Warisan yang Terpenggal

Ini soal nostalgia, teman.
Sungguh bagaimanapun, manusia takkan mungkin kembali terlempar ke pada masa lalu. Adalah sesuatu yang absurb untuk menjemput jejak. Namun, ada segenap memori yang masih lekang dalam bingkai kenangan. Sejenak kembali ke sana. Bukan! Bukan untuk melemahkan, melainkan menguatkan, insya Allah.

Maka, akupun ingin kembali mengurai kenangan itu untuk dipintal menjadi sebongkah semangat. Dahulu, dulu sekali, ketika pertama kali memasuki komunitas bernama wisma, ada banyak hal luar biasa yang telah diperbuat oleh sosok-sosok yang menurutku (dan menurut kami) juga luar biasa.

Dahulu, kebersamaan itu begitu manis. Sungguh sangat manis. Semua orang menamainya ukhuwwah yang memesona. Masih lekang diingatanku, kakak-kakak yang begitu loyal terhadap kami. Kakak-kakak yang begitu perhatian. Ukhuwah yang bukan main! Yang sampai mencucikan baju saudarinya. Padahal, yang kami tahu, kakak-kakak itu tak lebih longgar waktunya dari kami. Bahkan mereka jauh lebih sibuk. Itupun bukan seember, sampai dua-sampai tiga ember.

Setiap malam, ada saja yang inspeksi ke masing-masing kamar apakah ada yang tertidur begitu saja tanpa selimut. Jika ada, maka mereka menyelamatkan buku-buku yang berantakkan lalu membentangkan selimut untuk kami. Subhanallah…

Sering kali jua, ada saudari-saudari yang membantu menjemurkan pakaian, dan kemudian mengangkat kembali jemuran itu ketika sudah sore. Bahkan, malamnya, kain itu telah terlipat dengan rapi! Atau, kain-kain yang mau disetrika, ternyata sudah terstrika dengan rapi jika ketiduran di jadwal nyetrika. Hal-hal “kecil” lainnya adalah memasakkan nasi bagi yang piket. Membuatkan segelas susu untuk saudarinya. Aahhh…Subhanallah…

Juga, kakak-kakak yang diberikan kelebihan harta yg loyal, rela “nombokin” berbagai kekurangan logistic tanpa hitung-hitung. Sampai membantu & diam-diam membayarkan uang kuliah & uang wisma untuk saudarinya. Subhanallah…Masya Allah…

Dahulu, juga ada kakak-kakak yang menepuk pipi kami ketika mencuri-curi untuk tidur setelah subuh, membangun kami tengah malam. Memberikan perhatian yang lebih ketika salah satu di antara kami sakit. Atau sebuah senyuman, ketika masakan yang kami masak kurang gimanaaa..gituu (kalau tidak tega menyebutnya “TIDAK ENAK”).

Pada hari libur, jika tidak ada aktivitas di kampus, masanya untuk berkumpul, sama-sama membuat kolak, bubur kacang padi, nutrijel, ataupun susu kedelai lalu dinikmati bersama-sama. Jika saatnya puasa, yang piket masak membuatkan menu pabukoan juga. Sederhana saja, meski hanya the manis. Tapi, sungguh sangat manis.

Ahhh..sungguh, semua itu masa-masa yang manis. Masa-masa yang sbagian kami masih sempat merasakannya. Subhanallah…, manis.

Sekarang, perlahan semuanya mengalami distorsi. Meski sisa-sisa “warisan” kebaikan itu masih ada sebagian namun…ada hal yang kini berbeda. Pokoknya berbeda saja. Lalu, di mana do’a Rabithah yang kita lantunkan selalu? Apakah hanya sekedar rutinitas belaka?

Siapa yang salah sebenarnya? Yang salah adalah para pemenggal warisan itu. Yah…warisan kebiasaan baik, warisan kebaikan yang telah diturunkan oleh para pendahulul! Sekalilagi, warisan yang terpenggal. Siapa pelakunya? Kami! Kami yang tidak mewariskannya kepada adik-adik. Kami yang pernah merasakan bagaimana manisnya masa-masa itu yang tidak memberikan contoh yang baik. Bahkan diri kami lebih jauh lebih buruk.

Ah, saudara-saudariku…
Mari kita kembalikan warisan yang terpenggal itu. Insya Allah masih ada waktu untuk menjadikan wisma kita (wisma kami, wisma kamu semua, dan wisma kita semua)menjadi wisma yang ideal. Wisma yang berfungsi sebagai mesjid, sebagai madrasah, sebagai rumah sakit, sebagai bataliyon, dan sebagai benteng .

Kelak, insya Allah, akan kita dapati wisma kita adalah wisma yang sepertiga malamnya dipenuhi dengan jiwa-jiwa yang menangis yang melantunkan ayat-ayat-Nya. Lalu, siangnya yang penuh dengankebersamaan yang indah. Saling ta’awun, itsar dengan saudara-saudarinya. Masing-masing kita adalah solusi, sehingga tak ada lagi yang menjadi masalah. Jika hari ini kita miskin teladan, maka tekadkanlah masing-masing kita yang akan menjadi khudwah (ngutip isi penyampaian materi Da Hasdi dengan redaksi yang berbeda). Mari kita kembalikan kejayaan yang dahulu pernah ada.
Sepakat???



Syakuro, Home Sweet, Jumadil AKhir 1430 H
Ba’da Dauroh Wisma, sebuah acara yang benar2 menginspirasi dan mencetuskan semangat baru.


PS : Sekalian promosi sebenarnya untuk adik2 yg di asrama ataupun yg lagi siap2 mau SNMPTN dan menempatkan pilihannya di Unand limau manih tacinto. Yuuuu…k, rame2 masuk wisma. Syaratnya dua saja : pertama Islam, kedua : bersedia ikut semua ketentuan2 & peraturan yang ditetapkan oleh BPW (badan pengelola wisma). Peraturan yang insya Allah akan menjerumuskan kita ke jalan yang benar. Hi..hi…

Mau???

Yuk, masuk wisma!!!!

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked