ASI atau Sufor ya?

IAlhamdulillaah baby Aafiya almost 4 months...
Barakallaahu fiik anak shalihah Bunda...
Sehat-sehat terus yaa nak...

Asi vs sufor jika dibandingkan menurutku bukanlah suatu komparasi yang serasi. Pokoknya beda bangeeett... Jika ditanya mana yg lebih baik? Jelas jawabannya adalah ASI. Tapi... akan ada kondisi di mana sufor lebih baik...

Finally... Asi exlusif Aafiya failed. Setelah dengan pertimbangan yg sematang-matangnya dengan konsul ke neonatalogist juga... aku dan suami memutuskan untuk memberikan susu formula pada Aafiya.

Ini keputusan yang berat buatku sebenarnya. Aku sedari awal sudah bertekad memberikan ASI exlusive untuk Aafiya. Tapi... ternyata tidak mudah. Lingkungan di sini tidak terlalu support Asix. Bahkan yang Asix cuma sekitar 37% (dari hasil penelitian jurnal2 yg aku baca). Tempat-tempat umum jg hampir tidak menyediakan room khusus busui. Tapi bukan itu alasan utamanya...

Di 2 bulan pertama Aafiya... my lil princess bisa dikatakan kurang tidur. Kenapa? Karena hampir setiap saat Aafiya nenen terus. Dan dia masi terlihat lapar. Jadinya waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur malah digunakan untuk mengasup nutrisinya. Sayangnya jumlah ASI yg tersedia tidak berbanding lurus dengan kebutuhan Aafiya. Sehingga kenaikan berat badannya tidak signifikan. Teori mengatakan bahwa semakin sering dihisap semakin banyak produksinya. Tapi sepertinya tidak berlaku untukku... :-( Even udah mencoba minum sebanyak mungkin dan buooster lainnya.

Akhirnya dengan amat sangat berat hati, pun dengan anjuran dokter spesialisnya, terpaksa aku merelakan ASI exlusive Aafiya. Kadang terasa berat dan terasa sedih. Ibu-ibu di luaran sana yg bekerja masih bisa memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Sedangkan aku, just stay at home kenapa tidak bisa???

Kemudian aku menyadari bahwa in syaa Allah ini adalah keputusan yang paling baik. Aku tidak mungkin menyamakan kondisiku dengan orang lain. Jangan lantaran 'ego'ku untuk memberikan ASIx justru aku menjadi dzalim. Aku memang merasa sedih tidak bisa memberikan ASI exlusive kpd Aafiya, tapi justru aku akan sangat lebih sedih lagi jika tidak memberikan sufor dan membiarkan Aafiya kekurangan nutrisi. Tidak ada dosa bagi pengguna sufor kan? Justru mungkin 'berdosa' jika tidak memberikan sufor di kondisi seperti ini karena bayi yg Allah amanahkan tidak tercukupi nutrisinya. Lalai dari amanah yang Allah percayakan. Maka di sini, sufor in syaa Allah lebih baik. Setidaknya hal ini lebih membuatku tenang. Dengan prinsip, ASI tetap yang utama, sufor adalah nutrisi tambahan saja :)

Kadang sedikit gemas dengan ibu-ibu yang ASI nya banyak tapi lebih memilih sufor. Sini, kita bertukar posisi saja.. hehe.. Tapi aku ga bisa judge juga. Kondisi setiap orang berbeda-beda. Bisa jadi mereka punya alasan yang tidak kesat mata (hihihi emangnya alasan kasat mata yak?).

Bagi ibu-ibu menyusui dengan ASI berlimpah, bersyukurlah. Tidak ada alasan bagimu untuk mengeluh dengan banyaknya ASI di saat banyak ibu-ibu lainnya yang butuh perjuangan extra untuk mendapatkan ASI yg adekuat. So, syukuri apa yg Allah anugrahkan, rite?

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked