kadang suka mendominasi pembicaraan dan (?) mendramatisir suasana. *Alibi*.

Nah, kadang, aku sebagai orang yang ekspressif spontaneous (maksudnya, ketika ada sesuatu yang mengagetkan, membahagiakan, menyedihkan, memilukan, dan segenap kata kerja rasa lainnya, maka aku seketika itu juga, on the spot, mengekspresikan "kata kerja rasa" apa yang sedang terlintas dalam pikiran tanpa pikir-pikir dulu). Dan terkadang, ketika asyik bercuap-cuip begitu, atau kadang saking sangat bersemangatnya terhadap sesuatu, aku tidak menyadari, mungkin ada yang terlukai perasaannya. Ya, itu sering kali tidak aku sadari. Hiks...

Entahlah... Kadang aku udah bertekad setekad-tekadnya untuk mengontrol dan tidak spontaneous, tapi sering tidak berhasil. Hiks. Mungkin aku mesti me-recall kembali catatan sepuluh tahun silam, tentang bagaimana memenej syahwat al qolam; agar perkataan yang PASTI akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah itu adalah benar-benar perkataan yang perlu, penting dan benar untuk diutarakan. Ini bukan berarti kaku dan diam. Tapi, bagaimana agar perkataan itu benar-benar yang bermanfaat dan bukan sesuatu yang--ternyata secara tak sadar--menyakiti hati orang lain. Bagaimana agar perkataan yang keluar dari mulut, benar-benar telah melewati filter yang berlapis-lapis, dipikir dengan sejernih-jernihnya pikiran agar kotoran tidak ikut membersamainya. Sebab, sekali kita menyakiti seseorang, apalagi orang-orang yang dekat dengan kita, maka seketika itu pula, kita meninggalkan bekas luka, meski pun mereka--orang-orang yang berhati mulia itu--bersedia memaafkan. Tetap saja ada bekasnya meskipun si duri yang tertancap telah tercerabut. Ini perkara yang sungguh berat bagiku. Semoga, step by step, bisa berubah ke arah yang lebih baik.

Oh iyaa, aku mohon maaf yaa untuk siapapun yang tidak sengaja tersakiti oleh perkataanku. =)
Read More

Bakso Terlezat Sedunia

"Uda, pengeeennn buangeettt bakso." Huaa aku lagi pengen2 nya makan baksoo... Kuah bakso yg slrruupphh rasanya terbayang-bayang di pelupuk mata.
"Hemmm bakso yaa? Adanya cuma di... " My luvely hubby menyebutkan sebuah nama warung Indonesia yang ada Riyadh. "Tapi di sana ga enak aromanya. Lagi pengen banget yaa?" Kata suamiku.
Aku mengangguk. "Tapi kalo ga malam ini, juga nda papa koq, Uda." Betapa rempongnya kalo mau cari bakso di sini. Ga tega ngerepotin suami yg pasti udah cape' banget seharian di kantor. Huhu... Tidak seperti di Indonesia yg ketika kepengen, langsung ajaaah ngacir ke warung bakso di sebelah, di sini makanan semacam bakso, sate, soto begitu langka adanya... huaaa...

"Ya udah, sini, Uda bikinin bakso." Kata suamiku.
"Hah?? Uda seriuusss?" Aku berseru girang.
"Iyaa... serius..."
Read More

Musim Penghujan Dua Tahun Silam

Musim penghujan dua tahun silam di Kota Depok yang penuh kenangan.

Tidaklah aku lupa, kala itu, di musim penghujan, Desember hingga Januari dua tahun silam. Sebab letak kostanku yang memang tidak terlalu strategis untuk musim penghujan--tapi sangat strategis untuk semua musim oleh karena harganya paling bersahabat --maka melewati tanah kuning yang becek (yang bahkan ojek pun ogah lewat sana oleh karena banyak kejadian ojek-ojek yang terpeleset) adalah rutinitas yang penuh kenangan, sekaligus penuh perjuangan. Aku tidak punya pilihan lain selain memilih jalan ini, atau kalau tidak aku harus membayar mahal ojek, atau membayar mahal kaki yang pegal akibat jalan yang memutar, untuk mengindari becek dan ga ada ojek yang mau lewat sana. Ini adalah satu-satunya jalan terdekat untuk menuju kampus. Apalagi itu musim ujian.

Beberapa ojek yang lewat, menawarkan dagangan kutolak mentah-mentah. Harga ojek cukup mahal. Apalagi di musim penghujan. Sebab--sekali lagi--ojek-ojek itu tak mau melewati jalan pintas itu, karena sudah berpuluh kali kejadian ojek tergelincir di sana. Jika pun pada akhirnya harus memilih naik ojek, maka ojeknya akan memilih jalan 2 kali lipat lebih panjang, tapi harganya 3x lipat lebih mahal. Kala itu (belum bbm naik) harga ojeknya jika harus memutari jalanan selingkar kampus (menghindari becek) seharga 15ribu. Sangat mahal untuk harga mahasiswa sepertiku yang sering bokek di penghujung bulan. Hehehe...

Read More