Konspirasi oh Konspirasi Obat

Hmm... sejujurnya dulu aku termasuk orang yang Antivaksin. Hehe... Ga fully anti sih. Alasannya sederhana, itu adalah karena salah satu dosen favoritku dulu adalah seorang anvaks. Karena beliau adalah dosen yang menurutku sangat cerdas, inspiratif dan dengan beberan panjang data ilmiah yang disajikan, beliau mulai "menysusupkan" tentang ketidakamanan vaksin lewat materi kuliah. Jika sumbernya bukan dari seorang clinical pharmacist yang pernah bekerja di perusahaan obat (yang notabene mengetahui seluk beluk dunia produksi obat), tentu aku takkan mudah percaya. Bahkan, aku juga ikut "mengkampanyekan" penolakan penggunaan vaksin ini. (Deuuh... Semoga ga banyak yang tersesatkan olehku yaa.)
Sekian lama waktu berlalu, akhirnya aku menyadari bahwa aku telah keliru. Banyak sumber yang kemudian membuatku menyakini bahwa, sebenarnya vaksinasi itu penting.

Baiklah, aku ga akan membahas lebih lanjut tentang vaksinasi di sini. Akan tetapi, mengenai sesuatu yang cukup "menggelitik". Hehe
========================

Ga sengaja terdampar pada sebuah diskusi (apa perdebatan yaa?) antara dua 'kubu' yaitu yang pro dengan vaksinasi dan pengobatan moderen (konvensional) dengan 'kubu' yang kontra vaksinasi dan pengobatan moderen.

Kalimat yang menarik adalah, "vaksinasi dan pengobatan modern itu tak lain hanyalah konspirasi AS belaka. Lebih baik kembali ke pengobatan herbal yang lebih aman, bebas dari efek samping." Atau, "pengobatan modern itu terlalu banyak zat kimianya yang menimbulkan efek samping. Lebih baik yang alami saja."
(Ini redaksionalnya berbeda, tapi intinya adalah sebagian orang yang menolak menggunakan obat modern menggunakan dalih bahwa itu konspirasi dan sebaiknya menggunakan obat herbal).

Sy mencoba sedikit berkomentar di sisi sebagai seorang pharmacist (meskipun sy masih memiliki sedikit pengetahuan dan memang masih harus banyak belajar).


Pada dasarnya, sy tidak anti dengan pengobatan herbal dan teknik pengobatan seperti halnya tahnik dll (bagus menurut saya). Tapi saya juga tidak sepakat jika pengobatan yang dilakukan hanya semata-mata mengandalkan itu.

Pengobatan sendiri sesuatu yang dianjurkan Rasulullaah...

Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad dan yang lainnya, dari Usamah bin Syariik RA, beliau mengatakan : “Aku berada di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang seseorang dan berkata : “ Ya Rasulullah, apakah aku perlu berobat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdabda :ُ
“ Ya. Wahai hamba Allah, berobatlah ! Sesungguhnya Allah tidak memberikan penyakit, kecuali Allah juga memberikan obatnya, kecuali untuk satu penyakit. Orang tersebut bertanya : “Ya Rasulullah, penyakit apa itu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Penyakit tua”
Dalam riwayat lainُ
“ Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.” (HR Ahmad)

Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :ِ
“ Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim)

Dari Abu Hurairah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :ً
“Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya” HR Bukhari).

Allah menurunkan obat bisa dengan jalan Kauniyah berupa penelitian yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya
(Sy bukan ahli hadits, dg senang hati bagi yang berkompeten, dimohon koreksinya yaa  )

Jika dalih kita adalah obat modern itu adalah 'terlalu banyak kimianya', maka sebenarnya tanpa kita sadari pun, sehari-hari kita berhadapan dengan zat kimia. Air yang kita minum adalah zat kimia H2O, udara yg kita hirup adalah O2, garam yang kita konsumsi adalah NaCl, sate yang kita bakar juga menghasilkan rangkaian atom Carbon (C), bahkan (maaf) angin yang kita keluarkan juga adalah zat kimia H2S... Coba sebutkan dalam sehari, pernahkah kita tidak mengkonsumsi atau bersentuhan dengan zat kimia?

Jika kita berdalih bahwa obat modern lebih banyak efek sampingnya dibanding obat herbal, maka jangan salah-salah! Penggunaan obat herbal seperti Rumput fatimah pada saat yang tidak tepat (belum saatnya janin dikeluarkan) justru memicu kontraksi hebat di rahim yang bisa menimbulkan kematian pada janin. Terlalu iseng menggunakan daun Digitalis dapat memicu kontraksi pada jantung. Itu adalah cuplikan kecil obat herbal yang efek sampingnya bisa dibilang tidak 'seaman' yang kebanyakan orang pikirkan.

Sy sekali lagi tidak anti dengan obat herbal. Sy jg support dengan penggunaan obat herbal. Tapi jika terlalu mengandalkan obat herbal dan anti dengan obat konvensional, sy jg tidak setuju. Dalam obat herbal, ada berbagai macam zat aktif... bukan murni 1 zat aktif saja. Karna farmakogenomik (respon seseorang terhadap obat atau zat aktif berdasarkan gen yang dimilikinya) setiap orang berbeda-beda, maka bisa saja dengan obat herbal merek A ada orang yang merasa lebih baik tapi yang lainnya malah tidak berefek. Hayo, siapa yang bisa menjamin setiap takaran obat herbal (dengan berbagai macam zat aktif yang ada di dalamnya) senantiasa sama kandungannya (misal fenolik, aromatis dll nya? Siapa yang bisa jamin setiap sendok air seduhannya takarannya pasti selalu sama?). Kalau tidak diesktrak dengan pelarut tertentu lalu diamati dengan kromatografi(<-- bahasa apa inii? Hehe... -_-), mungkin sulit bagi kita menakar berapa kandungan zat aktifnya.

Tidak boleh sembarangan kita menuduh bahwasannya obat modern itu efek sampingnya lebih besar. Walau bagai manapun, butuh penelitian yang sangat panjang untuk sebuah obat dinyatakan boleh dipasarkan dan dinyatakan boleh digunakan. Dan yang paling pertama diteliti adalah Letal dose-nya... yaitu apa mudharat nya si zat aktif (calon) obat tersebut. Jika ternyata si (calon) obat ini punya mudharat yang jauh lebih besar dari manfaatnya, maka calon obat tersebut tidak akan lulus utk dijadikan obat. Ada periode penelitian panjang setelahnya hingga si zat aktif (yang hanya terdiri dari 1 zat aktif saja yg dimurnikan, bukan bermacam2 seperti herbal), baru kemudian diformulasikan dalam bentuk tablet atau syirup atau obat injeksi (obat suntik) dan diawasi lagi sebelum dan sesudah dilepas ke pasaran dengan ketat. Dengan serentetan panjang usaha para ahli dalam menemukan obat ini, apakah dengan mudahnya kita mengatakan bahwa obat itu konspirasi, bahwa obat itu ga baik?

Memang, dengan obat herbal tertentu kita bisa pulih. Sy jg mrngkonsumsi madu, kurma, habbatussauda (sekarang habbatussauda lg enggak). Dan ini menurut sy mengkonsumsi itu semua merupakan suatu hal yang bagus. Madu apalagi. Tapi apakah semua penyakit bisa sembuh dengan obat herbal? Bagaimana jika misalnya demam tifoid (tipus) tidak diberikan antibiotik?

Terakhir, perihal menyembukn, tentu ini adalah murni hak perogratif Allah. Allah-lah yang menyembuhkan kita. Jika Dia menghendaki, maka pasti akan sembuh. Dan jika Dia tidak menghendaki, walaupun sudah berkeliling dunia untuk mencari obat, tetap tidak akan sembuh. Selain do'a, dan menyerahkan kesembuhan sepenuhnya kepada Allah, usaha penemuan dan penelitian serta penggunaan obat (baik herbal maupun obat konvensional) adalah salah satu bentuk ikhtiarnya. Allahu'alam bish-showab.

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked