Penyesalan

Suatu ketika ada acara di mana acara tersebut juga menyediakan doorprize bagi peserta yang beruntung bisa menjawab pertanyaan. Di pertanyaan pertama, aku ingin menjawab tapi ada keraguan di hati. Jawab enggak yaa ... jawab enggak yaa ... jawab enggak yaa. Yah kayak ragu-ragu gitu. Tapi kebetulan saat itu tak ada yang bisa menjawab.

Dan kunci jawabannya ternyata sama dengan jawabanku yang tadi aku lewatkan kesempatannya. Nyesek? Iya ... Lumayan kaan dapat doorprize kerudung.

Kisah lain. Ke masjid Quba di masa pandemi. Kami sebenernya sudah sampai di sana sebelum ashar. Akan tetapi, ketika itu HP sengaja tidak aku bawa sehingga ketika itu harus balik lagi ke mobil. Padahal suami sudah bilang untuk bawa HP aja. Tapi karena tidak membawa tas dan abaya yang juga tidak ada kantong/sakunya, aku berpikir akan sedikit repot membawa HP jadinya HP ditinggal aja. Tapi ternyata ketika akan masuk masjid Quba, diminta app Tawakkalna. Jadi butuh HP dong yaa. Harus balik ke mobil. Akhirnya diputuskan untuk gantian dulu sama suami. Aku gantian nunggu di mobil, dan suami yang ke masjid Quba. Ketika giliran aku yang mau shalat di sana, shalat ashar sudah selesai, dan ternyata masjid Quba ba'da ashar sudah ditutup. Sedih banget. Padahal sebelumnya punya kesempatan untuk shalat di masjid Quba tetapi kesempatan itu terlewat. Menyesal? Sangat!

Ada berapa banyak penyesalan yang telah kita rasakan dalam hidup ini?! Bagaimana rasanya? Nyeseek?! Iya, menyesal itu ternyata adalah sebuah siksaan tersendiri.
Itu hanyalah penyesalan-penyesalan "kecil" di dunia. Sesuatu yang mungkin bisa kita "jemput" kembali. Doorprize kerudung yang terlewat, masih bisa diganti dengan order atau jahit kerudung sendiri. Terlewat ke Quba, in shaa Allah masih ada kesempatan esoknya.

Tapi, penyesalan itu pasti akan terasa sangat berat dan menyesakkan ketika kita sudah sampai di akhirat. Di mana, penyesalan itu tidak akan pernah bisa kita "jemput" lagi. Orang beriman dan beramal shalih menyesal karena dia ingin beramal shalih lebih banyak lagi. Apalagi orang kafir dan munafiq. Menyesal yang teramat dalam tidak memilih jalan yang benar.

Semoga kita bisa lebih banyak mempersiapkan diri untuk hari itu. Hari di mana segala amal kita dibeberkan. Hari di mana melewatkan satu kalimat Tasbih yang mungkin saat di dunia terasa ringan tapi tidak kita lakukan, lebih kita sesali dari pada hilangnya emas dan perak semasa di dunia. Kehilangan emas segepok gegara kemalingan hanya karena kita lupa mengunci pintu rumah mungkin tidak akan seberapa penyesalannya dibanding kesempatan amal shalih yang kita lewatkan begitu saja ketika di akhirat kelak. Ketika kita melihat balasan Allah atas apa yang telah kita lakukan. Kemaksiatan yang tidak sempat kita taubati mungkin akan sangat kita sesali di akhirat kelak ketika kita melihat balasan dari amal tersebut. Juga ketika kita berlaku dzalim kepada orang lain; walau hanya sekedar ikut membully nya dengan jempol kita di medsos padahal kita kenal di dunia nyata pun tidak, pasti akan kita sesali ketika urusan ini tidak kita selesaikan di dunia dengan meminta maaf kepadanya. Maka, penyesalan itu pasti akan menyiksa sekali. Kelak. Ketika menyesal itu tidak ada lagi gunanya. Ketika setiap manusia berkata "Andai aku berbekal untuk kehidupanku (yang abadi)". 

Ini adalah peringatan dan nasihat untuk diriku pribadi terutama. Semoga Allah senantiasa memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita. Tanpa taufiq dan hidayah-Nya, sungguh kita pasti takkan mampu melakukan amal shalih dan meninggalkan hal laghwi maupun kemaksiatan. Maka, sungguh yang paling mahal di muka bumi ini adalah hidayah-Nya! Tak ada yang lebih mahal dari itu. Semoga Allah pilih kita untuk menjadi bagian dari hamba-Nya yang diberi hidayah dan keistiqomahan hingga akhir hayat kita. Aamiin yaa Rabb ❤❤❤

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked