Kisah Orang Kampung di RS Modern

Hehe, mungkin kedengaran agak sedikit "kampungan", tapi aku tetap ingin menceritakan sesuatu yang memang sudah lama ingin aku ceritakan (dan karena terhalang oleh kondisi, baru sekarang aku punya kesempatan untuk menceritakannya). Ini tentang rumah sakit dan fasilitasnya. Bagiku ini amazing mengingat aku berasal dari kampung (wong ndeso) di mana rumah sakit yang available satu-satunya hanyalah rumah sakit umum daerah dengan fasilitas seadanya. Begitu berada di RS ini, aku merasa segala sesuatunya amazing. Sistem yang sangat bagus.

Sebelum aku menginjakkan kaki di rumah sakit, aku pernah mengunjungi klinik terlebih dahulu (untuk medical test dalam rangka pembuatan Iqama/resident permit dan pregnancy test). Awalnya aku terheran-heran, yang namanya klinik, dalam bayanganku paling yaa ga segitunya lah yaa... Ga gede-gede amat. Tapi, ini klinik koq nyaris kayak rumah sakit. Hehe... *kayak katak dalam tempurung dah akuuh. Haha. Maklum, belum pernah ke luar negeri sebelumnya... Hihi...
Tapi kesimpulanku adalah, taraf kualitas kesehatan di sini jauh jauh jauh lebih baik dari pada di Indonesia.
Bahkan kata salah seorang petugas rumah sakit yang mengurusi alkes (yang kebetulan adalah orang Indonesia), di sini peralatan medis canggih dan ada alkes yang di Indonesia cuma punya satu alat dan amat langka, di sini di 1 rumah sakit aja punya beberapa. Ma syaa Allah...


Nah, back to cerita tentang rumah sakit. Sebelumnya kami telah menghubungi teman-teman yang berpengalaman di sini untuk merekomendasikan rumah sakit. Tapi rumah sakit yang kebanyakan direkomendasikan ternyata lokasinya cukup jauh dari apartemen. Ketika kami memilih rumah sakit untuk bagian obgyne, maka alasan utama memilihnya adalah bagaimana akses menuju rumah sakit tersebut. Meskipun kemacetan kota Riyadh tidaklah separah Jakarta, tapi tetap saja memilih RS yang lebih dekat dengan apartemen adalah sesuatu yang kami prioritaskan. Berbeda dengan di kampung, yang mana banyak keluarga yang bisa membantu atau menemani, di sini kami harus menghadapinya berdua saja. Dengan kondisi suami yang bekerja dan kontrol ke rumah sakit yang mungkin akan sering dilakukan, tentu saja memilih rumah sakit terdekat adalah sesuatu yang efisien dan efektif. Nah, salah satu rumah sakit terdekat dari apartemen kami adalah RS Sulaiman Al Habib, di Khuraish Road. Tapi ternyata, ini rumah sakit... muahhaaaal.. Hehe...
Hospital tempat aku check up

Pertama kali melakukan check up, aku sempat kaget liat nominal yang tertera di fakturah. Haha... Masa cuma "ngobrol" ama dokternya aja sekali kunjungan sampai lebih dari 600rb. Heuu... *telan ludah. Itu di luar USG, di luar lab, dan di luar obat. Murni hanya buat konsul ama dokter obgyene nya. Aku udah ga tau lagi berapa harga USG dan Lab (kalo ga salah sekitaran 4jt-an, lupa persisnya). Kalo di Indonesia, segitu kayaknya udah buat lahiran deh yaa? Ini cuma buat 1 kali kunjungan. Glek... *telen ludah lagi. Hehe...  (Kalo kata teman, "makanya jangan dirupiahkan, Fathel."haha...).
Tapi sebenernya yang aku garis bawahi di sini bukan soal mahhaaaallnyaaa, tapi soal fasilitasnya (karena di sini asuransi kesehatan hampir mendekati harus a.k.a wajib dan pasien di rumah sakit mana pun hatta rumah sakit pemerintah sekalipun yang tanpa asuransi kesehatan kadang suka dipersulit -_-. Jadi, biasanya yang bayar si asuransinya. Hehe). Menurutku, dengan harga segitu, berbanding luruslah dengan fasilitasnya. Fasilitas rumah sakit yang menurutku begitu bagus (setidaknya, dibandingkan dengan banyak rumah sakit yang pernah aku kunjungi sebelumnya di Indonesia, baik aku sebagai pasien maupun sebagai pharmacist).

Dari dulu, aku memang sangat memimpikan rumah sakit yang intergrated di segi sistemnya. Tapi, sebelumnya, itu hanyalah impianku saja. Dan impian semua orang mungkin. Adanya e-medical record yang ga perlu repot-repot bawa rekam medis yang setumpuk dan sering kececer :p, pelayanan yang saling terintegrasi antara satu depertemen dengan depertemen lainnya, dokternya yang sub-spesialis, pharmacist nya yang bagus, pokonya semuaa deh. Alhamdulillaah aku menjumpai itu di sini, melebihi espektasi aku selama ini.

Sistem di sini sangat bagus. Tidak ada berkas rekam medik dalam map kertas yang ditulisi tulisan cantik dokter. Hehe... Semuanya terintegrasi dalam 1 sistem yang sudah paperless. Di sana, dalam 1 e-MR (e-medical record) sudah tertuang lengkap semua riwayat pasien, pemeriksaan penunjang, diagnosa, semuanya lengkap. Jika kemudian kita ditransfer ke depertemen lain, maka semua data dapat dibaca oleh dokter depertemen tersebut. Jadi, ga ada tuh dokter yang ngerasa dia paling bisa semuanyaa... Jika satu dokter, core competence nya bukan bagian dia, maka dia akan "menyerahkan" pasien tersebut ke dokter yang memang core competence sesuai. Dia ga "ambil" pasien. Tidak seperti "perseteruan" antar dokter dan saling rebutan pasien seperti yang banyak aku saksikan waktu Clerkship dulu. Hehe... Sistem ini benar-benar appreciate menurutku.

Di segi pharmacist, dokter tidak perlu menuliskan resep di kertas resep lagi, karena sistemnya juga sudah terhubung dengan pharmacist (ini sistem yang di Rumah Sakit maksudnya ya. Kalo yang dari klinik trus beli obat di apotek luar masi tetap pake resep manual). Ini sistem yang bagus menurut aku. Di sini ga seperti di Indonesia yang dikit-dikit obat... dikit-dikit obat. Obat yang diberikan memang sangat efektif dan tidak banyak jenis. Kalo memang tidak butuh terapi obat, ya ga dikasih. Di Indonesia, malah banyak kejadian "prescribing cascade", obatnya banyak tapi gunanya cuma mengatasi efek samping yang belum tentu termanifestasi.

Hehe, aku bukan bermaksud membanggakan gimana sistem di sini dan merendahkan di Indonesia lho yaa. Yang jelas, alhamdulillaah pharmacist di Indonesia sudah mulai beranjak menjadi lebih baik, sudah banyak yang aware dengan pentingnya keberadaan clinical pharmacist. In syaa Allah selalu bertumbuh menjadi lebih baik. Tho, e-HR (e-health record) sudah mulai ada di Indonesia meskipun belum integrated kayak di sini banget. Aku berharap semoga kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, di segi sistemnya, di semua lini menjadi lebih baik. Aku punya mimpi membangun ini lebih baik meskipun aku belum tau sekarang hendk mulai dari mana. Hehe...

Oh iyaaa, dengan sistem yang begitu integrated ini, ternyata kesalahan obat di pharmacistnya (di segi regimen) masi terjadi lho. Aku mengalaminya. Apalagi dengan sistem yang penulisan resep (yang kebanyakan tulisannya sulit terbaca). Tingkat kesalahan obatnya jauh lebih besar pastinya. Hanya saja tidak terdokumentasi. Heuuu...

Semoga pharmacist dan kesehatan di Indonesia jauh lebih baik yaa...
Salam Pharmacist! ^___^

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked