Nyasar itu Menyenangkan

Ahad kemarin, aku ke Kukel. Untuk pertama kalinya aku ke Kukel. Haha, paraah yaah. . .
Nah, satu-satunya kendaraan menuju sono dengan jalan terdekat adalah naik ojek. Kalo mau sih, sebenarnya bisa naek angkot. Tapi 2x angkot dan itu muterr...terrr... Heuu... Akhirnya kuputuskan untuk naik ojek sahaja, walaupun sesungguhnya naik ojek adalah sesuatu yang amat sangat kuhindari kecuali dalam keadaan amat sangat terpaksa sekali. Hehe...

"Pak, ke jalan Ahmad Dahlan ya, yang deket SD Muhamadiyah." Kataku.
"Hoo iya Neng." Jawab si bapak dengan begitu yakin seyakin-yakinnya.
Ehhh, nda taunya si bapak cuma sok tau doang. Aku dianterin malah ke SMP Muhammadiyah. Ngelewatin RS Graha Permata Ibu. Padahal, lokasi yang kumaksud nda sejauh itu. Hadeeeuuh, kalo nda tau kenapa nda bilang ajah sih Pak? Piye tho?

Tapi, kali ini aku sedang menikmati menyasar!
Haha, menikmati menyasar? Ya iyaaa, soalnya "Sesat di jalan ya Jalan-jalaaan." Hihi...
Dalam hati, aku mencoba membuat paradigma kalo nyasar itu adalah sesuatu yang menyenangkan. (Lohh??), hee.... :D
Akhirnya, berbekal tanya sana-sini, sampai juga di tempat yang dimaksud. Tapiii, ya harus "Jalan-jalan". hee...
"Naek ojek ajah neng! Masi jauuuhh..." selalu begitu kata orang-orang yang kutanya.
"Aahh, nda papa mas, pak, bu, mba, saya jalan kaki ajah..." jawabku sambil nyengir.

Ada sebuah pelajaran yang ingin aku petik dari kisah 'jalan-jalan' di atas.  Ini menyoal bagaimana memenej emosi dan kekesalan. Hee...
Aku seharusnya bisa saja marah bangeet, keseeell abiiss sama tukang ojeknya, sebeeeeelll dengan kondisi begituan. Udah tukang ojeknya sok tau, trus ongkosnya dinaikin 2x lipat, udah gitu nurunin di tempat yang salah dan jauuhh banget dari tujuan, ditambah cuaca yang bener-bener panas membakar, dan kondisi yang masih belom fit (masi batuk dan flu). Lengkap sudah kan yah, untuk membuat hati kesaaaall. Tapi, aku katakan berkali-kali pada diriku,
"Aiihh, Fatheeel. Nyasar itu menyenangkaaan. Tuhh kan, jadi jalan-jalan. Jadi tau daerah skitar sini. Jadi, enjoy ajah..."
Rupanya terapinya berhasil. Nyasar kali itu terasa MENYENANGKAN! hee...

Ah, jika saja di banyak waktu dalam kehidupan, aku bisa men-sugesti hal yang sama, 'Menyulap' kekesalan menjadi sesuatu yang menyenangkan, mungkin aku tak perlu menghabiskan energi lebih banyak untuk sebuah luapan emosi. Yah, jika saja. Namun, kita sering kurang sabar menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Lebih banyak mengeluh dari pada mencoba mengambil pelajaran. Padahal, setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, pasti sudah ditakar-Nya. Pasti disertai hikmah dan pelajaran berharga, dalam kondisi apapun itu...

Smoga ini jadi reminder bagiku terutama, untuk lebih bisa memenej hati terhadap suatu situasi yang tidak menyenangkan.
Percayalah wahai diriku, daun yang jatuh saja, sudah dituliskan-Nya di lauh mahfudz, apalagi kehidupanmu yang begitu kompleks. Jadii, jadikan pelajaran, apapun itu... Hanya memunguti hikmahnya saja. Tak bersediakah kau wahai diriku?

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked