Karena Berpisah itu... adalah Niscaya!

Alhamdulillaah, setelah melewati sidang komisi (ini bukan sidang komisi DPR loh yaaa... Sidang komisi buat tesisong... hihi :D ), akhirnya kangen nge-blog deeh. Sebenarnya ada buaaanyaaak hal yang pengin aku ceritakan. Tapi tak sempat menyambangi blog. Dan udah "menguap" deehh idenya. Gakpapa sih. Demi lulus menjadi eM.Farmer tahun iniiii insha Allah!! Semangaaaaatttt...
Kemarin pas sebelum sidang komisi, sempat kepikir, cukup gak yah 24 jam untuk membuat animasi flash tesisong? *Ini pertanyaan konyol sekali karena jawabannya sudah pasti : TIDAK! Nyatanya, dua hari full (gak full juga sih, maksudnya nyaris sebagian besar waktu tercurah ke sana, karena kan gak mungkin 24 jam sehari stay depan laptop), animasinya setelah di-rakit, kok yaa cuma berdurasi 1 menit 36 detik? Masya Allah. Jadi, untuk durasi 5-10 menit, harus menghabiskan berapa jam (atau berapa hari ya?). Tapi gak papa. Semangaaaaaattt....
Saat-saat begini, berasa sekalii betapa berharganya waktu. Dan sering sekali kita (aku terutama) menyia-nyiakan nikmat waktu dan nikmat kesempatan. Astaghfirullaah...

Banyak peristiwa yang ingin aku ceritakan sebenarnya. Bukan soal tesisong.
Ini tentang perpisahan.
Sampai kapan pun, perpisahan dengan orang-orang yang kita sayangi, tetaplah sesuatu yang sangat beraaat. Saat meninggalkan kampung halaman untuk sekolah, selalu saja terasaaa beeerraaaaatt... *Huaaa jadi sangat ingin pulaaaang kampuaaang....
Saat ditinggalkan Dewi (yang baru saja pindah ke kontrakan yang baru), juga berasaaa sedih, canggung dan sepi.
Saat harus berpisah dengan adik-adik 'MTR', juga berasaaa sangaaatt berraaaat. Kusadari, mereka berkontribusi banyak untuk membuatku termotivasi. Bahkan, adik-adik 'MTR'-ku itu, jauuh lebih baik dari aku. Kadang, ada rasa ketidakpantasan ketika harus 'mengayomi' mereka. Aku dengan kebeginianku. Aku yang masih banyak rombengannya.
Mungkin, setiap orang--siapapun itu--memiliki perasaan yang sama. Entahlah. Mungkin ada rasa 'berat' ketika harus membina. Rasa-rasa semisal, "aku belum siap", "aku tak pantas", "aku belum bisa menjadi lebih baik, bagaimana aku akan 'membaikkan' orang lain jika aku saja masih jauh dari itu?" dan sederet rasa lainnya. Tapi, kembali kepada niat. Tidak harus menjadi 'sempurna baik' dulu ketika diamanahkan membina. Barang kali yang terpenting dulu adalah menumbuhkan kesadaran untuk menjadikan diri setiap muslim itu "shalih" dan "mushlih" bahkan di saat diri itu sendiri masihlah banyak yang perlu diperbaiki. Tak perlu menunggu "sempurna" (lagian selain Rasulullaah dan para nabi dan  rasul Allah lainnya, siapa sih manusia yang "sempurna"? Tidak ada!), tak perlu menunggu hafal 30 juz dulu. Justru dengannyalah menjadi sarana berbenah diri. Karena Qabura maqtan 'inddallaahi antakuluu mala taf'aluun. Sangat besar kebencian di sisi Allah jika kita mengatakan apa yang tidak kita lakukan. Dengannya, justru menjadikan kita belajar untuk yang pertama kali menjadi pelakunya. Selain itu, ia-nya menjadi sarana pembelajaran. Kembali me-review konsep akidah. Mencoba kembali mendalami konsep-konsep muwashafat itu. Walaupun, sekali lagi, mungkin kita (aku terutama) juga masih jauh dari itu. Tapi, di sinilah kita belajar... Karena ini bukanlah lingkaran "transver of knowledge" belaka, tapi juga adalah terutama "transfer of ruhy".
Membaca satu persatu catatan dari mereka di kali terakhir berjumpa mereka di forum itu, membuatku ingin menangis haru. Tetap saja, perpisahan terasa sangat berat. Semoga Allah jadikan diriku, diri mereka, dan juga dirimu (yang sempat membaca ini) istiqamah di jalan-Nya. Sebab, tiadalah yang dapat 'menjamin' diri kita, kecuali Dia saja...

Tapi, sesedih apapun perpisahan, tetap saja, perpisahan adalah suatu keniscayaan. Bahkan dengan orang yang sangat dicintai sekalipun. Karena, tiadalah dunia ini melainkan kefanaan dan senda gurau belaka. Jika masih ingin tetap bersama orang yang dicinta di hari yang penuh keabadian, maka satu-satunya jalan adalah mengajak orang yang dicinta itu ke jannah-Nya sebab di sanalah kebersamaan itu menjadi tiada berbatas dan melindungi mereka dari neraka-Nya. Bagiku, surat Ath-Tahrim ayat 6 itu sungguh menggetarkan. "Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...". Keluarga (ayah, ibu, suami/istri, adik-kakak, anak-anak) tentulah sosok-sosok yang dicinta itu.

Perpisahan itu memang menyedihkan. Akan tetapi, harapan terbesar kita tentang perpisahan, "Semoga Allah tetap mengumpulkan kita dalam kebaikan, dalam ketaatan kepada-Nya, tetap saling mengingatkan tatkala diri kita tersalah, atau di saat semangat yang lain sedang melemah."
Tidak ada yang dapat menjamin diri kita selain Allah. Maka, adalah pilihan terbaik : menyerahkan penjagaan dan penjaminan itu hanya pada-Nya saja.

2 comments:

  1. Aslm wr wb
    Bapisah bukannyo bacarai (kata lagu minang) ^_^
    apalah isi dimuka bumi ini yang tidak akan berpisah ayunda?
    bahkan jasad dan roh saja bertemu hanya seketika...

    biarkan saja berpisah
    berpisah sejauh apapun
    asal hati -hati kita tetap cinta...
    (melankolik mode on!)



    ReplyDelete
  2. hehehe, iyaa nayoo... asalkan hati-hati kita tetap cintaa.... sejauh apapun jarak... :)

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked