Living in Riyadh [Part 4]

Baiklah Bloggie, yuk kita lanjutkan seri "Living in Riyadh" yuuk... Lagi-lagi sependek pengamatanku selama dua minggu ini :)
Pertama soal HUJAN.
Kalau di Indonesia mendapati hujan adalah hal sangat biasa dan teramat lumrah. Bahkan ada yang menggerutu dengan mulut mencong sana sini karena tiba-tiba hujan membatalkan acara nge-date nya saking hujan bukanlah sesuatu yang terlihat bernilai dan berharga di Indonesia. Nah, di Riyadh berbeda adanya. Hujan adalah barang langka di sini. Makanya, mendapati hujan di sini, adalah anugrah yang indah bagi penduduk sini. Kata suamiku, bahkan "tempat penampungan hujan" menjadi area wisata yang menyenangkan. Mereka sangat excited mendapati hujan. Kecuali, yaa... banjir yang disebabkan olehnya. Karena jarang hujan, mungkin sistem drainase di sini ga sekomplek dan sebagus di Indonesia yang notabene curah hujannya tinggi, sehingga hujan bisa menyebabkan banjir di sini. Ah, di Jakarta juga gitu kali yaah? Hujan menyebabkan banjir. Berarti sistem drainase nya gak lebih bagus dari pada di sini tho? Itu kesimpulanku saja. Hehe...

Aku baru sekali mendapati hujan di sini. Brrrhhh... dingin bangeeeett. Kalau di Indonesia, sebelum ujan, aku negrasaain udara yang panas gerah gituh. Konon kabarnya, karena panas yang seharusnya menguap ke udara, tertutup awan tebal sehingga panasnya masih mengitari bumi (hehehe, mungkin ini salah. Silakan betulkan bagi yang berkompeten. Aye bukan ahli geofisika dan ga suka pelajaran geografi ketika sekolah. Hihi). Tapi kalo di sini, mau ujan atau enggak, suhunya tetep dingiiiin.

Kedua tentang rumah. Rumah di sini gak kayak di Indonesia. Istilah bodoh aku, gak ada genteng di sini. Rumah persegi. Hehe, itu istilah bodoh aku saja. Hehe.... Udah gituh pagarnya tinggi-tinggi lagi! Jadi kita ga bisa melengok ke rumah orang-orang sini. Yang keliyatan cuma pagarnya doang -_-"
Oh iyaa, jaraaaaaaaaaaang banget ada garase di sini. Mobil-mobil di sini, cuma parkir di pinggir jalan di depan pagar yang tinggi doang. Padahal mobilnya bagus-bagus euy. Kalau di Indonesia, udah ludes dicuri maling tuh. Hihi... Tapi di sini kayanya jarang ada yang kecurian mobil. Soalnya buktinya mereka ga ragu sedikitpun untuk memarkir mobilnya di depan rumah, di pinggir jalan, pas malam sekali pun. 

Ketiga, soal jam shalat. Ini paling menarik bagiku. Di sini, di pusat perbelanjaan, setiap jam shalat SELALU TUTUP! Yang aku perhatikan, toko minuman (kayak bubble drink) di mall gituh ditinggal oleh pemiliknya/penjualnya shalat dan mereka ga khawatir sedikitpun bakalan ada pencuri atau orang iseng ngambilin makanannya. Ini sungguh amazing jika dibandingkan dengan kondisi Indonesia. di mana jam shalat, kita masih mendengar hingar bingar suara musik. Oleh karena aktifitas "terhenti" ketika jam shalat masuk, maka mesjid pun menjadi sangat ramai. Beda jauh dengan kampungku yang shaf nya cuma 1 doang. Justru ibu-ibu yang lebih rame, meski juga cuma 1 shaf. Di sini mesjidnya buaguuuss buaguuuuss, dan  banyak yang ga menyediakan tempat shalat untuk wanita. Wanita lebih utama untuk shalat di rumah. Trus, hal lain yang berkaitan dengan masjid yang ga kutemui di Indonesia, bahwa di sini, kalau mesjid ada di rambu-rambu lalu lintas sebagaimana rambu-rambu lalu lintas yang menunjukan rumah sakit, rest area di Indonesia. Ada rambu-rambu yang menunjukkan keberadaan mesjid dan itu banyaaak sekalii.

Alhamdulillaah, Allah beri kesempatan untuk berada di belahan bumi-Nya ini, bersama seseorang yang dicintai. Semoga Allah merestui kami untuk segera mengunjungi Haramain, Makkah dan Madinah. Aamiin yaa Allah...

2 comments:

  1. fathel, aku juga nulis ini tp udh lama sih

    http://rahmaummufatih.blogspot.com/2013/12/shalatlah-dimana-kalian-berada.html?m=1

    ReplyDelete
  2. rahmaaa, aku segeraa ke te ka peeeeee.... ^___^

    ReplyDelete

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked