AS SIDQU

(Pembahasan Tatsqif Jum'at di Mesjid Nurul Ilmi ba'da asyar, bersama ust Irsyad Syafar, LC)


Firman Allah dalam Qs. At- Taubah ayat 119 :
“Wahai orang-orang yg beriman! Bertaqwalah kepada Allah, dan bersamalah dnegan orang2 yg benar.”

Dalam Hadits shahih dikatakan :
dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Sesungguhnya benar/ jujur itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surge; seseorang itu akan selalu bertindak benar / jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yg benar/jujur. Dan sungguh, dusta itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka; seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta. “ (HR. Bukhari & Muslim)

Assidqu artinya benar/jujur. Lawan dari As-Sidqu adalah Al Kadzib.
Hanya saja, pengertian As-Sidqu tidakcukup hanya dengan jujur seperti yg kita fahami selama ini. Missal salah satu universitas di Australia yg mahasiswanya selalu jujur dalam ujian. As-Sidqu melebihi dari hal ini saja (insya Allah aka nada penjelasannya nanti).

As-Sidqu adalah akhlaq yg mulia di sisi Allah, sehingga Allah menyuruh hamba-hamba-Nya yg beriman untuk memiliki sifat ini. Suruhan tersebut diawali dengan ketaqwaan (seperti pada Qs At-Taubah:119) di atas, yang menandakan kedudukan As-Sidqu ini sangat mulia & tinggi.

As-Sidqu ini adalah salah satu sifat Nabi mUhammad. Dengan kejujuran dan kebenaran nabi Muhammad, Beliau amat dipercaya. Seperti : Nabi Muhammad dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan pemuka Quraisy pada saat pengembalian hajar Aswad, lalu, Nabi Muhmmad juga dipercaya untuk menitipkan barang2 orang Quraisy, walaupun mereka tidak mengakui kenabian dan Kerasulan Nabi Muhammad. Sifat As-Sidqu ini juga pada saat Rasul mengumumkan da’wah secara terang2an . ketika beliau mengumpulkan semua penduduk Mekkah di sebuah bukit dan beliau menyatakan, “Bagaimana jika kuberi tahu bahwa di belakang bukit ini ada pasukan yang akan menyerang Mekkah,…dst…, (semua juga sudah pada tau dan pada Siroh bab ini kaaaan??)

Oleh karena itu, seorang aktivis da’wah harus memiliki sifat ini, dan menjadi salah satu poin penting dalam keberhasilan da’wah.

Kedudukan As-Sidqu ini sangat tinggi, sehingga disejajarkan dengan orang-orang yg Allah beri ni’mat , pada QS. An-Nisaa’ : 69. Yaitu :

“Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, maka ia akan bersama2 dgn orang2 yg ALLAH BERI NI’MAT ATAS MEREKA, yaitu , para nabi, PARA PENCINTA KEBENARAN, orang2 yg mati Syahid, dan orang2 yg shaleh. Mereka itu adalah sebaik-baik teman.”
Keempat golonga ini memiliki kedudukan yang sama di surga. Dan, As-Sidqu ini tidak terwakilkan hanya dengan jujur saja.

As-sidqu memiliki beberapa level :
1. As-sidqu ma’allah. Yaitu jujur kepada Allah. Sifat ini tidak dimiliki oleh orang kafir. Pada sebuah kisah telah diceritakan bahwa ada seorang laki-laki yang masuk Islam pada masa peruode Makkah. Dia juga ikut hijrah dan ikut berperang. Setelah berperang, ia mendapatkan ghanimah. Salah seorang sahabat mengantarkan ghanimah itu kepadanya. Ia berkata, “APa ini?” dijawa oleh utusan RAsul, “ini adalah ghanimah.” Ia mengambil ghnimah itu lalu pergi menghadap Rasul.
“Ya Rasulullah, apa ini?”
“Ini Ghanimah bagianmu yang saya bagikan untukmu.”
“Ya Rasul bukan untuk ini saya ikut berperang.”
“Lalu untuk apa?”
“Saya ikut engkau untuk mati syahid dengan panah menembus leher dan masuk surga.”
Pada peperangan berikutnya, ia memang Syahid dengan cara yg ia inginkan. Kata Rasulullah, “Orang ini telah membuktikan bahwa ia jujur kepada Allah sehingga Allah pun jujur kepadanya.”
Jadi As Sidqu ma’allah ini adalah melakukan ibadah hanya kepada Allah, jujur kepada Allah…

Keduduka As-Sidqu ma’allah dengan ikhlas :
Ikhlas itu , amalannya sama qualitas dan quantitasnya baik dihadapa orang ramai maupun sedang sendirian.

As-Sidqu ma’allah itu, amalannya ketika tidak dihadapan orang ramai, jauuuuuuuuh lebih baik ketimbang di hadapan orang ramai.

Derjat As-Sidqu tidak bisa diraih kcuali kalau seserang itu telah mencapai derjat ikhlas.

2. As-Sidqu ma’annafs:
Yaitu jujur pada diri sendiri. Orang-orang kafir juga tdk memiliki sifat ini. Bahkan orang Islam pun bayak juga yg ga’ punya sifat ini. Contoh, sudah tahu mengenai hokum halal atau harom, tetap saja dilanggar dan dilibas.

3. As-Sidqu ma’annaas.
Inilah yg dikatakan jujur dalam pengertian qta sehari-hari. Jujur sesame manusia. Orang-orang kafir pun sudah terbentuk habit, kebiasaan untuk jujur. Missal pas wakru ujian, tidak mencontek. Atau berkata benar kepada manusia lainnya.

Berubahnya qualitas & quantitas ibadah karena Alasan dunia, berarti tidak jujur kepada Allah. Makanya para salafushalih itu punya amalan shaleh rahasia yang akan jadi “dekingan” dihadapan Allah jika kita mengadapi posisi sulit. Ketika posisi sulit itu kita sebutkan kepada Allah amalan rahasia qta. Ingat kisah tiga orang yang terkurung dalam goa kan yah?? Kisah ini terdapat dalam hadits shahih dengan sanad Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab, ra., riawayat Bukhari dan Muslim.


SESI TANYA JAWAB :
1. Kalo’ qualitas shalat beda waktu di tempat kerja yg cendrung heterogen, dibanding shalat pada malam hari, apakah termasuk As-Sidqu ma’allah?
>> (‘afwan, diriku ketinggalan mendengarnya pas jwbn pertanyaan ini. Yg tertangkap itu justru bagian terakhir yg ustadz katakan yaitu sebaiknya memilih tempat kerja yg memungkinkan qta untuk leluasa beribadah.

2. Apakah film/acting termasuk bohong?
>> film ini masih khilafiyah dan polemic di kalangan ulama. Ada ulama yg keras melarang ada juga yang membolehkan asalkan memenuhi syarat, syarat yg cukup ketat, dan tidak melewati batas-batas syar’i.
Sebaiknya, kita ambil sikap yg hati-hati saja.
Akan tetapi, jika seseorang telah lembut htainya dengan Islam, maka, tidak diperlukan lagi film2 yg menggugah hati, karena ia sendiri sudah mengakar di hatinya.

3. Bagaimana sikap qta kalo’ berma;siat kepada Allah?
>> segera bertaubat! Lisan mengucapkan istighfar. Hati menyesali, dan secara fisik, menjauhi & meninggalkan maksiat tsb. Perbanyak melakukan kebaikan karena perbuatan jahat akan dihapuskan dengan perbuatan baik.

4. Apakah bohong untuk mengelabui musuh itu dibolehkan?
>> dibolehkan, bahkan dianjurkan. Kata Rasulullah, perang itu adalah siasah/startegi. Contohnya, ketika fathul makkah, rasul seolah2 menyuruh pasukan bergerak ke Utara, padahal letak kota Makkah di selatan,sehingga semua penduduk Makkah dalam keaadaaan terlena dan tidak menyadari.
Bohong dibolehkan untuk : pertama, mendamaikan 2 orang yg bersengketa. Kedua, bohong suami pada istri untuk membahagiakannya. Ketiga bohong untuk menyembunyikan orang yg sedang dizhilomi dan akan dibunuh.

5. Tauriyah/ambigu, bolehkah?
Tauriyah adalah bohong tapi jujur. Maksudnya di sini, lain makna yg disampaikan si penyamai dengan yg diterima pendengar. Contihnya, waktu Rasulullah bersama Abu Bakar dikejar kafir Quraisy dan hendak dibunuh, oarng2 yg kenal dgn Abu Bakar bertanya, “Siapa ini wahai Abu Bakar?” mereka menunjuk Nabi Muhammad. Ab Bakar menjawab, “ini penunjuk jalanku.” (orang2 Arab, ketika bepergian jauh, biasa memiliki penunjuk jalan). Maksud yg dipahami oleh yang bertanya, penunjuk jalan dip dg pasir. Maksud abu bakar, penunjuk jala ke surga. Tauriyah dibolehkan asalkan digunakan untuk kondisi ttntu. Karena sgt tipis bedanya dengan bohong.

6. Sikap qta terhadap orang yg menyampaikan kebenaran, tapi, menyakitkan. Bagaimana cara mengingatkannya? Kalau kita jujur kepadanya, maka itu akan menyakitinya.
>> sampaikan dengan cara baik-baik dan dengan nadyg tidak menggurui. Dengan nuansa bertanya, bykan menghakimi.

7. Pada saat ruku’, Rasulullah yang panjaaaaang sekali, apa yg dibaca?
>> Rasulullah bertasbih
8. Indicator amalan ikhlas itu apa?
>> amalan tersebut tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan orang lain.
Tafsiran Fudhail bin Iyad terhadap Qs. Mulk yang menyatakan “Ahsanul ‘amala” itu adalah amalan yg paling baik dan paling benar. Maksudnya di sini, adalah ikhlas dan caranya benar, sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Jika seseorang MENGERJAKAN amalan kerena orang lain, ini termasuk syirik. Jika ia MENINGGALKAN suatu amalan karena orang lain, ini termasuk riya.

9. Ketika kita memberikan sesuatu , lalu ditanya, “Ikhlas ga’ nih?”, sikap qta bagaimana?
>>ikhlas adalah urusan hati yang kadarnya tidak bisa kita tentukan.
10. Jika kita berada pada lingkungan yg heterogen, sehingga perlu “strategi” ttntu utk melakukan sesuatu, bagaimana?
>> kebohongan dalam keadaan darurat, dan kemashalatan ummat dibolehkan. Utamakan yg menyelamatkan mudaharat utk ummat dulu, ketimbang manfaat.
Jika utk kemshlatan pribadi saja, tetap saja jujur. Ini akan menjadi indicator keimanan seseorang.

11. Bagaimana jika bohong telah menjadi kebiasaan?
>>Kita harus berinteraksi secara ‘ilmu dulu (plaajari bagaimana mudahartnya bohong). Bohong ini “penyakit menular”, jadi hindari bergaul dengan orang2 yg suka bohong. Kebohongan pertama akan meminta kebohongan kedua untuk menutupi kebohongan pertama, dan seterusnya..seterusnya…, hingga, kadang2 si pembohong lupa, ketika ia menutupi kebohongan kesembilan dengan kebhongan kesepuluh, ter nyata membongkar kebohongan pertama.

12. Jika pad masa lalu kita pernah bohing pada seseorang, bagaimana sikap qta?
>> bohong adalah salah satu maksiat yang perlakuannnya sama terhadap maksiat lain, yaitu segera bertaubat dan kalau masih ada kontak denga orang g dibohongi, hendaklah minta maaf.

13. Kalau kita menyebut amalan rahasia kepada Allah ketika kesulitan, apakah tidak mengurangi balasannya di akhirat?
>> Allah maha Kaya dan maha penyayang. Hitung2an pahala bukan hitung2an logika matematis yang diberi lantas berkurang. Dia Maha Kaya. Yg terpenting adalah berhusnudzan pada Allah dikondisi apapun.

14. Kalau kita bilang “tidak tahu” kepada orang yang bertanya kepada kita padahal kita tahu jawabannya, akan tetapi kita khawatir jawaban itu akan menyakitkan, bagaimana?
>> ini juga salah satu indicator keimanan, apapun resikonya, kita insya Allah harus siap berkata jujur.

15. Dalam sebuah hadits dikatakan, jika bohong, akan dijauhkan dari Allah. Bagaimana dgn bohong utk alasan syar’i?
>> bohong yg alasannya syar’I, insya Allah tidak akan menjauhkan dari Allah

16. Beramal untuk hizb/kelompok apakah termasuk ikhlas atw As-sidqu?
>> tergantung kelompoknya dulu. Kalau hizb/partai/kelompoknya benar2 ingin menegakkan kebenaran, bisa saja mjd as-sidqu.

17. Tidak menyebutkan aib orang lain ketika kita menceritakan semua hal tentang seseorang, termasuk bohongkah?
>> menutup aib orang lain adalah sesuatu yang disyari’atkan.

18. Mengerjakan sesuatu amalan di depan orang agar orang ikut kepada amalan itu, bolehkan?
>> boleh. Karena ikhlas adalah amalan hati, tak peduli ada banyak orang maupun sendirian. Memang sudah saatnya amalan sholeh itu “diiklankan” sehingga menjadi opini public. Sekarang ini iklan jusrtu kebanyakan isinya adalah ma’siat. Yang mengajak orang ke neraka. Maka, iklan2 maksiat semestinya kita imbangi dengan iklan amalan sholeh. Tapi, kendati demikian, kita mesti tetap punya amalan rahasia juga.

19. Bohong ntuk bergurau, bolehkah?
>> dalam berguaru tetap tidak boleh bohong. Celakalah orang-orang yang dengan kebohongannya, membuat orang tertawa.
Contoh gurauan yang tidak bohong adalah ketika seorang nenek yg bertanya bisakah ia masuk surga dan kisah onta gemuk yang Rasul bilang anak onta.

20. Waktu ujian, ada yg bertanya jawaban soal, kita menjawab tidak tahu,(agar tidak curang dan bohong) padahal kita tahu, bagaimana?
>> kalau kita member tahu jawaban waktu ujian, berarti kita jujur kepada manusia tetapi bohong kepada Allah.
Hati-hati dengan “mencontek” dan bertanya waktu ujian. Ini adalah HARAM!!!!!!!!!!
Karena itu adalah sebuah KESAKSIAN PALSU.
Karena kita ujian, lalu mendapat nilai yg kemudian tertulis di ijazah. Ijazah adalah KESAKSIAN TERTULIS. Dan jika ijazah ini digunakan untuk melamar pekerjaan, dan kita diterima karena nilai2 hasil contekan itu, maka, ini akan menjadi darah daging, hingga seterusnya.

21. Bagaimana jika kita beramal mengharapkan surga, atau meninggalkan maksiat karena takut neraka???
Hal ini benar. Adalah pendapat yang SALAH ketika ada yg mengatakan “tidak boleh beramal karena mngeharapkan surge atau takut neraka. Kita beramal hanya karena Allah.” Sebab, merindukan surge dan ancaman neraka adalah sesuatu yang Allah dan rasul-Nya anjurkan, dan termaktub adalam Al Qur’an dan Sunnah

Untuk pembahasan ini, cukup sampai di sini. Semoga Allah menuntun kita semua menuju jalan-Nya yg lurus. Semoga bermanfaat.

Ah iya, sedikit berbagi, pembahasan tatsqif 3 minggu lalu mengenai music yg sempat kupertanyakan kepada banyak orang sebelumnya. ini di kajian fiqh. Masih khilafiyah dan pendapatnya sama-sama kuat. Ada yg membolehkan dan ada yg melarang. Dikembalikan kepada mudharat dan manfaatnya. Jika ada dua pendapat yg berbeda, maka cari yang paling kuat dalilnya. Jika sama-sama kuat, maka ambillah yg lebih ringan. Islam itu tidak pernah memberatkan.

Jika ada yg salah, semoga ada yg mengingatkan. Jazakumullahu khair. Wassalamu’alaykum warahmatullah.


Syakuro, home Sweet, Jumadil Akhir 1430 H

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked