Becek

becek

Beberapa hari terakhir selalu hujan. Dan hujan selalu menyisakan becek yang luar biasa di jalanan yang harus ditempuh menuju kampus. Ya, mungkin memang adalah sesuatu yang wajar jika kemudian harga kosannya jauh lebih murah. Bahkan hanya seperempat harga kosan teman lainnya. Karena selain jauh, aku juga harus rela menjadi pro-model orang yang pulang dari sawah jika saja hujan sudah turun, dan ditambah lagi aroma gratis dari tumpukan sampah di samping gerbang besi berwarna kuning itu. Lengkap sudah. Syukurnya, aku tak nge-kos di dekat gerbang bersampah itu. Sehingga aromanya, cukuplah terhirup sebentar saja. Heuu….kasihannyaa….

Tapi, aku bersyukur. Aku bersyukur dengan apa yang sedang aku jalani. Sebab, dengan begini, perjuangan ini lebih berasa manis. Mungkin akan berbeda cerita, jika aku berada pada posisi teman-teman lainnya, dengan segenap fasilitasnya, bahkan mereka tak perlu susah-susah mengeluarkan tenaga mencuci pakaian mereka, karena sudah ada laundry yang siap sedia.

Aku bersyukur dan bahkan sangat menikmati perjuangan ini. Sebab dengannya, aku selalu ingat, bahwa memang tak mudah untuk mendapatkan ilmu. Telah banyak harga yang harus kubayarkan. Jadi, aku tak ingin menjadi penuntut ilmu yang setengah-setengah, apalagi belajar hanya untuk mengejar nilai semata. Aku ingin belajar banyak hal, ketika kesempatan untuk mencarinya terbuka lebih lebar. Aku ingin belajar. Dan, aku benar-benar mencintai belajar. Dan jikalah sepanjang hidup ini ada sekolahnya, hingga S-100 pun mungkin aku mau (hehe, lebay!). Tapi, pada hakikatnya, hidup itu sendiri adalah sekolah yang sesungguhnya, kan yah? Yang padanya terbentang begitu banyak pelajaran…

Hayuu, tetap semangat belajarr…. Semanagt bwt ujiaaan… ^^


_______________
Sumber gambar : di sini (belom sempat nge-take gambar sendiri, heuuu...^^)

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked