Edisi Spesial: Detik-Detik Sebelum Akad Sakral Itu...

Siang ini, kalo tidak karena haknya tubuh, mungkin aku masih bersemayam di kamar kosan dan capcay 'jadi-jadian' ini takkan jadi. Heheuu... Karena laperlaah (jam sudah meunjukan angka 14.00 ehh angka 2 dink, karena gak ada angka 14 di jam dinding akuuh, hihi :D), makanya terpaksa harus masak. Hehe. Sejujurnya, kalo dalam kesendirian kaya gini (biasanya kan bareng Dewi), aku memang agak rada-rada kurang bersemangat memasak. Kalo bukan dalihnya adalah karena laperrr akut, mungkin aku lebih memilih mengerjakan hal lain. Hihi. Kalo ada temannya, setidaknya, ada seseorang yang juga kita masakin. Hehe. Menurut pengakuan Dewi, juga ngerasain hal begitu. Kalo aku tak ada, Dewi juga rada-rada gak bersemangat masaknya. Jadi, karena kebersamaanlah, memasak bagi kami terasa menyenangkan. Meskipun tidak pake piket kaya di wisma dulu dan hanya berdasarkan asas kesukarelaan dan sesiapa yang punya waktu lebih saja, tapi tetep ajaah tuh seneng-seneng ajah. Karena ada orang lain yang tengah kita bahagiakan. Ciee ilaaaahh... Uhuuy... Hihi... *GJ banget ekspresi nya. Haha :D

Sepertinya, bukan hanya aku saja yang merasa 'kesepian' dan juga 'bersedih', di samping aku juga bahagia sangat, tentang hari-hari dalam minggu ini. Gak hanya di kosan, temen kosan yang prihatin ngeliat aku yang biasanya bersama dewi hampir di setiap momen, kini sendiri. Heheuu... Bahkan Ece' yang jualan masakan khas sunda di depan gardu RW 09 Pocin juga merasakan gelombang 'kehilangan' yang tengah aku rasakan.
"Temennya udah pulang yak neng? Mau nikahan yah dia?"
"Udah Ce', senin kemarin. Iyaa Ce'. Mau nikahan insya Allah sabtu."
"Iya, dia kemarin cerita. Sedih yah neng, 'ditinggal'?"
"Huaaaa sedih banget banget banget Ce'. Kesepian. Hehe."

Saat menuliskan ini, adalah detik-detik menjelang akad Dewi. Akad sakral yang akan merubah statusnya menjadi seorang Istri. Barakallaah buat Dewi.... Barakallaahu laha, baroka 'alaihaa wajama'a baina humaa fii khoir. Smoga menjadi keluarga yang diberkahi Allah. Sedih banget tidak bisa menghadiri dan hanya 'menemani' dari sini saja, dipisahkan dengan jarak Depok-Lubuk Alung. Tapi Dewi menjawab "Kehadiran Uni slamo 1 tahun di rantau urang, galak manangih basamo, lebih terukir di hati Wi ni. Jazakillaah khair katsira for every beutiful moment..." Huaaa.... Aku meleleeeh... Hehe. Iya, apa yang Dewi bilang benar. Satu tahun ini, menangis dan tertawa bersama, susah dan senang bersama, saling mengingatkan, saling menyemangati, saling berbagi gundah dan kebahagiaan, bahagia bersama, sedih bersama, bahkan bokek bersama (hihihi :D), kejutan-kejutan dan dan saling memberi hadiah-hadiah kecil meski itu hanyalah sebuah jepitan rambut atau segelas cendol sekalipun,  memang adalah unforgetable moment. Alhamdulillaah, atas indahnya ukhuwah yang berasa nikmat ini. Jika ada 4 tahapan ukhuwah itu, ta'aruf, takaful, tafahum, dan itsar, mungkin keempatnya sudah kami lewati. Meski masih jauh kualitasnya dari para sahabat terdahulu yang bahkan sampai merelakan nyawa demi saudaranya, tapi aku merasakan ukhuwah ini begitu manis adanya. Dewi yang sering sangat mendahulukan (itsar) kepada aku dibanding dirinya sendiri. Sungguh sangat terharu dan bersyukur pada Allah atas anugrah sahabat seperti Dewi. Jazakillaahu khair katsir Wiiiiizookureeee... :)
*Waah, Dedeeww, sudah dua edisi tulisan yang khusus buat Dedeww niiih. ;) Edisi spesial. Heheuu...

Di taman wiladatika
Semoga ukhuwah kita ini tetap bersemi indah, di manapun keberadaan kita nantinya. Meskipun kemudian jarak memisahkan kita. Smoga Allah tetap mempersatukan hati-hati kita dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Semoga Allah menjadikan ukhuwah ini berlandaskan iman dan bukan selain darinya.
Barakallaah Dedewkuuu... :)

0 Comment:

Post a Comment

Feel free to accept your comment. Spam comment will be deleted and blocked