Kaledioskop Syawal 1431-1432 H


Apapun yang terjadi, Tetap Ceria dan Selalu Bersemangat!


Heuu… mungkin ini bukanlah sesuatu yang penting untuk engkau baca, kawan… Maka, mungkin akan lebih baik jika engkau lewatkan saja… Hehe…

___________
Dari Syawal tahun lalu, hingga ke Syawal tahun ini, ada begitu banyak warna yang telah kujalani. Yah, warnanya lebih banyak dari pelangi. Merah yang bergradasi. Begitu pula hijau dan kuning. Ah, mungkin memang sederhana saja. Tidak seberliku kisahmu, mungkin. Tetapi, begitulah warna yang Dia tetapkan untukku…

Dari Syawal tahun lalu, hingga ke Syawal tahun ini, ada begitu banyak peristiwa yang telah terjadi. Ia nya adalah centrifus antara berbagai zat rasa : kebahagiaan, kesedihan, kepiluan, penuh harap, jatuh terhempas tak berdaya, kemonotonan, kesenangan, entah apa lagi itu. Tapi yang jelas, bagiku, kumpulan rasa itu benar-benar tak lagi mampu untuk kudefinisikan. Dan, menjadi pilihan kemudian, adalah membiarkannya berpadu dalam segumpal daging yang ada di dalam rongga dada. Hati.
Pada Syawal 1431 H, tahun lalu, secara resmi aku dinobatkan sebagai seorang apoteker. Sesuatu yang (sekali lagi) tak pernah menjadi catatan asaku dahulunya. Sebersit pun tak pernah ter-imaji dalam catatan-catatan mimpi untuk berdiri di hadapan ribuan wisudawan lainnya dengan gelar “S. Farm, Apt” ini. Sungguh…
Tapi, begitulah yang telah Allah catatkan di Lauhul Mahfudz, bahwa pada Syawal 1431 H itu, aku berdiri sebagai seorang Apoteker, bukan Arsitek atau pun Psikolog. Dan, tiadalah yang lebih indah dalam menjalani kehidupan ini, selain ketika hidup kita dan asa kita hanyala berjalan pada kehendak-Nya. Ya, kehendak-Nya saja.

Maka, tahun ini kusebut sebagai tahun pengangguran. Sebenarnya bukan sepenuhnya juga menganggur sebab aku juga sempat berstatus sebagai APA, ataupun karyawan. Tapi, hanya sebentar saja.

Setahun menganggur sesungguhnya bukan sesuatu yang membosankan. Aneh memang. Setiap kali orang-orang bertanya, “Sudah bekerja di mana?” jawabanku relative sama. “Masi pengangguran”. Lalu, diiikuti dengan pertanyaan, “Ah, masa iya?? Apa tidak bosan?” jawabku, “Tidak. Aku sangat menikmati masa pengangguran.” Ya, aku menikmatinya. Bahkan aku merasa selalu kekurangan waktu. Ck..ck…ck.., pengangguran yang aneh. Dan bagiku, pengangguran adalah zona nyaman. Ya, safety zone. Kau boleh tertawa dengan pendapatku. Kau boleh saja terbahak dengan paradigmaku soal ini. Tapi, memang begitulah yang kurasakan. Sungguh… Sebab aku tak ingin berada di zona nyaman selalu, maka aku ingin segera menanggalkan status ini. Ya, sebab aku tak ingin selalu berada di zona nyaman, sementara ada banyak hal yang sesungguhnya bisa kulakukan. Setidaknya lebih baik dari pada hanya sekedar menganggur (tanpa status sebagai karyawan di suatu tempat).

Tapi, menganggur telah memberikanku pelajaran tentang makna “Fantashiru fil Ard” yang Allah katakana dalam surat Al Jumu’ah ayat 10 itu. Bahwa sesungguhnya, bertebaran di muka bumi itu adalah untuk “MENCARI” karunia Allah… Sekali lagi; MENCARI! Bukan hanya dengan duduk santai dan menunggu saja. Meski Dia mencurahkan rizki buat yang dikehendaki-Nya, dan menahannya pula bagi yang dikehendaki-Nya, akan tetapi bukankah ini setelah adanya ikhtiar paling optimal? Dan, rizki itu hanya untuk yang bersedia MENCARINYA. Allahu’alam. Maafkanlah, aku memang tak lah faqih. Jadi, jika aku salah, mohon ditunjuki pada yang benar yaah.

Tahun ini juga adalah tahun non-produktif. Ya, memang tak ada pekerjaan yang membuatku bisa produktif. Kembali lagi ke poin di atas. Tahun pengangguran. Hee… Tapi, meski ini adalah tahun non produktif, ini juga berarti tahun kreativitas! Sebab, ketiada-produktifan itu memberiku kesempatan untuk bisa menuangkan segenap kreativitas. Hehe, meski mungkin bagimu, ini juga adalah sesuatu yang bukanlah kreativitas yang wahhh…tapiii, aku hanya sedang belajar menghargai apapun yang aku peroleh meskipun sedikit. Meskipun bagi kebanyakan orang, ini tak berarti apa-apa. Mungkin! Tahun ini, aku bisa memuaskan hobiku sepuas-puasnya, mulai dari hal-hal yang berbau jahit menjahit (horreeee, finally, akhirnya bisa juga bikin rok sendiri pake mesin jahit, blajar AUTODIDAG, hahaa). Masak-memasak (meski juga masih jauuuuuuhhh dari baikkk….hee..). Bisa bikin tas sendiri (tas Fathel sudah 3 loooh!). Bisa bikin buku (ada 2 judul buku, meski belum dipublikasikan jugaaa, hee…). Bisa m’foto-foto sepuasnya. Nge-desain sepuasnya. Bisa bikin font sendiri. Daaan, akhirnyaaa juga bisa macromediaflash (sesuatu yang udaah penasaran berraat tapi ndak bisa-bisa sejak kuliah dulunya). Tahun ini benar-benar jadi tahun yang bisa memuaskan segala kreativitas… Tahun untuk memuaskan segenap apa-apa yang disukai. Hee… Ya, untuk sementara, dicukupkan sampai di sini saja dulu. Ada hal lain yang mesti dikejar selain hal-hal yang disukai di atas. Dan, ciaaaaatttt…..melompati zona nyaman!

Tahun ini, juga adalah tahun kesedihan, sekaligus kebahagian dan kebebasan!
Tahun kesedihan. Bohong jika aku tak bersedih di tahun ini… Ya, aku tentu saja bersedih. Tapi, aku juga bahagia. Sebab, kesedihan itu mengantarkanku pada kebahagiaan yag sesungguhnya, sekaligus membebaskanku dari segala pengharapan pada manusia. Aku tak ingin dua kali terperosok pada lubang yang sama lagi. Aku sungguh tak ingin menjadi keledai dungu.
Gelombang dahsyat yang seberapapun besar luapannya, senantiasa kucoba untuk meredam dengan setenang-tenangnya. Di dalam bergolak, namun di luar tenang. Bahkan tanpa amukan badai. Mungkin riak-riaknya memang terlihat dengan banyaknya hal-hal konyol yang muncul ke permukaan. Namun, pada satu masa, rupanya bendungannya jebol. Ia mencuat ke permukaan! Dahsyat! Menyedihkan!
Ada hal-hal besar yang kemudian kupertaruhkan, untuk kemudian hanya berujung pada sesuatu yang menyedihkan. Menyesal. Tentu saja aku sangat menyesal. Semestinya gelombang itu tak perlu meluap. Semestinya ia tetap teredam dalam amukan di sana. Tak perlu sampai meluap. Tapi, luapan itu telah benar-benar terjadi. Telah berlalu pula…
Tak pernah dapat dikembalikan lagi…
Yang bisa kulakukan hanyalah…memperbaikinya untuk hari-hari depanku…
Sungguh, benar-benar tak ingin lagi berada pada kondisi yang sama…
Aku hanya ingin, segalanya dilabuhkan hanya pada-Nya saja…
Cukuplah sekali saja tersalah… Aku tak ingin untuk yang kedua kalinya…
Maka, tiadalah selain kuserahkan segalanya pada-Nya, yang hatiku ada dalam genggaman-Nya…
Yah, Dari Syawal 1431 H-Syawal 1432 H, adalah tahun PEMBEBASAN!

Syawal 1432 H….
Aku sungguh ingin episode transformasi itu…
Menjadi lebih baik dari pada aku-aku sebelumnya, aku yang konyol, aku yang fluktuatif, aku yang down, aku yang bersedih…
Aku tak ingin aku yang seperti itu lagi…
Aku ingin lebih baik.. Sungguh…


Terkadang, aku sering berpikir—lebih tepatnya merasa terpuruk—dan merasa betapa aku hanyalah ‘residu’ di ekstraksi kehidupan. Betapa aku—dengan kefluktuatifan itu—hanya menciptakan banyak hal-hal yang hanya menyusahkan… Sungguh menyedihkan sekali aku… Sering aku berpikir demikian. Tapi, bukankah Allah adalah sesuai prasangka hamba-Nya? Bagaimana bisa aku catatkan sebuah cita-cita kemenangan hakiki di langit asa sementara aku bahkan berpikir tentang residu saja? Astaghfirullaah…
Mungkin, ketika asaku terpuruk begitu dalam itu, ketika lukisan mimpi tak seindah potret nyatanya, aku terpaku kepada diriku yang hanyalah residu. Akan tetapi, bukankah hidup ini tak selalu sesuai ingin-ingin diri kita saja, wahai diriku? Ya, begitulah…

Baiklah….
Ini bukan sebab residu, insya Allah… Ini hanyalah uji kelayakan dari-Nya, setangguh apakah engkau menjalaninya? Maka, jangan pernah berpikir residu lagi…
Yakinlah, setiap diri, BERHAK UNTUK MENJADI PEMENANG!
Maka, apakah engkau akan memilih menjadi pemenang itu, atau hanyalah residu yang berarti seorang pecundang??

Syawal 1432 H, aku ingin melintasi zona nyamanku… Aku ingin mendulang segenap potensi. Aku yakin, setiap orang BERHAK untuk MENJADI LEBIH BAIK dari masa lalunya… Dan aku yakin, setiap orang BERHAK UNTUK BERPRESTASI! Prestasi duniawi, maupun ukhrawi…

Maka dari itu… Apapun yang terjadi…, Tetap Ceria dan Selalu Bersemangat! Bersemangat untuk menjadi lebih baik. Bersemangat untuk menciptakan perubahan! Bersemangat untuk terus mencari ridho-Nya…

Syawal 1432 H…
Semoga indahnya Ramadhan tetap membias pada hari-hari selanjutnya…
Maannajah, wahai diriku…
Yakinkan dirimu, bahwa kau bukanlah Residu!
Lakukan yang terbaik, dan biarkanlah kehendak-Nya saja yang berlaku atas dirimu…


_______________
Syawal 1432 H

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked