Living in Riyadh [part 23]: Move on

Sudah bulan agustus. Belum ada postingan sama sekali. Hehe... Baiklah, mari kita posting sesuatu agar tidak melewatkan 1 bulan kekeke...

Bulan agustus ini bulan yang istimewa. Karena selain kemerdekaan RI (yang tentu saja jamak diketahui semua WNI), adalah bulan berhaji. Ya, bulan dzulhijjah jatuh pada bulan agustus di tahun ini. Beberapa teman-teman di sini yang akan berangkat haji sudah bersiap-siap akan berangkat. Hati jadi rindu untuk berangkat jua. Semoga Allah memudahkan langkah kami untuk menunaikan haji juga nantinya, apakah dari sini atau dari Indonesia atau dari negara manapunlah jika Allah masih karuniakan umur yang panjang (dan semoga umur yang barokah). Sungguh, Haji itu ibadah fisik yang memang melelahkan tapi benar-benar membahagiakan ma shaa Allah....

Sesuai judulnya, aku pengen cerita tentang move on. Hehehe... Move on di sini adalah dalam artian pindah yang sebenarnya dan juga move on dalam pengertian banyak orang saat ini: move on hati wkwkwkwkwkwk... Setelah hampir 5 tahun tinggal di An Nahda district, akhirnya kami move on jugaa... ke Naseem district. Sesungguhnya berat juga meninggalkan Nahda. Ada banyak kenangan di Nahda. Dekat dari kantor suami sudah pasti. Dan yang terberat adalah meninggalkan masjid jami' di dekat kontrakan kami yang lama. Jami' Maiman namanya. Masjid ini the best menurut kami di area Nahda. Imamnya baguus bacaannya ma shaa Allah. Ada program tahfidz (yang tentu saja free) untuk anak-anak dan ibu-ibu juga. Masjidnya adeem, luas dan bersih. Ini salah satu yang bikin berat untuk move on hehe.

Ceritanya kami memang mau pindah juga sih setelah kontrakan yang ini habis. Tapi ga kepikiran akan pindah ke Naseem (district tetangga sebenarnya dengan Nahda cuma secara 'socio-culture' agak berbeda menurutku ekekekekekeke...). Kebetulan ada teman yang final exit ke Indonesia, dan kami akhirnya memutuskan untuk menggantikan kontrakannya. Di Naseem ini. Yang sebelumnya ga kepikiran mau ke naseem, ehh akhirnya malah sekarang tinggal di Naseem. Kekeke... meskipun kadang serasa masi belum move on dari nahda... ekekekeke...

Pindah rumah selalu saja bukan hal yang mudah. Ini bukan pekerjaan yang ringan tentunya. Mulai dari load, packing, moving, unload... semuanya menguras tenaga dan fikiran dan juga cost tentunya. Tidak mudah mem-fix kan dan menata kembali dari rumah yang sebelumnya tipe 115 meter persegi ke rumah yang tipe 65 meter persegi. Hehe... Banyak yang akhirnya harus kami "remove". Apalagi karena rumah yang kami tempati ini adalah ex-rumah teman yang notabene masi tersisa banyak barang-barang juga di sana. Fiiuufft....

Pengalaman Menjual Barang-barang
Karena kami pindah ke rumah yang secara ukurannya hampir setengah ukuran rumah sebelumnya, tentu saja banyak barang-barang yang harus dikeluarkan. Apalagi ketambahan barang-barang dari teman yang ex-kontraktor rumah ini. Beuuhh... ma shaa Allah... ga akan muat deeh kalo semua barang di keep sendiri. Belum lagi pertanggungjawaban di hadapan-Nya nanti. Jadi, keep yang perlu dan remove yang tidak digunakan/jarang digunakan atau can't fix in this house. Bisa dijual kembali atau dibagikan secara gratis. Pertama-tama aku menawarkannya ke teman-teman yang sesama komunitas indonesia dulu. Lalu, menjualnya di situs expatriates.. Just throw away price. Hehe...

Pengalaman menjual preloved item ini jadi kesan tersendiri. Urusan jual menjual ini secara online nya hingga deal, menjadi bagianku. Abu Aafiya tinggal nanti yang ketemu sama yang mau ngebeli atau yang mau ngambil barangnya. Hehe... Kebanyakan yang membeli/mengambil barang-barang ini bukanlah orang pertama yang menawar. Kebanyakan yang pertama kali menawar, malah cuma PHP doang. Tak ada kabar yang jelas. Meskipun dikasi gratis sekalipun, banyak juga yang akhirnya cancel. Sebenarnya agak rada kesal juga sih (apalagi yang free item) yang awalnya sudah deal mau ngambil, tapi tiba-tiba di injury time malah cancel. Kan kasian ada orang yang benar-benar serius mau ngambil dan terhalang oleh orang yang asal membuat deal lalu cancel seenaknya.

Kalau yang seriusnya, cuma demi sesuatu yang rasa-rasanya bisa dia beli di dekat rumahnya dengan harga yang ga mahal, dia rela menempuh perjalanan hampir 40 menit. Tapi, yang kebanyakan sih cancel sepihak. Kekeke... Benar-benar harus banyak sabar deeh kalo soal ini. Hihi...
Ada juga pengalaman lain. Beberapa barang ex-teman yang dikasi secara free berupa dressing table, meja kerja,kursi yang pada awalnya banyak peminatnya. Tapi PHP doang. Gayanya aja mau ambil, tapi ga ada kejelasan lagi. Kabar kabur... Hihi... Hingga ada salah seorang yang awalnya aku cuekin karena dia ga kirim message via WA dan malah ngirim rekaman sound yang ga aku mengerti. Pakai bahasa arab. Aku bilang ga ngerti bahasa arab. Trus dia malah pake bahasa urdu. Tambah ga ngerti dong akuuu... wkwkwkwkwk... Nah, ternyata dia ga bisa bahasa inggris. Aku bilang english only please. Baru deh dia (mungkin via temannya) pakek english dan katanya dia tertarik sama barang yang aku iklankan via expatriates. Ehh, ternyata emang rizki nya si bapak ini yaa... alhamdulillah akhirnya dia yang awalnya kita cuekin malah jadi ngambil, enggak PHP doang. Hehe...
Sebenarnya ini semacam simbiosis mutualisme juga sih yaaa... Karena kami butuh mengeluarkan barangnya, dan si peng-hire butuh mengambil barangnya. Impas kan. Dari pada harus mengeluarkan sendiri dan terbuang begitu saja, alangkah lebih baiknya dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan.

Pelajaran berharga: Rizki itu sudah ada ketetapan-Nya. Bisa jadi, si A yang akan mengambil barangnya, ehh malah akhirnya si B yang mendapatkannya. Bisa jadi kita sudah berharap pada X, ehh ternyata rizkinya malah Y. Jadi, soal rizki dari Allah semestinya bukanlah sesuatu yang perlu terlalu dikhawatirkan. Sudah ditakar-Nya koq. Yang perlu dikhawatirkan itu justru bagaimana nasib kita kelak, ketika kita telah melewati fase dunia. Iya, kehidupan setelah dunia. Tapi, kebanyakan hari-hari kita justru lebih sering mengkhawatirkan rizki yang sudah ditakarkan-Nya ketimbang kehidupan setelah mati. Ini note to my self terutama niih dengan segudang kelalaian, astaghfirullaah....

Ada barang yang tak laku even itu dikasi gratis sekalipun?
Tentu sajaaaa ada!!!
Hehe...

Awalnya sedikit kecewa ketika ada yang hire tapi cancel hingga di hari kepindahan kami ke tempat yang baru, barang itu tetap saja ga terjual atau tidak jadi diambil. Lagi-lagi di PHP in hiks... hiks...

Tapiii, itulah takdir-Nya. Dia selalu Maha Mengetahui apa yang terbaik buat diri kita. Ternyata, barang-barang yang tidak laku itu adalah barang-barang yang sebenarnya masih kami butuhkan! Dan pada akhirnya, kami bersyukur bahwa barang-barang itu tidak laku. All can fix here, ma shaa Allah.... Ternyata kami masi sangat butuh barang-barang itu yang dikira ga muat di rumah ini. Aku takjub juga, ma shaa Allah... tak terpikirkan sebelumnya bahwa semua bisa fix di rumah ini. Ter-utilisasi dengan maksimal dan optimal.

Pelajaran berharga: segala ketetapan-Nya pastilah yang terbaik untuk diri kita. Pada awalnya mungkin kita bersedih karena sesuatu terjadi di luar pengharapan. Kelak, kita akan mengetahui bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita yang telah ditetapkan-Nya, pastilah YANG TERBAIK untuk diri kita. Terbaik untuk urusan kita. Dan semoga kita juga bisa berupaya yang terbaik untuk akhirat kita. Maka benarlah bahwa sebaik-baik pengharapan hanyalah pada-Nya yang takkan pernah mengecewakan kita.

Alhamdulillah, akhirnya di sinilah kami sekarang. Di rumah yang baru. Semoga barokah... Aamiin yaa Allah. Meskipun, ada kekurangan yang unpleasant lah jika dibanding rumah sebelumnya, tapi over all rumah ini pun banyak kelebihannya dan menyenangkan. Di antaranya posisinya di ground floor yang ga perlu lagi naik turun tangga. Memiliki halaman yang cukup luas untuk area bermain anak-anak (meskipun sekarang musim panas dengan suhu mencapai 45° C yang ga memungkinkan setiap saat bermain di halaman dengan panasnya yang menyengat). Dapur yang sangat minimalis (kurang dari setengah ukuran dapur sebelumnya), menguntungkan karena jadinya lebih rajin beberes. Kalo dapurnya luas, jadi lebih lalai beberesnya... kekekekeke... Dan yang terpenting, tentu saja bukan soal seberapa mewah dan seberapa luasnya rumah, melainkan apakah dari rumah ini lahir kebahagiaan, ketentraman, kekeluargaan, kebersamaan dan terutama ketaatan. Jika semua ini missing, rumah tiadalah artinya lagi. Bahkan sekedar tempat untuk tidurpun, takkan memadamkan kegelisahan hati. Apalah artinya kan yaa? Heuu...

Do'akan yaa rumah ini menjadi rumah yang barokah... Aamiin yaa Allah...

In shaa Allah lanjut ke cerita selanjutnya tentang home decor yang murah meriah ala emak Aafiya... Hihi...

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked