Living in Riyadh [Part 6]

Et daaah, sekaliyaan deeh aye borongan posting hari ini. Itung-itung bayar utang sebelum-sebelumnyeee. Boleee nyaaak... ^__^

Culture di Saudi mengharuskan perempuan untuk stay di rumah. Jarang sekali perempuan "beredar di jalanan" (kaya leaflet ajah, beredar segalaaa, hihihi), kecuali bersama suami atau ayah atau kakak adek laki-laki pokoke muhrim. Menurutku ini bagus, sesuai syariat islam. Tapi, bagi nyang suka keluyuran ups ke mana-mana dan dengan angka kesibukan di luar yang tinggi (yang jelas itu bukan aku), ini cukup menyulitkan. Mau ngumpul emak-emak, mesti dianter suami. Mau ke rumah tetangga pun (kalo untuk struktur apartemen kayak yang kami tinggalin) mesti dianter suami. Kecuali kalo rumah kontrakan yang tetanggaan orang Indonesiaaah, kalo yg begini lebih luwes. Mau ngacir ke warung sebelah, mesti dianter suami jugaa. Bahayaaa banget kalo perempuan ke baqolah sendiri. Hiiiyy, syereeeemm.

Nah, karena culture Saudi yang begituuuh, membuat aku hampir 100 jam ga liat matahari. Yaa, kira-kira 4 hari laah. Huaaaa... Eitss, tapi kamu ga usah liat aku dengan wajah prihatin gituuu dong. Yang jelas, alhamdulillaah... aku menikmatinya. Banyak teman-teman angkatanku di Depok bilang gini, "Waah, bisa kamu Fathel, ga keluar gituu? Secaraa, kamu pas di Endonesiyaah tercintaah, suka ke mana-manaa, gituuuh. ga betah kalo diem mulu di kos." Kalo di Depok, iyaa sih. Hihi.... Mungkin banyak yang ga tau, kalo aku betah seminggu ga keluar rumah di kampungku tercintaaah, selama persediaan logistik mencukupi dan (yang paling penting) selama quota internet full. Hihi...

Nah (lagi) karena culture Saudi yang begituuuh, melahirkan hobby baru buat aku. Dan--ma syaa Allah--aku ga pernah menyangka kalau hobby yang satu ini bakalan nyempil di deretan hobby yang tendensinya adalah ga jau-jauh dari desain, fotografi, animasi, rekayasa pideo dan photo dan derivat-derivatnya. Tau ga, hobby barunya apah? Hahay, MEMASAK! Wuuuuussssss..... Ga kebayang ajah dulu bisa bikin asam padeh, gulai kuning, dendeng balado, bubur itam, dan masakan Minang jadul lainnya. Haha. Yaa, walaupun soal rasa lidah ga bisa bohong yaa... ;)

Nah, episode kali ini, aku mau pamer ehh menampilkan "hasil karya experemien trial n error" selama di Riyadh. Sayangnya, masakan seminggu pertama ga di foto. Hihi. Maaf yaa, belum disertai resep niih. Maklumlaah, hampir semuanya ga ada resepnya melainkan menggunakan ilmu kirologi (kira-kira doang) dan coba-coba doang. Ga nyontek reseepnyaa soalnyaaahh...















3 comments:

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked