Negeri Ini Hanya Seharga Sepasang Sepatu

Suatu hari, di pelosok kampung, ku’melihat seorang anak yang kira-kira sudah cukup ‘berakal’ untuk diajakin ngomong. Artinya, dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk meski belum cukup umur untuk ikut milih. Anak tersebut mengenakankaos salah satu dari 38 partai nasional yang akan bertarung 9 april mendatang. Sebut saja partai A.

Tiba-tiba, aku iseng menanyakan :
Aku : “De’, ntar amaknya pilh apa?”
Si Ade’ : “Dulu amak mau pilih partai A, tapi, kemaren partai B datang ke rumah, dan membelikan amak sepasang sepatu. Katanya, dia mau ngasih sepatu itu, asalkan mau memilih partai B. jadi, amakku pilih partai B deh. Kalau bapakku tetap partai A.” (dengan sangat polos dia menjelaskan)
Aku : (menatap si Ade’dengan bingung)” Loh? Kenapa mau? Itukan money politik? Politik uang.” Aku bergumam.
Si Ade’ : “Yang namanya rejeki ndak berpintu, Kak. Tapi, Banyak lho kak yg kayak gitu. Si anu, dapat ini. Si itu dapat duit segini. Tapi, dengan syarat mesti milih partainya. Kalau kekurangan duit, pergi saja ke rumah caleg C, entar critakan kesulitan qta. Si caleg pasti mau ngasi, asalkan mau milih dia.”

Pernah juga, waktu jalan ke perkampungan lain, ku’mendengar cerita ibu-ibu di sana.
“ Partai D ini, Nak, mau bagi-bagi ikan kepada kami (caleg partai D ini adalah Bandar ikan). Kami tu, yang perlu yah ini. Maklum, kami ini orang susah.”

Fiufff…
Jadi, hanya segitu ‘harga negeri’ ini? Walau bagaimanapun, itu semua tetap saja money politik, apapun bentuknya.
Isss…., mereka memanfaatkan keluguan dan kesusahan orang2 di kampung untuk membeli suara. Apa jadinya negeri ini jika dipimpin oleh orang-orang macam itu? Apa jadinya jika parlemen diisi oleh orang-orang macam itu? Jika orang-orang seperti ini yang akan mewakili qta2, sebagai wong cilik, yg bakalan duduk di korsi panas, maka, tidak salah klu peringkat negera terkorup papan atas akan terus di sandang oleh negeri ini. Dan, jika memang demikian, tidak salah kalau harga negeri yang konon tongkat dilempar jadi tanaman ini, hanya seharga sepasang sepatu saja. Lalu, Akan dibawa kemana negeri ini?

Mereka yang enak-enakan di gedung megah, menyelip uang rakyat. Lalu, yang tertinggal adalah : rakyat yang tetap miskin, rakyat yang untuk berobat saja susah. Rakyat yang sekolah saja mesti mengeluarkan banyak uang. Padahal, APBN Indonesia untuk tahun 2009 kan luar biasa banyaknya. 1.035 triliyun rupiah. Dar sekian banyak, 215 triliyunnya adalah anggaran untuk pendidikan. so what?? Kemana duit sebanyak itu perginya? Klu emang digunakan dijalur yg tepat, insya Allah, pendidikan itu bisa ditalangi!

Nah…nah…nah…, sebentar lagi, saatnya qta sebagai wong cilik MENENTUKAN NASIB BANGSA INI MAU DIBAWA KEMANA. Jangan pilih orang-orang yang memberikan bentuk apapun kepada qta, wong cilik. Dengan memberikan segala sesuatu itu, sama saja dengan MEMAMERKAN IDENTITAS MEREKA, bahwa MEREKA ADALAH CALON KORUPTOR SELANJUTNYA. (ya iya lah! Jalannya menuju ke sana saja sudah penuh dgn uang tak halal, jalan tak halal. jadi, sangat masuk akal pula, setelah mereka duduk nanti, merekapun akan melakukan hal yang sama). Jadi, MASIH ADAKAH ALASAN KITA UNTUK MEMILIH ORANG-ORANG BERMENTAL DEMIKIAN? Inilah saatnya kita menggunakan hati kecil qta untuk memilih orang-orang yang benar-benar berjuanguntuk rakyat, yang bersih, dan terbukti kerja nyatanya untuk rakyat. Okeh?????

Ah ya, ada yang terlupa. Kemaren, salah satu orang kurang mampu (masih di perkampungan terpelosok). Mereka mempunyai seorang anak yang stress dan sakit jiwa. Dan, salah seorang caleg, sebut saja partai E, menawarkan untuk membantu membawa dan membiayai ke rumah sakit jiwa, asalkan dia mau memilih dia dan partainya.
Hmmm…., apa jadinya yah, klw sang caleg tidak kepilih? Jangan-jangan dia yang kemudian ikut ke rumah sakit jiwa juga. Klw perlu, satu kamar dengan orang gila yang ditolongnya. Hehehehe

Ups! Udah ngaur niy.
Hmm..yg jelas, jangan sampai golput dah! Janganlah ya…
Jika golput, dan parlemen terus2an diisi oleh orang2 macam cerita di atas, akan jadi apa negeri ini? Bukankah kita semua rindu negeri yang madani? Bukankah kita merindukan kesejahteraan hadir di negeri ini? Nah, itu semua sangat tergantung dengan pilihan kita nantinya.



homeSWEEThome, 3 April 09.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked